CPL-19

3.8K 293 11
                                    

"Dok, bagaimana? Istri saya sakit apa?" Mark bertanya harap-harap cemas.

"Haechan tidak apa-apa, dia tidak sakit."

"Terus kenapa bisa berdarah begitu?"

"Ingat dengan apa yang dialami sama manta istri kamu, Mark? Ini kasus yang sama." Tutur sang dokter.

"Mantan istri? Maksudnya ketika mereka hamil muda?"

Dokter mengangguk, "sama persis."

"Tapi darahnya banyak sampai mengalir, calon anak kami tidak apa-apa, kan?"

"Tidak apa-apa, kamu tenang saja. Sebagian memang ada yang seperti itu, tapi yang paling banyak memang cuma berupa flek saja."

Mark termenung beberapa saat. Pikirannya berkecamuk membuat rasa khawatirnya semakin menjadi-jadi. Mark tentu bahagia dengan kabar kehamilan Haechan, tapi Mark juga takut dengan kemungkinan sesuatu yang buruk menjadi kenyataan.

"Mark."

"Ah, iya, Dok."

"Kehamilan Haechan lebih beresiko keguguran kalau kamu tidak lebih memperhatikan Haechan. Ini bukan hanya soal darah Lee, tapi juga karena rahim itu buatan."

"Aku mengerti, Dok. Aku sudah menyiapkan dari jauh-jauh hari soal ini."

"Baguslah. Aku harap kali ini berhasil."

"Kami sekeluarga juga mengharapkan hal itu."

_^_

"Huwaaa .... Mark Hyung."

Mark yang baru masuk langsung panik melihat istrinya menangis histeris. "Sayang, kenapa?!"

"Huwaaa ...." Bukannya menjawab, Haechan malah menangis makin kencang.

"Ada yang sakit, ya? Hyung panggil dokter dulu." Haechan menggeleng, dia malah meluk pinggang Mark dan masih lanjut menangis.

"Sayang, jangan begini, kasih tahu Hyung ada apa? Hyung panik kalau kamu begini."

"Kata suster tadi aku akan ada adik bayi disini." Haechan mengelus perutnya. Mendengar jawaban itu akhirnya bisa membuat Mark bernapas lega.

"Terus kenapa menangis? Memangnya tidak senang kalau akan ada adik bayi?" Tanya Mark lembut.

"Senang kok!" Seru Haechan tegas. Haechan menatap Mark sinis ditanya seperti itu. Apa-apaan pertanyaan itu?!

Mark yang ditatap begitu jadi gelagapan. Salah tanya nih?

"Selamat ya, Sayang, sebentar lagi menjadi, Mama." Mark menjabat tangan Haechan ceritanya memberi selamat dalam bentuk formal.

"Ei, bukan Mama, tapi Papa. Aku mau dipanggil Papa." Tegas Haechan.

"Oh Papa, Papa Cantik, begitu?"

"Ah, Hyung, bisa aja."

Plak

Haechan menampar pelan lengan Mark. Malu-malu ceritanya.

"Uluh, uluh .... Papa Cantik~" Mark gemas mencubit pipi Haechan yang kian hari kian membulat.

"Sini, cium sini." Haechan menyodorkan wajahnya dengan senang hati.

Mark menangkup kedua pipi Haechan, terus mencium seluruh wajah Haechan dari kening, hidung, kedua pipi bulatnya, dagu, yang terakhir bibir kesukaan Mark.

Selesai acara cium-ciuman mereka berdua saling tatap, tidak ada yang membuka suara hingga beberapa menit berlalu. Tatap-tatapan itu berhenti ketika Haechan nyeletuk, "Hyung, ayo beli mobil. Aku bosan sama mobil di garasi."

Calon Penerus Lee • MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang