Bab 17

6.8K 342 5
                                    

"Argggghhh." Teriak Jessi. Melempar tas tangannya kasar. Mendorong jejeran make up di atas meja rias hingga jatuh berserakan di atas lantai.

Harga dirinya terasa diinjak-injak saat ini. Dengan berani Raka bahkan berani mengusirnya. Menolak tertarik padanya padahal Jessi sudah rela menurunkan harga dirinya.

"Sialan kamu, Raka! Sialan!" Makinya kian menjadi-jadi. Kian menghancurkan apapun yang berada di depannya.

"Jessi apa yang kamu lakukan? Apa-apa ini?"

Jessi menghentikan amukannya. Menoleh ke arah mamanya yang baru masuk ke dalam rumah dengan wajah khawatir.

"Mama tahu apa yang Raka lakukan pada Jessi?"

Nessya menggeleng. "Kamu menemui Raka?" Balik tanya Nessya.

"Raka menolak Jessi, Ma! Dia bahkan berani mengusir Jessi di depan sekertarisnya." Jerit Jessi. Tak terima dengan apa yang telah dia terima karena perlakuan Raka.

"Sayang, tenanglah! Jaga suaramu! Jessa bisa dengar nanti."

"Aku tidak peduli, Ma. Aku sama sekali tidak peduli!"

Nessya menghela nafas pasrah. Melangkah mendekat ke arah Jessi yang terlihat begitu marah.

"Jessi,"

"Mama tahu, Raka itu adalah pria pertama yang berani menolak Jessi. Siapa dia sampai berani bersikap seperti itu."

"Sayang, Raka memang seperti itu sifatnya. Bukan hanya pada kamu Raka bersikap dingin dan kasar. Tapi Jessa juga."

Sejenak, emosi dalam diri Jessi mereka. Menoleh ke arah mamanya dengan tatapan mata bingung. "Apa?" Tanyanya tak mengerti. "Apa maksud mama?"

"Iya, Tante Ayu sudah menjelaskan pada mama tentang sifat putranya itu. Dia itu memang kasar dan juga keras. Dari dulu dia selalu memperlakukan wanita dengan tidak baik. Dan jika kamu sekarang merasa marah dengan sikap dia, wajar saja sayang. Dia itu memang seperti itu. Jadi tenanglah! Bukan hanya kamu yang di perlakukan tidak baik oleh Raka."

"Jadi, bukan hanya Jessi yang di perlakukan Raka seperti ini? Tapi Jessa juga di perlakukan dia begitu?"

Nessya mengedikkan bahunya tidak peduli. "Bisa jadi."

Mendengar ucapan mamanya, senyum lebar Jessi langsung terbit. Wajah kusutnya bahkan langsung berubah cerah. Tidak lagi kusut seperti sebelumnya.

"Bagaimana, kamu senang, kan?"

Masih dengan senyum di bibirnya, Jessi tanpa ragu pun mengangguk.

"Jika begitu, untuk apa kita harus pusing-pusing memikirkan tentang pernikahan Jessa, Ma?"

Mengerutkan keningnya bingung, Nessya menatap Jessi tak mengerti. "Maksud kamu?"

"Jika kita tahu sifat Raka buruk, untuk apa kita harus pusing memikirkan bagaimana cara memisahkan mereka? Lebih baik kita percepat saja pernikahan mereka."

Tertawa renyah, Jessi nampak gemas dengan wajah mamanya yang belum mengerti ke mana arah pembicaraannya. Membuat Jessi melangkah mendekat dan berdiri tepat di depan Nessya dengan kedua tangan terlipat di depan dada.

"Ayolah, Ma, masa mama belum juga mengerti dengan maksud Jessi, sih?" Kesalnya. Karena mamanya tak kunjung mengerti.

"Untuk apa kita pusing-pusing memikirkan bagaimana cara membatalkan pernikahan Jessa? Jika dengan menikahi Raka Jessa bisa tambah menderita dengan semua sikap kejam Raka. Kenapa kita harus pusing untuk membuat pernikahan mereka batal?"

"Ah, mama tahu sekarang. Maksud kamu, kamu ingin membuat penderitaan Jessa kian bertambah karena dia menikahi Raka, kan?"

"Oh mama memang mama kesayangan ku." Puji Jessi senang membuat Nessya tertawa renyah.

"Tapi Jessi, apa kamu yakin Jessa akan tambah menderita jika menikah dengan Raka? Kamu tahukan, jika Raka itu bukan pria sembarangan. Dia miliader, sayang."

