Adil? Tidak..

16 7 3
                                    

   Aku mengerti kemarahan Sora. Dia hanya sangat kawatir. Aku sudah berhasil membuatnya marah dan kesal. Tapi sungguh, kenapa dia jadi sekesal ini sampai tidak mau menemuiku.

   Sekarang aku juga ikut kesal...

   " Dimana Sora? '' tanyaku pada beberapa pelayan yang menyambutku didepan pintu.

   " Dia keluar..'' jawab mereka pelan.

   " Hah.. Kalian sangat paham caranya berbohong..'' ucapku kesal berlalu meninggakan mereka dan beralih menaiki tangga menuju kamar Sora.

   Sejak kapan pria itu pandai menyuruh mereka untuk membohongiku? Bahkan aku bisa mencium kehadirannya dari jarak yang jauh. Aku sudah sangat kesal dengan tingkahnya yang seperti anak kecil yang tengah merajuk. Baiklah..

   Aku langsung membuka pintu kamarnya dan mataku langsung menemukannya tengah membaca buku santai di atas ranjangnya. Ia hanya menatapku sekilas dan kembali fokus membaca.

   " Oh sungguh. Sampai berapa lama kau akan bersikap dingin padaku? '' tanyaku masuk dan kembali menutup pintu kamarnya. Aku mendekatinya dan menaiki ranjangnya.

   " Hei tuli. Apa kau mendengarku? '' ujarku kesal yang berhasil membuatnya menoleh tajam. Tapi ia tetap diam ditempatnya dan kembali membaca bukunya.

   " Kau sebenarnya kenapa? Apa aku  melakukan kesalahan? Apa yang membuatmu sangat kesal? " kesalku lagi tapi tetap tidak diubris. Sontak aku berpindah duduk dipangkuannya dan menatapnya tajam. Aku meraih bukunya dan melemparnya kesudut ruangan. Dengan cepat, aku meraih wajahnya sampai tatapan kami bertemu.

   Entah apa yang membuatku nekat memancing amarahnya seperti ini, tapi aku sungguh sudah risih dengan sikapnya yang seolah berusaha menjauhiku. Dan sekarang terserah apapun yang akan ia lakukan, aku hanya ingin tahu kenapa dia sangat kesal.

   " Apa yang kau inginkan? '' tanyanya dingin menatapku tak kalah tajam. Tangannya sudah bersiap untuk melemparku.

   " Tolong.. Katakan padaku kenapa kau terlihat kesal padaku.. Apa yang membuatmu semarah ini. "

   " Hm.. Kecuali saat kau menyuruh mereka untuk menahanku dan kau pergi sendirian ketempat itu. Dan akhirnya kau meneleponku meminta pertolongan dan aku melihatmu memeluknya. Selain dari itu, aku memang tidak punya alasan untuk kesal.'' jawabnya memalingkan wajahnya dariku.

   Aku terkejut mendengar kalimatnya itu. Tentang waktu itu? Apa dia masih memikirkan kejadian itu? Ada apa dengan pria ini?

   " Kau.. Kau masih memikirkan itu? Itu sudah seminggu yang lalu.. Apa aku benar-benar harus menjelaskan itu padamu? Itu tidak seperti yang kau pikirkan. " ucapku meraih wajahnya lagi tapi dia tetap mengalihkan tatapannya tidak ingin menatapku.

   " Aku tidak memikirkan apapun.'' ucapnya cepat.

   Aku menghela kesal. Kali ini aku menahan tengkuknya kuat, membuatnya tidak bisa berpaling kemanapun lagi.

   " Saat itu aku berhasil membuatnya meminum anggur dengan obat pelumpuh itu. Tapi di saat-saat terakhir, dia kembali memasukkan anggur itu kemulutnya dan menyuapkannya padaku secara paksa. Aku tersedak dan menelan anggur itu. Alhasil aku juga merasa semakin pusing. " tuturku.

   " Kalian berciuman.." ucapnya cepat dengan mata kesalnya. Aku memutar bola mataku kesal.

   " Tentu saja.. Tapi itu untuk membuatku ikut meminumnya. Dia ingin aku juga lumpuh sepertinya. Dia memelukku lebih dulu. Dan saat aku mulai tidak sadar, aku balas memelukknya. Itu hanya kebetulan. " tuturku lagi.

   " Romantis sekali..'' balasnya dengan nada dingin.

   Huft.. Tunggu. Sejak kapan ia bersikap seperti kekasihku seperti ini? Apa ini yang namanya cemburu? Apa dia cemburu? Tapi itu tidak mungkin. Karena dia sendiri yang setuju bahwa aku akan memperlakukannya seperti apapun yang kuinginkan. Dia tidak seharusnya merasa cemburu dengan hal itu.

   " Apa kau..cemburu? '' tanyaku pelan. Tiba-tiba ia memaksa membuang tatapannya dariku. Wajahnya tertutup oleh rambut putihnya, membuatku tidak bisa melihat ekpresinya. Tapi satu hal yang kusadari, telinganya memerah.

   Aku tersenyum lucu. Akupun memeluknya dan mendaratkan kepalaku dibahunya. Mengusap tengkuknya lembut.

   " Kau tidak punya hubungan apapun denganku. Kau tidak berhak merasa cemburu. Sadarlah. Kau hanya tangan kananku. Tidak lebih.'' ucapku pelan tepat ditelinganya.

   Kalimatku terdengar sangat jahat. Aku hanya merasa itu terlalu berlebihan. Pria ini merasa cemburu hanya karena kami pernah melakukan hal yang sama dan sekarang aku melakukannya juga pada yang lain.

   " Kau tidak kubayar untuk menjadi kekasihku disaat aku sedang melakukan pekerjaanku. Rasa cemburumu itu sangat menyusahkanku sekarang. Buang perasaanmu itu. Dan bersikaplah profesional seperti biasa. Mengerti? '' titahku tegas melepas pelukkanku dan menatapnya dingin.

POV SORA

   Aku meneguk ludah takut.

   ' Rasa cemburumu itu sangat menyusahkanku sekarang '

   Kalimat itu terus bergema ditelingaku. Gadis ini sangat marah dengan perasaanku? Apa aku cemburu? Tunggu. Mungkin memang benar. Tapi itu semua hanya hal alami yang kurasakan karena selama ini aku merasa sangat dekat dengannya.

   Dia hanya menganggapku sebagai bodyguard biasa. Itu tidak salah. Tapi apa sungguh dia tidak merasakan apapun selama bersamaku? Apa hanya aku yang bersikap posesif seolah dia adalah milikku? Mungkin memang hanya aku..

   Oh.. Aku harus kembali sadar bahwa dia adalah majikanku. Aku tidak boleh memiliki perasaan ini. Ada apa denganku sekarang? Ah.. Sekarang aku merasa buruk karena sudah bersikap seperti anak-anak yang merajuk. Dia benar. Aku harus kembali bersikap profesional. 

   " Aku mengerti.." ucapku pelan. Ia tersenyum dan masih membelai pipiku lembut.

   Jujur saja, gadis ini terasa semakin kejam setiap harinya. Tingkahnya sangat aneh dan lebih egois dari biasanya. Nada bicaranya, tatapannya dan senyumannya tidak lagi sama seperti sebelum ia menemukan pria bernama Kazu itu. Sepertinya pria itu memang berhasil mengubahnya menjadi kejam.

   Gadis ini semakin terlihat angkuh dan dominan. Auranya semakin gelap dengan tindakannya yang semakin sulit ditebak. Traumanya memang buruk. Tapi sebelum menemukan pria itu, aku masih bisa merasakan kehangatannya. Dia masih sangat baik dan perhatian. Tapi sekarang dia sudah berubah total. Apa ini buruk?

   " Baiklah. Kuharap kau masih sabar menghadapiku. Karena aku sungguh sangat tidak bisa menerima bantahan sekarang. Jika kau memang tidak sanggup lagi, katakan padaku. Aku akan mencari penggantimu.'' ujarnya beralih turun dari pangkuanku. Tapi dengan cepat aku menghentikannya.

   " Jangan.. Aku akan terus melayanimu..''

   Ia tersenyum lembut. Tubuhnya mendekat. Ia menciumku lembut...

   Seperti biasa.. Itu membuatku merasa sangat ingin memilikinya..


~~~~Next part💓💓
         Vote dan komen terbuka💓💓

Tuan Dokter [Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang