Aku masuk ke supermarket yang berada tidak terlalu jauh dari rumahku. Aku akan membeli beberapa bahan makanan karena pesediaan bahan makanan dikulkasku sudah berkurang. Ya, aku tidak suka kulkasku terlihat berkurang atau kosong.
Mengambil keranjang dan mulai memilih bahan makanan dilemari pendingin. Beberapa sayuran dan daging. Lanjut kebagian buah, aku mengambil banyak buah. Sulit untukku berhenti jika sudah belanja.
Saat masuk kebagian makanan ringan, aku melihat seorang anak ingin mengambil sekotak biskuit dirak paling atas. Tapi ibunya sedang asik berbincang ditelepon. Melihat anak laki-laki itu mulai mengambil ancang-ancang untuk melompat, aku segera mendekatinya dan meraih kotak biskuit yang ia inginkan lalu memberikannya.
" Terimakasih.'' ucapnya tersenyum ramah.
" Ya. Lain kali mintalah bantuan. Bisa berbahaya jika kau melompat dan rak ini jatuh menimpamu.'' ujarku mengusap rambutnya lembut. Ia mengangguk. Akupun kembali berkeliling.
Setelah berhasil menemukan semua yang kubutuhkan, aku segera membayar kekasir. Aku keluar dari supermarket itu dan kembali melangkah menuju rumah. Cuaca yang mendung membuatku semakin mempercepat langkahku menuju rumah. Udara dingin semakin terasa karena aku hanya memakai pakaian santaiku seperti biasa.
Aku baru akan berlari menuju rumah saat mataku dihadapkan oleh sebuah mobil berwarna hitam terparkir tak jauh dari rumahku. Aku memperlambat langkahku mengamati siapa pemilik mobil itu, tapi aku tidak menemukan siapapun disana.
Aku yakin itu bukan mobil keluargaku atau siapapun. Karena tiba-tiba aku mendapat perasaan buruk. Entah apa itu, Tapi...
" Wah.. Kau membeli banyak bahan. Apa kau akan memasak untukku?.''
Aku tertegun beku. Dibelakangku.. Suara dibelakangku berhasil menghentikan langkahku. Seketika kakiku sama sekali tidak bisa digerakkan dan terasa semakin lemas.
" Kau..'' Mulutku saja terasa kelu. Kenapa disaat seperti ini seluruh tubuhku tidak bisa diajak bekerja sama. Mungkin aku bisa mati disini..
" Ayo masuk. Diluar semakin dingin. Kau bisa sakit. '' ucapnya meraih jemariku dan menarikku.
Kazu..
Benar dugaanku. Bagaimanapun, dia akan tetap mendatangiku. cepat atau lambat. Terakhir kali aku bertemu, saat aku pingsan diruangannya. Sejak saat itu aku tidak pernah melihatnya lagi. Kemana dia menghilangpun aku tidak tahu. Dan aku juga tidak ingin mencari tahu. Rasa cemaskupun semakin berkurang dan akhirnya aku kembali tenang. Dan sekarang dia kembali lagi.
Aku hanya bisa menurut membukakan pintu dan membiarkannya masuk. Terus berjalan masuk sampai keruang tamuku. Seperti robot yang terasa sangat kaku. Aku meletakkan kantong belanjaanku dimeja dapur yang terletak disamping ruang tamu.
" Kau terlihat pucat sekali. Apa kau baik-baik saja?..''
Mengerikan saat kedua tangan asing itu memeluk bahuku dari belakang. Aku terlihat pucat?. Oh tidak. Aku hanya merasa nyawaku sedang dalam bahaya.
" Kenapa kau kemari?.'' tanyaku bergetar.
" Aku?. Hm.. Aku hanya ingin melihat keadaanmu. Waktu itu kau pingsan,bukan?. Maaf terlambat. Dan maaf juga karena tidak menolong saat kau pingsan. Saat itu aku ada urusan mendesak. Jadi aku pergi. Hihi..'' tuturnya mendaratkan wajahnya dibahuku.
" Kau..sengaja melakukan itu. Kau memang ingin membunuhku,bukan?. Waktu itu kau sengaja melepaskan genggamanmu.." ucapku setengah berbisik. Airmataku mulai menggenang.