Jessi memutar bola matanya malas. "Mama tahu, jika kita membuat Jessa gagal menikah dengan Raka. Bisa saja dia akan menikah dengan Dani. Mama tahukan siapa Dani? Dia adalah pria pujaan hatinya itu dulu. Dan jika sampai itu terjadi, dia bisa besar kepala nanti, Ma. Dan Jessi tidak mau Jessa secepat itu bahagia. Tapi jika dia menikah dengan Raka, maka hidup Jessa akan tamat. Dia akan menderita seumur hidup."

Senyum Nessya kian mereka lebar. Nampak senang dengan apa yang Jessi katakan.

"Mama tahukan, tidak akan mudah lepas dari pria gila. Apalagi pria itu memiliki kekuasaan seperti Raka. Jessi yakin, jika Jessa ingin berpisah dari Raka. Dia tidak akan bisa hidup tenang."

Menarik pundak mamanya untuk menghadap ke arahnya. Jessi menatap Nessya dengan wajah serius. "Sekarang, yang perlu kita lakukan adalah, membuat Jessa secepatnya menikah dengan Raka. Jika perlu minggu ini ma."

"Tapi, sayang-"

"Mama ingin Jessa secepatnya mendapatkan nerakanya, kan?"

Nessya mengangguk tanpa ragu.

"Jika begitu, mama harus bicara dengan Tante Ayu. Bujuk dia untuk segera mempercepat pernikahan Jessa!" Perintah Jessi. Membuat Nessya mengangguk tanpa ragu.

****

"Apa, di percepat?!" Jessa memekik keras mendengar ucapan mamanya. Kedua matanya bahkan membola lebar, hampir lepas dari tempatnya sangking terkejutnya.

"Ma, pernikahan kami bahkan hanya tinggal beberapa bulan lagi. Lalu kenapa harus di percepat?" Serunya protes. Tidak terima karena mamanya terlalu mendadak.

Padahal mereka sudah sepakat, jika pernikahan mereka akan dilangsungkan jika mereka sudah merasa lebih dekat dan juga nyaman. Tapi apa, sekarang mamanya malah mengatakan akan mempercepat pernikahan mereka? Yang benar saja?

"Ini mama lakukan demi kebaikan kamu, Jessa. Lagipula untuk apa menahan lebih lama hari baik ini. Toh kamu dan Raka juga sudah saling kenal, kan?"

"Tapi tidak mungkin bisa secepat ini, Ma. Minggu ini? Mama yang---"

"Stop, Jessa! Berhenti mengeluh!"

"Ma-"

"Mama sudah bicara dengan Tante Ayu. Dan mereka sama sekali tidak keberatan dengan ide mama."

"Tapi Jessa keberatan!"

Kedua mata Nessya langsung menatap Jessa tajam. "Siapa kamu bisa berbicara seperti itu, Jessa?"

"Ma,"

Mengangkat tinggi-tinggi telapak tanganya ke atas, Nessya memberi isyarat kepada Jessa untuk diam. "Mama tidak mau dengar apapun! Mau kamu menikah sekarang atau nanti dengan Raka, itu sama saja. Kamu tidak akan bisa merubah apapun di sini! Kamu tahu kenapa?" Suara Nessya kian menajam. Membuat Jessa membeku.

"Karena kamu sama-sama akan pergi dari rumah ini. Jadi, jika kamu bisa pergi lebih cepat. Untuk apa menunda-nunda lagi? Bukankah dengan begini kamu bisa secepatnya keluar dari rumah ini?"

Layaknya ribuan jarum tajam yang menusuk hatinya. Jessa hanya bisa tersenyum kaku. Mamanya, bahkan sudah begitu terang-terangan ingin mengusirnya dari rumah. Lalu untuk apa lagi Jessa menolak.

"Baiklah." Putus Jessa final. "Jika begitu, Jessa tidak akan menolak. Sekarang dan nanti sama saja, kan?" Gumamnya pelan. Menahan diri untuk tidak berteriak marah.

Melangkah mundur. Jessa tidak lepas menatap Nessya. "Mama bisa katakan pada tante Ayu tentang ini. Jessa sama sekali tidak menolak jika harus menikah Minggu ini dengan Raka."

Senyum lebar Nessya langsung terbit.

"Tapi satu hal yang harus mama ingat! Setelah keluar dari rumah ini, tolong jangan pernah ikut campur dengan pernikahan Jessa. Apalagi sampai ikut campur kehidupan Jessa. Karena jika sampai itu terjadi, Jessa tidak akan pernah mengikuti keinginan mama lagi. Meski mama mengemis dan bersujud, Jessa tidak akan peduli." Ucap Jessa tegas. Diiringi dengan langkah kakinya yang menjauh.

"Cih, jangan harap aku akan peduli dengan kehidupan mu Jessa. Kamu adalah anak pembawa sial." Balas Nessya sinis. Menatap punggung Jessa menjauh.

The Perfect Bride (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang