[38] Seandainya

155 18 0
                                    

Bila kalian memiliki satu kesempatan untuk memutar waktu kembali, hal apa yang paling ingin kalian ulangi?

Kalau Darel, ia ingin kembali pada hari dimana dirinya pertama kali melihat Valerie.

Hari itu.

Hari dimana pertama kalinya Darel melihat Valerie, adalah ketika Darel dihukum karena dirinya ketahuan merokok di toilet sekolah.

"Kalian tau apa salah kalian?" Tanya Pak Doni, selaku guru bimbingan konseling yang menjabat di SMA Avenue.

"Tau, pak. Tapi-"

"Nggak usah tapi tapi." Ujar Pak Doni dengan nada tinggi, memotong ucapan Darel membuat cowok itu dan kedua temannya hanya bisa menundukkan kepala. "Kalian itu udah bukan sekali dua kali berbuat onar di sekolah ini. Saya tu sampe capek ngurus kalian tau, gak." Sambungnya.

"Ya ngapain bapak ngurusin ķita? Kan, kita juga nggak minta diurus sama bapak." Jawab Darel.

"DIAM KAMU!" Bentak Pak Doni emosi.

Benar, ini memang bukan pertama kalinya Darel dan gangnya melanggar aturan sekolah. Dalam lima bulan pertama, mereka tercatat sudah melanggar tiga belas aturan sekolah, yang masing-masing aturannya sudah dilakukan lebih dari sekali.

Segala sanksi mulai dari membersihkan kamar mandi hingga skorsing dan pemanggilan orang tua sudah dilakukan. Namun, ketiga anak itu masih saja tidak berubah. Sayangnya, sekolah tidak bisa mengeluarkan ketiganya karena orang tua dari ketiganya memiliki peran penting dalam yayasan sekolah. Serta, masing-masing dari mereka memiliki kelebihan yang sering mengharumkan nama sekolah sejak SMP.

"Kali ini, bapak tidak akan menghukum kalian."

Ucapan Doni langsung membuat Darel, Raga, dan juga Kennan mengangkat kepalanya. Mereka terlanjur menunjukkan wajah senang karena tau mereka tidak akan dihukum oleh guru berkaca mata bulat tersebut.

"Mantap lah, pak. Saya suka bapak yang begini. Seharusnya dari kemaren-kemaren aja bapak begini. Jadi,'kan, bapak nggak perlu capek ngurusin kita. Makasih ya, pak, udah bebasin kita dari hukuman." Ujar Darel yang disetujui oleh kedua temannya.

Pak Doni berdecih. "Siapa yang bilang kalian bebas hukuman?"

Darel dan kedua temannya memandang Pak Doni bingung.

"Loh, tadi,'kan, bapak bilang nggak bakal hukum kita?" Ujar Raga dengan alis terangkat.

"Iya, bapak memang nggak ngehukum kalian. Tapi, bapak udah serahin hukuman kalian sama dia." Pak Doni menunjuk ke arah pintu dimana seorang gadis dengan wajah kebaratan dan rambut diikat sebagian berdiri di ambang pintu sembari menunjukkan senyuman yang amat tipis pada Pak doni.

"Masuk, Valerie." Ujar Pak Doni pada Valerie, yang langsung disambut anggukan halus oleh gadis itu.

Darel dan kedua temannya hanya terus memandangi Valerie yang berjalan mendekati Pak Doni tanpa mata berkedip. Mereka benar-benar terpana akan keanggunan yang dimiliki oleh gadis itu. Meskipun wajahnya datar dan dingin, aura cantik yang dikeluarkan oleh gadis itu mampu membius ketiganya.

"Siang, pak. Maaf saya baru datang. Saya baru selesaiin ulangan saya." Ujar Valerie setelah menyalami tangan Pak Doni.

Pak Doni tersenyum sembari mengangguk.

"Nah, Valerie, ini tiga biang kerok yang saya bilang tempo hari. Mereka ini ketauan ngerokok lagi di toilet." Ujar Pak Doni sembari menekankan kata 'lagi'.

Dari nadanya, Valerie sudah mengetahui bahwa Pak Doni memang sudah terlampau kesal menghadapi ketiga lelaki di depannya itu.

Valerie memandang sesaat ketiganya secara bergantian. Ketiganya pun hanya terus menatap Valerie tanpa memedulikan Pak Doni yang memandang mereka garang. Valerie yang ditatap oleh mereka sama sekali tidak menunjukkan ekspresi apapun selain datar.

Cassiopeia [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang