" Aku pulang..."
Kembali menjatukan tubuhku keranjang. Menatap langit-langit kamar dengan menghela. Menelusuri setiap jengkal langit-langit itu lekat. Hari yang semakin sulit untukku sekarang, karena aku harus terus menerima penjelasan itu berulang kali. Menarik tanganku dan kembali mencoba menjelaskan semua itu, berharap aku akan merubah sikapku yang kembali dingin dan acuh.
" Setidaknya aku sudah mencoba mengatakan bahwa aku baik-baik saja..''
Hei... Apa aku sungguh baik-baik saja?. Ya singkatnya aku memang baik-baik saja. Tapi semakin lama, dia mulai membuatku merasa lelah dan kembali merasa sakit hati.
Kami baru akan akrab sebelum semuanya kembali kacau. Apa dia yang mengacaukannya?. Kurasa tidak. Itu hanya kebetulan saja, Aku melihat masalah yang sebenarnya sedang membelenggunya. Dia hanya ingin bebas dan mencari pilihannya sendiri.
Jujur saja aku tidak terkejut mendengar pernyataannya bahwa dia mencintaiku. Awalnya aku merasa dia memang merasa seperti itu padaku karena sikapnya yang berbeda. Tapi sekarang yang sedang aku pikirkan adalah bagaimana dia bisa seegois itu dengan cinta. Walaupun itu adalah perjodohan yang tidak ia inginkan, setidaknya ia menghargai itu.
Walaupun dia tidak bermaksud mempermainkanku, Tapi aku sangat merasa dibohongi.
Tidak ingin kembali berlarut, Aku langsung bergegas mandi. Memikirkan ini hanya akan membuatku semakin tidak fokus.
Aku lanjut memasak makan malamku. Ya, hanya untukku. Kesenanganku saat pulang kerumah semakin memudar akhir-akhir ini. Anehnya aku terus mengingat ciumannya bersama gadis itu. Membuatku terkadang berhenti sejenak untuk mengacak rambutku dan menjambaknya berharap aku bisa melupakan kejadian yang sangat membuatku tertekan itu.
Aku melahap saladku tidak semangat. Udara dingin semakin terasa dikakiku yang tidak menggunakan apapun. singkatnya aku hanya mengenakan Hoody oversize yang sangat besar dengan ujung yang hampir mencapai lututku.
Saat lamunanku semakin jauh, bel pintu berbunyi. Siapa orang yang datang malam-malam begini?.
Aku membuka pintu perlahan, dan menatap lurus pria yang tampak terengah-engah itu. Tatapanku kembali turun.
" Ada keperluan apa?. Kenapa tidak telepon saja?.'' tanyaku.
Tiba-tiba dia mendorongku masuk dan menutup pintu dibelakangnya dengan cepat. Aku hampir saja jatuh kelantai jika ia tidak segera mengapitku kedinding.
" Aku tidak bisa menahannya lagi. Bisakah kau berhenti bersikap dingin padaku?. Kau..kau membuatku semakin merasa bersalah.'' ujarnya setengah berbisik. Aku hanya menunduk diantara tangannya yang mengekang pergerakanku. Mungkin dia sudah semakin gila.
" Aku..tidak dingin. Aku hanya berusaha bersikap normal layaknya perawat dan dokter kebanyakan.'' Jawabku santai terkesan kesal.
" Kau hanya berpura-pura. Kau hanya berpura-pura menjauhiku. Aku sangat merasa risih dengan sikapmu itu!.''
" Lalu apa!. Kau ingin aku mengatakan bahwa sebenarnya aku juga menyukaimu?!. Kau ingin aku mengatakan itu?!. Baiklah. Aku juga menyukaimu!!. Apa kau puas?!.'' ujarku ikut meninggi. Seketika ia terdiam mendengar kalimatku yang sangat jelas didengar itu.
Sungguh aku sudah sangat muak dengan semua ini. Kenapa tidak kukatakan saja yang sebenarnya?. Aku merasa sangat sakit karena ternyata aku juga menyukainya. Aku merasa sangat buruk karena aku juga menyukainya. Entah sejak kapan perasaan itu hadir. Tapi aku baru menyadarinya akhir-akhir ini.
" Kau...kau.."
'' Bagaimana?. Apa sudah cukup untuk telingamu itu?. Sekarang pergilah. Dan berhentilah memaksaku untuk mendengar semua ocehanmu itu.'' ucapku ketus mencoba melepas tangannya yang menahanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Dokter [Completed✔]
Ficción GeneralLucu sekali dia mengatakan itu. " Kenapa?. Kau tidak bisa?. Sebagai seorang perawat kau harus bisa mengatasi itu kan?." Ahkhh!! Kalau bukan karena aku adalah perawat pendampingnya, aku akan segera pergi dan meninggalkannya mengoceh sendir...