" Ayolah lupakan masa lalu kelam itu. Saat itu aku hanya iseng ingin melihat bagaimana jika kau yang merasakan kematian itu terlebih dahulu. Saat itu kita masih anak-anak. Sangat ingin tahu tentang segala hal. Dan terkadang, untuk mengetahui sesuatu kita harus mencobanya sendiri.'' ucapnya membawaku duduk disofa dengan tubuhku dipangkuannya.
Suasana seperti ini.. Persis seperti d-
" Persis seperti dulu.. Sudah lama sejak terakhir kali aku memelukmu seperti ini. Waktu itu kau masih sangat kecil dan mungil. Dan ternyata sekarangpun masih tetap begitu..''
" Kau tidak perlu menemuiku lagi. Kita tidak akan pernah kembali menjadi teman ataupun sahabat seperti dulu. Kau memberiku trauma yang sangat mengganggu dalam pekerjaanku. Termasuk dalam kehidupanku. Trauma yang dibuat oleh orang yang sangat aku percayai. Yang mendapat obsesi untuk membunuh temannya sendiri..'' ujarku dengan suara bergetar menahan airmata. Ia meraih wajahku, menatap dengan lembut.
" Maafkan aku.. Maaf karena sudah membuatmu menderita. Aku sangat merasa bersalah-''
" Aku membencimu!.'' ucapku cepat. Airmataku berhasil jatuh. Seketika hening. Aku terus menatapnya dengan tatapan benci. Tidak. Aku sangat benci. Rasanya aku ingin membalas semua yang sudah ia lakukan padaku. Ingin rasanya membuatnya merasakan sekarat seperti yang kurasakan dulu.
" Kau memang pantas membenciku. Aku tidak akan melarangmu. Tapi satu hal yang harus kau mengerti. Tujuanku sangat sederhana. Kejahatan hanya akan bisa dibalas dengan kejahatan.'' Ia terhenti.
" Apa maksudmu.."
" Kita lihat saja nanti.. Aku menyimpan banyak kejutan selama aku pergi. Kali ini aku kembali bukan untuk membunuhmu. Aku sudah menyayangimu sekarang." ucapnya. Bibirnya mendarat lembut dibibirku. Seketika aku langsung meronta dan berhasil menjauh darinya.
" Maaf sudah merusak hari liburmu. Aku pamit sekarang." ucapnya melambai dan berlalu pergi.
Aku terduduk lemas dilantai. Apa yang dia maksud ' menyimpan banyak kejutan '. Apa yang akan ia lakukan kali ini? Hal buruk apa lagi yang akan terjadi?. Tapi dia bilang tidak ingin membunuhku. Lalu siapa kali ini yang akan ia incar?.
Jika bukan diriku, lalu siapa lagi? Sejak awal dia selalu bersamaku. Apakah dia akan melakukan sesuatu pada kelua-...
KELUARGAKU...
Apa incarannya adalah keluargaku?. Apa itu benar?. Apa yang harus aku lakukan jika itu benar. Ini bisa gawat. Tidak mungkin aku kembali kerumah itu lagi. Tapi aku harus segera melindungi mereka.
Sejak awal dia memang terlihat iri dengan kehidupanku yang terlihat bak putri raja dikastil itu. Ia terus menyinggung tentang betapa anehnya kehidupanku didalam rumah besar itu. Aku terus mengira itu adalah candaan. Sampai ibu memperbolehkannya masuk kerumah, dia tetap tampak tidak terlalu senang. Selain denganku, ia juga terlihat tidak suka dengan Rie yang terpaut umur cukup dekat dengannya.
Sepertinya ia memiliki alasan lain untuk melakukan ini. Tapi apa itu..
Aku harus segera bersiap..
~~~Next part💓😈
Vote dan komen terbuka💓😈
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Dokter [Completed✔]
Fiksi UmumLucu sekali dia mengatakan itu. " Kenapa?. Kau tidak bisa?. Sebagai seorang perawat kau harus bisa mengatasi itu kan?." Ahkhh!! Kalau bukan karena aku adalah perawat pendampingnya, aku akan segera pergi dan meninggalkannya mengoceh sendir...