[35] Hilang

235 13 1
                                    

"Lo kenapa keras kepala banget, sih?!" Ujar Stevan kesal saat Valerie memaksakan berjalan padahal langkah cewek itu tidak stabil.

Valerie tak memedulikan ucapan Stevan dan tetap memaksakan dirinya untuk berjalan menuju tenda. Ia sangat membutuhkan air. Tubuhnya sudah benar-benar lemas.

"Ta, lo kenapa?" Valerie menghentikan jalannya saat suara Darel mengalihkan perhatiannya.

Sedangkan Darel hanya bisa mengerutkan kening saat melihat gadisnya berjalan sempoyongan dengan kepala menunduk.

Awalnya, Darel dan teman-temannya berniat untuk kembali ke tenda mereka karena malas mengikuti kegiatan pendalaman materi yang membosankan baginya. Tapi dirinya tak sengaja melihat Valerie dan Stevan yang sedang berbincang. Jadi, ia memutuskan untuk menghampiri keduanya karena dirinya juga merasa cemburu dan tak ingin Valerie bersama dengan Stevan.

"Ta?"

Valerie mengangkat kepalanya dan memandang Darel bersama ketiga temannya. Sayangnya, pandangannya sudah mulai mengabur. Dunia di sekitarnya seakan berputar hebat.

Darel mengerutkan dahinya saat melihat wajah pucat milik Valerie. Sejak saat upacara tadi, cowok itu selalu memerhatikan gadisnya. Memang wajah Valerie terlihat pucat sejak mereka berada di dalam bus. Namun tidak sepucat sekarang. Bibir cewek itu bahkan seperti tidak dialiri dengan darah. Bulir keringatpun terlihat membasahi dahi Valerie.

Valerie yang merasa tubuhnya semakin lemas dan tak mampu berdiri itu maju selangkah dan langsung memeluk erat tubuh Darel, membuat kelima cowok itu terkejut dan kebingungan, termasuk Stevan.

Darel balas memeluk pinggang Valerie meski cowok itu kebingungan. "Lo kenapa?" Tanyanya panik saat ringisan kecil Valerie terdengar ditelinganya. Cowok itu bisa merasakan tubuh Valerie yang gemetar.

"Tolongin gue.." ujarnya lemah yang terdengar seperti bisikan untuk Darel. Dirinya sudah tak kuat menahan rasa sakit yang teramat sangat di kepalanya.

Darel memahami bahwa Valerie sedang kesakitan. Cowok itu dengan sigap langsung meletakkan satu tangannya di bawah ketiak Valerie dan satunya di bawah lutut cewek itu.

Valerie otomatis memeluk leher Darel dan menyembunyikan wajahnya di lekukan leher cowok itu dengan mata terpejam saat Darel mengangkat tubuh Valerie membuat teman-temannya semakin kebingungan.

"Valerie kenapa?" Tanya Kennan pada Darel.

"Dimana tenda PMR?" Tanya Darel pada Stevan, mengabaikan pertanyaan Kennan.

Stevan yang awalnya sempat merasa cemburu langsung memahami situasi. "Ikut gue." Ujarnya sembari berjalan menuju tenda PMR diikuti oleh Darel dan yang lainnya.

"Tahan, Ta."

•••

"Huh..capek banget gue." Keluh Metta pada Revan yang sedang membereskan gulungan kertas dan memasukkannya ke dalan kardus.

Revan memandang Metta sejenak sebelum kembali melanjutkan kegiatannya. "Istirahat aja. Kan tugas lo udah selesai. Tinggal atur acara api unggun,kan?"

Metta duduk di atas patahan batang pohon yang tergeletak di tanah. Cewek itu memijit kakinya yang terasa pegal. "Iya, sih. Tapi kasian Sean ngatur pos games sendirian."

Cassiopeia [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang