Pagi ini Jessa bangun lebih pagi dari biasanya. Semua itu karna dari semalam ia tidak bisa tidur nyenyak. Pikirannya terus melayang pada rencana kencan pertamanya kali ini. Hingga membuat ia sering terbangun dan melirik jam di ponselnya. Jessa berharap semoga malam lekas pergi digantikan pagi.
Agar ia bisa cepat pergi berkencan dengan Raka. Seumur hidup ini adalah kencan pertamanya jadikan wajar jika ia bersikap berlebihan.
Keluar dari kamar mandi, Jessa langsung menepuk jidatnya pelan. Begitu sadar jika ia kemarin pergi tidak membawa ganti. Boro-boro ganti. Make up saja ia hanya membawa ala kadarnya.
"Aku kan kemarin gak bawa ganti, gimana aku bisa pergi kencan hari ini?" Gerutu Jessa berjalan mondar-mandir di depan kamar mandi. Ia bingung bagaimana nasib kencannya kali ini. Masa iya ia harus memakai baju kemarin.
Menepuk jari telunjuknya di atas bibir. Jessa berulang kali mendesah saat belum bisa menemukan ide. Padahal jam sudah menunjukkan pukul delapan lewat."Apa aku harus menelpon mama Ayu?"
"Yah, mama Ayu pasti punya solusi." Pekiknya kuat.
Meraih ponsel di atas kasur Jessa dengan tidak sabaran menghubungi nomor calon mama mertuanya. Dan menceritakan perihal masalahnya. Beruntung mama mertuanya memiliki solusi dan akan membantunya.
Tok... Tok....
Jessa menoleh cepat ke arah pintu begitu mendengar suara ketukan pintu dari luar.
"Jessa, sayang."
"Iya, ma." Seru Jessa langsung berlari ke arah pintu.
"Ayo masuk, ma." Sambungnya begitu Ayu mengangkat paper bag di tanganya ke atas. Menunjukkannya ke arah Jessa.
"Kamu serius, sayang, tentang Raka yang ngajak kamu kencan?" Tanya Ayu begitu masuk ke dalam kamar Jessa.
Berjalan mundur Jessa mengangguk semangat dengan wajah menatap ke arah Ayu.
"Untung mama punya gaun baru, rencananya mau mama kasih keponakan mama. Tapi gak papa, kamu bisa pakai. Semoga aja pas."
"Maaf ya, ma, Jessa jadi ngerepotin mama." Ucap Jessa menyesal.
Mengibaskan tangan. Ayu berkata santai. "Gak masalah, nanti mama bakal beli yang baru." Mengulurkan gaun ke arah Jessa. "Nah, kamu coba. Semoga aja pas, nanti kalau gak pas. Mama bisa pinjem keponakan mama."
Jessa mengacungkan cempol ke arah Ayu. "Jessa coba dulu ya, ma."
Jessa masuk ke dalam kamar mandi. Meninggalkan Ayu yang menatap Jessa penuh binar bahagia. Dalam hati berharap semoga pepan-pelan putranya akan belajar mencintai calon istrinya.
Tidak lama Jessa keluar menyadarkan Ayu dari lamunan singkatnya. Jessa melangkah ke arah Ayu dengan gaun putih gading sebatas lutut tanpa lengan. Begitu manis dengan aksen renda di dada dan pita. Begitu pas ditubuhnya.
"Gimana, ma?" Tanya Jessa semangat.
"PAS. Kamu keliatan cantik banget." Seru Ayu senang.
"Kamu juga pasti gak bawa make up, kan? Mama juga bawain make up mama buat kamu. Kamu bisa pakai." Jessa tersenyum menerima paper bag yang disodorkan oleh Ayu. Calon mama mertuanya memang hebat, tidak menyangka jika bisa berfikir sampai kesitu.
"Makasih ya, ma."
"Iya, sama-sama, sayang. Ya udah mama keluar dulu, ya? Biar kamu bisa dandan yang cantik." Ucap Ayu mengerling jail. Yang dibalas Jessa dengan kekehannya.
Setelah Ayu keluar Jessa pun sibuk dengan kegiatannya. Memakai make up juga menata rambutnya. Hampir tiga puluh menit Jessa sibuk dengan kegiatannya, hingga dering ponsel dari atas kasur mengganggu kegiatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Bride (SELESAI)
RandomJessa sama sekali tidak bisa menolak begitu kedua orang tuanya memaksanya untuk menikah dengan Raka. Pria dingin tak punya hati yang di jodohkan oleh kedua orangtuanya dengannya. Awalnya semua berjalan lancar. Semua baik-baik saja ketika Jessa yaki...