[43] Menciptakan Sebuah Jarak

81 5 2
                                    

Hari berlalu begitu cepat hingga tak terasa dua minggu kini sudah Valerie lewati tanpa kegiatan belajar. Malam telah berganti menjadi pagi. Sejak subuh tadi, kota Jakarta diguyur hujan deras tanpa henti. Meskipun begitu, beberapa orang terlihat masih semangat untuk menjalani kewajibannya sebagai pelajar atau pekerja.

Jam sudah menunjukkan pukul enam lewat lima belas menit. Valerie sudah berdiri di depan cermin dengan seragam yang dilapisi sweater hitam polos dan juga ransel yang sudah menggantung di pundaknya.

Valerie menyambar kunci mobilnya dari atas meja belajar. Selain karena cuaca yang tidak mendukung untuk mengendarai motor, Valerie juga masih ragu bila harus mengendarai motornya dengan kondisi keseimbangannya yang belum kembali sempurna.

Ya, dokter telah memastikan bahwa tidak ada komplikasi ataupun resiko lain yang Valerie bawa setelah operasi selain keseimbangannya yang sedikit terganggu. Valerie hanya perlu terapi beberapa kali agar bisa menjaga keseimbangan tubuhnya kembali.

"Lo udah mau berangkat?" Suara itu mengintrupsi Valerie untuk menoleh.

"Iya. Udah kesiangan." Jawabnya.

Christian mengulurkan tangannya yang memegang paper bag berisi bekal makanan dan beberapa obat yang masih harus Valerie minum untuk beberapa waktu ke depan. "Jangan sampe lupa."

Valerie tersenyum simpul lalu menerima paper bag tersebut. "Thanks, Christ. Gue berangkat dulu."

Christian mengangguk membiarkan Valerie meninggalkan apartmentnya. Sejak Valerie keluar dari rumah sakit tiga hari yang lalu, Christian memang menginap di apartment Valerie agar bisa mengontrol kondisi adiknya kalau-kalau ada hal yang terlihat tidak beres dari Valerie.

Christian juga yang membantu Valerie mengurus apartmentnya selama cewek itu sakit. Ia yang membersihkan, juga memasak untuk adiknya itu. Beruntungnya, saat Christian tinggal di Milan, ia terbiasa memasak untuk dirinya sendiri. Jadi dirinya tak ragu memasak untuk Valerie.

Syukurlah sejak Valerie keluar dari rumah sakit, cewek itu tidak lagi merasakan sakit yang serius. Hanya beberapa kali Christian menangkap Valerie yang terlihat lemas apabila cewek itu melakukan terlalu banyak kegiatan. Oleh karena itu, dirinya selalu mengingatkan Valerie untuk tidak melakukan banyak aktivitas saat di sekolah nanti.

Valerie juga terlihat sedikit berubah. Sikapnya yang semula sangat amat cuek kini mulai menghangat. Cewek itu kini mulai mudah untuk menampakkan senyumnya pada orang lain. Ia juga mulai berbicara dengan nada yang 'sedikit' bersahabat walaupun tidak selalu. Entah apa yang membuat cewek itu berubah. Intinya, Christian mulai menyukai sikap Valerie sekarang.

Valerie mengendarai mobilnya menuju sekolah dengan kecepatan sedang. Awalnya, Christian menawarkan diri untuk mengantar dan menjemputnya. Namun seperti biasa, Valerie dengan keras kepalanya menolak tawaran Christ.

Hari ini, jalanan cukup padat. Karena sedang hujan, banyak orang yang memilih untuk mengendarai mobil ke tempat tujuannya. Untungnya, sepuluh menit sebelum bel, Valerie sudah tiba di sekolah. Jadi, ia tidak akan mendapat poin karena terlambat.

"Valerie?"

Valerie berbalik dan tersenyum singkat saat melihat Stevan berdiri di belakangnya. "Hi, Stev."

Stevan yang tersenyum riang langsung mengambil langkah cepat dan memeluk Valerie. Ia tak bisa menahan rasa bahagianya ketika melihat Valerie sudah kembali bersekolah.

"Akhirnya lo masuk juga."

Valerie tersenyum tipis dan membalas pelukan Stevan.

"Lo udah sembuh banget, nih? Nggak bakal pingsan lagi,'kan?" Ledek Stevan setelah lelaki itu melepas pelukannya membuat Valerie memutar bola matanya jengkel.

Cassiopeia [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang