CPL-04

9.1K 832 32
                                    

Mata Haechan sesekali menatap Mark disela-sela waktu dia merias wajahnya. Mark yang katanya tidak bisa tidur selain di kamar kesukaannya itu malah terlihat tidak bernyawa tidur di kasur milik Haechan. Jadi apakah perkataan sebelumnya itu merupakan sebuah pembohongan publik?

Ntahlah, Haechan tidak perduli.

Selesai merias wajah ganteng nan rupanya itu, Haechan masuk lagi ke dalam walk-in closed. Haechan harus terlihat rapi hari ini. Ini hari pertama Haechan kerja lagi setelan masa cutinya habis. Tapi Haechan lupa memberi tahu kalau dia akan segera masuk kerja lagi, jadi tidak ada pakaian formal miliknya di sini. Maka dari itu, Haechan memutuskan untuk mencuri pakaian milik Mark saja.

"Mau ke mana?" Suara Mark yang masih terdengar serak itu menginterupsi kegiatan Haechan yang sibuk merapikan penampilannya di depan cermin.

"Hari ini aku masuk kerja. Karena lupa jadi aku pinjam pakaianmu saja."

"Hyung kira mau berhenti kerja."

"Istri-istri kamu saja wanita karier, masa aku berdiam diri di rumah terkurung seperti anak perawan saja."

"Hyung tidak masalah kalau masih mau kerja, asalkan jangan terlalu lelah. Kita sedang program baby kalau Sayang lupa."

"Tentu saja aku ingat. Tapi nanti kalau aku hamil gimana dong?! Masa aku pakai dress pas kerja?!" Haechan menatap Mark dengan tatapan horror yang dia punya.

"Kalau tidak mau pakai dress ya terpaksa ambil cuti lagi."

"Hah .... Sudahlah, nanti saja memikirkan soal itu. Aku mau pergi sekarang takut telat." Haechan melewati Mark agak terburu-buru

"Lho, kita belum sarapan."

"Aku ada briefing!" Saut Haechan setengah berteriak.

Sedangkan Mark yang ditinggal cuma bisa bengong melihat Haechan seperti kilat numpang lewat saking cepatnya menghilang dari pandangan.

"Oppa"

Mark menoleh. Ternyata Je Haa. "Je Haa, kenapa?"

"Kok belum mandi? Apa Oppa tidak kerja hari ini?"

"Oppa pergi nanti pas matahari diatas kepala."

"Ish! Bos yang tidak boleh dijadikan contoh." Je Haa cuma berdecak pelan. "Je Haa hari ini izin tidak pulang, boleh, Oppa?"

"Ei~ mau buat baby, ya~" goda Mark sambil mengedipkan sebelah matanya sok sexy.

"Nah itu Oppa tahu."

"Beritahu Oppa kalau calon suami Je Haa main-main dibelakang. Biar Oppa patahkan kepalanya."

"Kalau dia mati Je Haa tidak jadi nikah lagi dong"

"Itu masalah mudah, Oppa masih banyak kenalan laki-laki kaya dan tentunya ganteng."

"Ya, ya .... Terserah Oppa saja. Je Haa pergi dulu."

"Hati-hati."

"Iya, Oppa."

Sedangkan ditempat lain, Haechan melongok melihat Hyena seperti orang kena usir dengan koper besar dan barang-barang kecil seperti paper bag memenuhi kedua lengannya. Terlihat sangat kesusahan.

"Hyena mau ke mana?" Haechan memutuskan menegur saudarinya ini

"Aku mau ke lokasi syuting, Chan."

"Sendiri? Tidak dengan Manager?"

"Ada kok di depan menyusun barang di mobil. Ini yang aku bawa sisanya."

"Ya sudah sini aku bantu, sekalian mau ke depan juga."

"Memangnya mau ke mana?"

"Kerja. Ini hari pertama setelah cuti menikah. Kenapa tidak membangunkan suami tercinta kalian itu? Dia membuat sempit ranjang ku" Haechan mengeluarkan unek-uneknya biar istri perempuan Mark mau menyeret Mark balik ke tempatnya sendiri.

"Jangan sampai Mark Oppa tahu. Dia bisa melarang aku pergi lagi."

"Memangnya suamimu itu tidak mengizinkan kerja?"

"Bukan tidak memberi izin, dia tahunya aku belum pulang, aku pulang cuma mau mengambil barang yang ketinggalan saja."

"Oh ...." Haechan ngangguk mengerti

Sampai di depan, Haechan memisahkan diri menuju ke garasi yang letaknya paling dekat dengan pintu utama. Belum sampai ke garasi, sebuah mobil berhenti disamping Haechan.

"Nyonya Lee, silahkan masuk. Saya ditugaskan tuan Lee untuk mengantar Anda." Ucapnya sopan. Membuka pintu belakang mempersilahkan sang nyonya untuk masuk.

"Terima kasih."

_^_

Sungguh Haechan tidak habis pikir dengan suaminya ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sungguh Haechan tidak habis pikir dengan suaminya ini. Apa dia tidak takut kalau memberikan kepercayaan kepada orang agak asing ini?

Perasaan pas Haechan kaya dulu tidak seperti ini terlalu percaya dengan orang asing. Jatuh miskin nanti nangis.

Selesai briefing beberapa menit yang lalu, sekarang Haechan duduk manis dihadapan meja kerja miliknya. Dengan banyak buket bunga bertebaran di bawah meja kerja Haechan. Kata teman-teman Haechan di sana, sebagai sambutan dan selamat atas pernikahannya.

Tidak apa-apa, Haechan senang kok. Berarti teman-temannya perduli, kan?

Mata Haechan fokus memperhatikan angka bulat dengan jumlah yang membuat matanya sakit. Tapi tidak apa-apa itu artinya suaminya ini kaya hingga 10 keturunan. Haechan beralih mengecek pengeluaran bulan ini.

"Hah? Apa ini? Sebentar" Haechan menyipitkan mata. Jari telunjuk Haechan menekan satu persatu jumlah angka bulat di layar komputernya. "3,4 M pengeluaran per--HAH! YANG BENAR SAJA PER-MINGGU?!" Haechan membekap mulutnya tidak percaya.

Dan detik itu pula Haechan meminta penjelasan dari sumber pencari uang.

"Ini serius? Tidak salah? Ini bahkan belum perbulan sudah sebesar itu?"

"Tanya satu-satu, Sayang."

"Kenapa pengeluaran per-minggu tidak pernah keluar dari 3 M? Sebenarnya apa yang kalian beli?" Pekik Haechan tertahan.

"Hyung rasa sebanding melihat penghuni dan bentuk rumah kita sebesar itu."

"Ini cuma pengeluaran untuk mengisi perut saja, ya, belum yang lain. Pokoknya aku akan batasi pengeluaran semua kartu kalian. Kecuali pendapatan pribadi istri-istri cantikmu itu."

"Tapi .... Tapi ...."

"Tapi apa?"

"Hyung mau beli mobil." Ucap Mark pelan.

"Oh, boleh kok, asal setengah mobil di garasi bawah dijual untuk membeli mobil baru."

"..."

_^_

Note

Sekali lagi aku wanti-wanti untuk tidak meninggalkan segala bentuk komentar tidak mengenakkan. Saran dan kritik boleh, asalkan yang membangun.

Terima kasih.

Calon Penerus Lee • MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang