[30] Siswi baru

746 34 1
                                    

I'm not living in the back. So i'll keep walk forward, leaving the bad as much as i can in the past.
-AgathaValerie-
•••

"Nya, lo liat Valerie, nggak?"

Kenya memandang sekeliling lalu menggeleng. "Dari gue dateng sampai sekarang, gue sama sekali nggak ngeliat itu anak."

Revan menggaruk belakang telinganya tiba-tiba saja terasa gatal. "Kemana ya, dia? Nggak masuk sekolah apa gimana?"

"Emangnya kenapa?"

Revan mengambil posisi duduk di depan kursi yang Kenya duduki. "Nggak kenapa-kenapa, sih. Cuma, buku catetan fisikanya dia itu masih ada di gue. Nanti,'kan, kita ada ulangan. Gimana Valerie mau belajar?"

"Yaelah. Valerie, mah, nggak belajar juga auto cepe nilainye." Kenya menutup bedaknya dan menghela napas. "Tadi, gue udah coba telfon dia, sih. Tapi nomornya nggak aktif."

"Apa Valerie nggak masuk, ya? Tapi kenapa? Dia sama sekali nggak ngomong kalau hari ini bakal nggak masuk."

Percakapan keduanya terputus saat guru bahasa inggrisnya memasuki ruang kelas dengan seorang gadis berseragam Avenue, namun tak pernah mereka lihat sebelumnya.

Salah seorang siswa bersiul dan mengangkat tangannya. "Bu, itu murid baru, ya? Cantik beud, bu!" Ujarnya langsung membuat seisi kelas ramai memperbincangkan siswi berwajah bule tersebut.

Guru dengan nama Dian itu mengetuk papan tulis dengan spidol, menarik perhatian seisi kelas. "Baik, anak-anak. Ini adalah Vean, dan benar, Galih, dia akan menjadi murid baru di kelas ini." Ujarnya membuat para siswa langsung bersemangat.

"Vean, silahkan perkenalkan diri kamu." Ujar Dian pada gadis dengan wajah bule tersebut.

"Hi, guys. Gue Vean, Vean Sheryl Austriana. Gue pindahan dari Amrik. Gue nggak terlalu pandai bahasa. Jadi sorry kalau bahasa gue a little bit messed up. But still, i hope you guys can be good friends to me." Ujarnya dengan aksen Amerika yang masih melekat jelas di setiap ucapannya.

Alan, sang ketua geng rusuh di kelas mengangkat tangannya.

"Ada apa, Alan?"

"Bu, itu barusan dia ngomong apa, ya? Saya kaga ngerti." Ujar Alan mengundang sorakan dan tawa seisi kelas.

Kenya memukul lengan Alan dengan buku paket yang sudah ia gulung. Kebetulan posisi duduk Alan tepat berada di belakangnya. "Malu-maluin aja, lo."

"Ya maklum. Lo tau sendiri,'kan, bahasa Inggris gue Inalillahi wa inna ilaihi rojiun?" Sahut Alan.

Vean tersenyum geli. Ia tak terlalu tau arti secara keseluruhan apa yang diucapkan oleh Alan. Tapi yang Vean tangkap, Alan tak mengerti maksud dari ucapannya, tadi.

"Vean ini murid pindahan. Dia tidak terlalu fasih berbahasa Indonesia. Ibu sangat berharap kalian bisa membantu dia." Ujar Dian.

Dian kemudian mempersilahkan Vean untuk duduk. Kebetulan bangku yang berada di belakang Valerie kosong karena murid yang biasanya duduk disana sudah pindah ke Bandung. Jadi, disanalah Vean akan duduk.

"Hai, gue Kenya."

Vean membalas jabatan tangan Kenya dengan senyuman diwajahnya. "Hi, nice to know you. Muka lo babyface banget, ya?"

Cassiopeia [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang