[42] Pertemuan Pertama

58 6 0
                                    

"Jadi, om orang tua Agatha? Maksud saya, Valerie?"

Xaphire menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Ia membuang pandangannya ke jendela sebelum menjawab pertanyaan Darel.

"Saya sudah bilang sama kamu, tadi."

Darel melirik Xaphire kemudian menyesap hot americano miliknya. Saat ini, kedua orang itu sedang berada di sebuah kafe yang terletak di sebrang rumah sakit dimana Valerie dirawat. Sebenarnya, Darel enggan meninggalkan Valerie disana. Namun, karena Xaphire yang memintanya untuk berbicara di luar rumah sakit, jadilah disini mereka berada sekarang.

Xaphire tak banyak bicara. Namun, ia sering memandang Darel dengan sarat tak terbaca, membuat Darel terus menaruh curiga padanya. Pandangan Xaphire seolah pria itu sedang menilainya. Entah apa yang Xaphire ingin cari tau darinya, yang jelas, Darel yakin bahwa Xaphire bukan tipe pria yang memiliki sikap hangat.

Namun, Darel tak bisa bohong. Xaphire memiliki pesona yang luar biasa sebagai seorang pria. Wajahnya yang terpahat dengan lekukan tegas, tubuh proporsional, juga beberapa tattoo yang telihat di bagian lengannya, membuat pria ini terlihat sempurna. Mungkin, sebagian orang tak akan percaya bahwa pria di hadapannya ini telah memiliki seorang anak gadis berusia enam belas tahun.

Pantes aja anaknya cantik banget, anjir! Batinnya.

"Om, boleh saya tanya sesuatu?" Darel menumpukan kedua sikunya pada kedua pahanya. Sedikit membungkuk, cowok itu menatap Xaphire yang juga sedang menatapnya.

Xaphire tak menjawab. Ia hanya diam, namun matanya menyaratkan bahwa ia mengiyakan permintaan Darel.

"Kenapa om baru muncul sekarang?" Pertanyaan sederhana dari Darel mampu membuat Xaphire tertegun.

Xaphire merasa pertanyaan Darel seolah lelaki itu sedang menyinggungnya. Karena sejak awal Valerie sakit, dirinya memang tak pernah menampakkan diri.

"Saya rasa, itu bukan hal yang perlu kamu tau." Jawabnya membuat Darel menaikkan sebelah alisnya.

Jelas Darel merasa bahwa ia perlu mengetahui mengapa pria itu baru muncul sekarang. Jika memang Xaphire adalah ayah dari kekasihnya, seharusnya pria itu datang ketika dokter memerlukannya untuk melakukan tindakan yang akan diberikan pada anak gadisnya.

"Sejak umur sepuluh tahun, gue udah jauh banget dari bokap."

Darel menundukkan wajahnya lalu menghela napasnya. Ya, iya teringat bahwa Valerie pernah menceritakan bahwa ia tidak berhubungan dekat dengan ayahnya sendiri.

"Darel."

Panggilan Xaphire membuat Darel mengangkat kepalanya dan menatap pria itu.

"Kenapa, om?"

"Sejak kapan kamu berhubungan dengan Valerie?"

"Berhubungan gimana, om? Pacaran, maksudnya?" Tanyanya yang dibalas anggukan oleh Xaphire.

Darel tersenyum singkat. "Sekitar.. satu bulan lebih, mungkin, om. Saya nggak inget. Soalnya buat saya, inget hari jadian itu nggak penting. Yang penting, setiap hari saya bisa deket terus sama Agatha. Maksud saya, Valerie." Ralatnya diakhir.

Xaphire kembali mengangguk atas jawaban Darel.

"Apa kamu suka sama anak saya?"

Darel terkekeh sebelum kembali menjawab. "Saya rasa, saya sayang sama Valerie, om." Darel tersenyum. "Bagi saya, Valerie itu special. Dia beda dari banyak cewek yang pernah deket sama saya. Valerie bisa bikin saya sadar kalau selama ini, hidup saya terlalu sia-sia karena saya terlalu sering permainin waktu yang saya punya. Saya nggak pernah serius sama pikiran, apalagi hati saya. Rasanya, hidup saya datar-datar aja. Siklusnya berulang, dan nggak pernah ada yang berarti buat saya."

Cassiopeia [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang