Bab 14

7.4K 368 5
                                    

Raka menggeser pundak Jessa, hingga ia berdiri tepat di depan tubuh Raka. "Raka," Ucap Jessa mendongak.

"Diam, lihat ke depan!" Perintah Raka memutar kepala Jessa ke depan membuat Jessa menahan senyum karna perlakuan kecil yang Raka lakukan untuk dirinya. Walau Raka tidak mengatakan apa pun, tapi Jessa tau jika Raka peduli padanya. Uhh, kenapa itu terdengar manis di telinga Jessa?

Dengan bibir berkedut menahan senyum, Jessa terus menghadap ke depan walau pandangannya tidak benar-benar memperhatikan sulap di depannya. Ia hanya mencoba mengalihkan pandangannya dari Raka.

"Kamu tidak mau mencoba berkeliling?" Tanya Raka saat Jessa terus memperhatikan ke depan dengan bibir senyum-senyum tidak jelas. Padahal di depan sang pesulap sedang memulai pertunjukan menstrim, yang mana beberapa anak buahnya di masukkan ke dalam kotak yang di sampingnya terdapat pisau. Lalu kenapa Jessa malah terlihat bahagia, bukannya tegang?

"Jessa."

"Hah, Ya?" Kaget Jessa.

"Kenapa?" Tanyanya menatap Raka bingung.

"Kamu melamun?"

"Hah? Enggak, kata siapa? Orang aku lagi liat sulap. Lucu kan-" Ucapan Jessa terputus saat jari telunjukkan menunjuk sulap di depannya.

"Ehm. Itu ... a----aku, kayaknya mau ke toilet deh." Ucap Jessa. Tanpa menunggu jawaban dari Raka, Jessa langsung bergegas pergi. Meninggalkan Raka yang mendengus melihat tingkahnya.

Bukan cuman lamban, ternyata tunangannya juga abstrak dan menyebalkan.

Jessa berjalan dengan kepala berulang kali menoleh ke arah belakang. Melihat Raka mengikutinya atau tidak. Setelah dirasa ia sudah berada jauh dari Raka akhirnya ia pun berhenti disalah satu kursi. Mengelus dadanya pelan dengan menghembuskan nafas lega.

"Untung dia gak ngikutin gue." Ucap Jessa mengelus dada.

"Bego-bego-bego! Kok bisa sih tadi gue sampe ngelamun." Gerutu Jessa berulang kali mengetuk kepalanya gemas. "Cuman gara-gara pelukan sama sikap gak biasa Raka, masa iya gue udah klepek-klepek sih. Gak keren banget sih gue."

"Selain lamban, ternyata kamu juga mulai sinting, ya?" Jessa langsung memekik saat suara Raka tiba-tiba terdengar di sampingnya.

"Lebay." Cibir Raka.

Jessa melotot galak saat dengan santainya Raka malah duduk di sampingnya. "Ngapain kamu di sini? Kamu ngikutin aku?" Tuduh Jessa membuat Raka mendelik ke arahnya.

"Benerkan, kamu ngikutin aku?"

"Ck, terserahlah." Cetus Raka.

"Jadi, tadi kalau aku ke toilet kamu juga bakal ngikutin aku? Gak sopan banget sih kamu, Raka."

"Tapi nyatanya kamu tidak ke toilet kan? Kamu malah duduk di bawah pohon dengan gerutuan tidak jelas." Sindir Raka. Jessa yang mendapat sindiran dari Raka langsung membuang wajah malu.

Memang tadi dia tidak berencana ke toilet, semua itu hanya alasannya saja. Agar ia bisa menghindar dari Raka. Tapi nyatanya Raka malah mengikutinya.

Kalau sudah begini, bagaimana
Jessa bisa menghindar?

"Ehm, orang tadi aku udah gak pengen ke toilet kok." Alasan Jessa. "Kamu, ngapain ngikutin aku?" Tanya Jessa penuh selidik.

Raka yang mendapat pertanyaan penuh selidik dari Jessa, hanya mengangkat bahu cuek. Tanpa mau menanggapi lebih.

"Kamu masih mau keliling? Atau mau pergi ketempat lain?"

"Keliling dong. Kita kan baru sampai masa iya langsung pulang."

The Perfect Bride (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang