Over you?.

27 7 0
                                    

   Aku percaya bahwa akulah yang mengatakan itu. Aku juga percaya bahwa akulah yang berusaha mengakhiri hubungan ini. Karena yang ada didalam kepalaku sekarang adalah mencari, mencari dan mencari.

   Aku mendingin?. Bukan. Aku hanya kehilangan diriku yang dulu. Aku kehilangan cara untuk menghibur diriku sendiri. Aku tidak ingin terlihat seperti orang yang berusaha bersikap baik-baik saja, padahal didalam sana masih sangat terasa menderita.

   Aku menderita. bayang-bayang mereka masih terus berkeliaran dibenakku. Dan membuatku semakin marah karena terus mengingat betapa egoisnya diriku. Menerima kenyataan bahwa sekarang aku sudah benar-benar sendirian. Tidak. Aku belum menerimanya.

   Kenapa aku mengakhiri hubungan itu?. Dia sudah pasti akan terus bersamaku apapun yang akan terjadi. Terus mendukungku dan mungkin juga membantuku.

   Tapi baru kusadari, mempertahankannya hanya akan membuatnya ikut masuk keduniaku yang tidak lagi utuh. Dia juga akan terkena imbas dari tujuanku. Yang berarti dia juga akan terkena masalah besar setelah aku berhasil meraih tujuanku.

   Aku ingin mengakhiri rantai darah ini. Aku yang akan menjadi orang terakhir untuk masalah ini. Dan jika memang harus ikut mati menghadapi pria itu, aku bersedia. Setelah aku, tidak akan ada lagi pembalasan dendam. Masalah itu berakhir dengan hukuman yang adil.

   " Aku tidak mengerti, Yuri. Tolong jangan memutuskannya secara sepihak. Apa aku tidak lagi penting untukmu?. Kita sudah berjanji.''

   " Kau hanya akan menghalangi jalanku. Dan janji, aku menyesal harus mengingkarinya. Sekarang pergilah.'' Aku kembali memutar kunci dipintu itu dan merenggangkan pintu itu sedikit.

   " Tidak. Hei. Dengarkan aku dulu. Ini memang salah. Aku sangat mengerti keadaanmu sekarang. Tapi kau tidak bisa memutuskan hubungan kita begitu saja. Aku tidak mau. Tidak akan...'' ucapnya kembali menutup pintu dan meraih tubuhku. Memelukku.

   " Kau masih mencintaku?.'' tanyaku dingin tanpa membalas pelukkannya.

   '' Sangat.. Sangat..''

   Suaranya bergetar. Begitupun tubuhnya yang juga ikut bergetar. Ia menangis dibahuku.

   " Kali ini lupakan saja perasaan itu. Karena aku juga tidak akan memperjuangkannya lagi. Aku akan fokus mengurus tujuanku sekarang. Kau hanya akan menghalangiku..''

   " Begitukah?. Baiklah. Aku ikut bersamamu. Mari menghadapi itu semua bersama..'' ucapnya semakin mempererat pelukkannya yang yang berhasil kembali menyulut emosiku. Dengan sekali hentakkan, aku berhasil mendorongnya menjauh.

   " Berapa kali aku harus mengulanginya untukmu? KAU HANYA AKAN MENGHALANGIKU! Aku tidak butuh bantuan darimu..'' ucapku meninggi. Sungguh aku sangat merasa bosan. Pikiranku kembali kacau hanya dengan melihat pria ini. Pria yang pernah kucintai ini. Karena perasaanku sudah berubah menjadi sangat dingin.

Cup..

   Bibir itu mendarat lembut tepat dibibirku. Lumatan lembut yang terasa pasrah. Airmatanya mengalir tepat kebibirku. Mendorongku perlahan kepintu tepat dibelakangku dan semakin memperdalam ciumannya. Aku hanya pasrah. Tidak bermaksud menghentikannya karena aku akan menganggap ini adalah ciuman terakhir untuknya. Aku hanya diam.

   Nafas yang bergetar, airmata yang terus mengalir dan lumatan yang terasa pasrah dan manis. Aku hanya bisa menutup mata. Mengingat kembali semua memoriku bersama pria ini yang mungkin sangat singkat. Setiap hari sangat melelahkan. Pertengkaran diawal pertemuan. Dan semua perselisihan itu.

   Aku yang merasa akan sangat cocok dengannya. Dengan semua kesamaan yang kami milliki dulu. Tapi sekarang sudah berbeda. Keadaanya tak lagi sama. Kami sudah menjadi dua hal berbeda, dan akulah yang berubah.

Tuan Dokter [Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang