Ulangi lagi..

121 24 3
                                    

   Tidak seburuk itu. Memang. Tapi masih sangat menyebalkan. Kemanapun dia pergi, aku memang mengikutinya. Membuntutinya seperti anak kecil. Bercengkrama dengan banyak pasien ditaman, menyapa beberapa dokter didivisi lain dan membantu penanganan pasien baru.

   Jujur saja wajahnya sekarang lebih terlihat seperti mendapat hal lucu. Ekspresinya berusaha menunjukkan bahwa ia berhasil menjinakkanku. Seolah aku adalah anjing dengan rantai dileherku sekarang. Atau setidaknya itulah yang juga dilihat oleh Maru.

   Dia terlihat senang melihatku sudah akur dengan dokter pendampingku. walaupun itu salah besar. Mungkin dia sangat berharap aku bisa akrab dengan pria ini.

   Begini saja. Kenapa tidak buat saja pernyataan permintaan maaf dan saling berdamai. Kalau semudah itu, setidaknya ini semua tidak akan terjadi.

   " Hah.. Aku lelah.'' ujarku berhenti  melangkah dan bersandar disebuah pohon.

   '' Hee?. Kau hanya berjalan saja. Kau terlalu berlebihan.'' balasnya berbalik.

   '' Orang macam apa yang pekerjaannya hanya berjalan-jalan menyusuri setiap lekuk rumah sakit. Apa kau melakukan ini setiap hari?. Jika ya, berarti  kau cukup aneh.'' ujarku membuka maskerku dan mengusap keringat didahiku. Disini tidak terlalu ramai. Karena itu aku memilih membuka maskerku. Jujur saja aku tidak ingin orang lain melihat wajahku dan mengetahui identitasku.

   '' Hei.. Aku tidak aneh. Aku hanya ramah. Lagipula apa kau tidak bosan terus berada didalam ruangan?. Sesekali berkeliling bisa membuat pikiran tenang,bukan?.''

   '' Itu memang benar. Tapi pekerjaanku tidak bisa ditinggalkan seperti ini.'' ucapku menatapnya yang tengah menatap sepatunya.

   '' Hm.. Karena itulah aku mengajakmu. Aku ingin meringankan pekerjaanmu. Akhir-akhir ini pasien semakin bertambah banyak. Aku kawatir kau kelelahan.'' ucapnya pelan sambil memalingkan wajahnya dariku.

   Tunggu. Apa dia menghawatirkanku?. Itu bahkan terdengar lebih aneh lagi. Bukannya memintaku semakin bekerja lebih keras, dia malah menjauhkanku dari pekerjaan. Sepertinya dia sakit.

   '' Tidak perlu menghawatirkanku. Aku pernah jauh lebih sibuk dari ini sebelum kau ada. Kaulah yang berlebihan.'' balasku dengan nada mengejek.

   '' Huft.. Baiklah. Ayo kembali.'' ajaknya berlalu begitu saja. Hah.. Aku baru saja berhenti dan dia sudah mengajakku berjalan lagi. Hei.. Ini bukan rumah sakit kecil.

   Aku mengikutinya keruangannya. Ia menyuruhku duduk dikursi seperti biasa. Memang akhir-akhir ini dia tidak pernah membiarkanku berdiri begitu saja.

   '' Apa kakimu sakit?''

   " Tadinya.'' balasku cepat dan singkat.

   Tiba-tiba ia mendekatiku dan memutar kursiku menghadapnya. Ia berlutut dan mengangkat kaki kananku lalu meletakkannya dilututnya.

   " A-apa yang kau lakukan?.'' tanyaku mencoba menarik kakiku. Tapi tangannya memegang kakiku kuat, menahan pergerakkanku. Matanya terlihat mengamati kakiku dari lutut sampai ujung jari.

   '' Kakimu sedikit bengkak. Mungkin karena kau terlalu sering berjalan.'' tukasnya seperti menganalisis setiap inchi kakiku.

( Bukan mungkin, tapi memang karena itu..) Batinku kesal.

   '' Lupakan saja. Aku bisa mengatasi ini.'' ujarku mencoba menarik kembali kakiku dari tangannya.

   Tapi tiba-tiba tangannya beralih memijat pelan kakiku. Itu terasa aneh dan mengejutkanku. Karena sebelum ini, kakiku belum pernah disentuh oleh siapapun. Alih-alih merasa nyaman, kakiku justru terasa geli. Tapi bukannya berhenti, ia justru menambah tekanan pijatannya. membuatku berusaha untuk menahan teriakku.

Tuan Dokter [Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang