Bab 4

9.2K 477 2
                                    

Jessa memandang pantulan dirinya sekali lagi di depan cermin. Dengan wajah lesu Jessa meraih ponsel dan dompet di atas kasur. Malam ini adalah acara makan malam keluarga. Makan malam yang akan membahas perihal perjodohan itu. Ya, akhirnya dengan pemikiran matang dan pertimbangan panjang Jessa akhirnya mengalah dan menerima perjodohan itu.

Saat pertama kali Jessa mengatakan akan menerima semua perjodohan ini dengan sinis mamanya hanya meliriknya sekilas. Lalu melenggang pergi tanpa mau berkomentar tentang apa pun jawabannya. Sedang papanya langsung tersenyum dan memeluk Jessa hangat sambil terus menggumamkan kata terima kasih.

Dari semua itu Jessa tau, sudah seharusnya Jessa menerima perjodohan ini sejak awal. Mungkin dengan begitu dia bisa keluar dari rumah ini dan belajar hidup mandiri. Sendiri tanpa campur tangan mamanya.

"Siapa namanya cantik?"

Pertanyaan dengan nada hangat dari wanita cantik seumuran mamanya di depannya, membuat Jessa menarik senyum tipis di bibirnya. "Jessa, tante." Jawab Jessa sopan.

"Wah namanya cantik, seperti orangnya." Canda Ayu lagi. Hari ini keluarga Adhichandra memang berkunjung ke rumah Hamdan untuk membicarakan lebih lanjut masalah perihal perjodohan. Siap tidak siap Jessa harus menerimanya.

"Ayo, Yu, silahkan duduk!" Ucap Nessya menarik Ayu duduk di sampingnya yang langsung disetujui oleh Ayu.

"Katanya anak kamu kembar. Mana satunya lagi, kok gak kelihatan?" Tanya Ayu setelah duduk nyaman di samping Nessya. Begitu pun para suami,
yang sudah asik duduk di kursi masing-masing dan bercengkrama perihal seputar masalah bisnis.

"Dia sedang pergi. Biasa, lagi liburan sama calon suaminya." Jawab Nessya dengan suara ringan.

Ayu mengangguk mengerti. "Jessa sekarang sibuk apa, sayang?" Tanya Ayu, memandang Jessa yang duduk tenang di kursinya.

"Saya lagi usaha, tan. Buka butik kecil-kecilan." Ucap Jessa sopan.

"Wah, kamu seorang desainer?"

Jessa mngangguk sekali. "Tante Ayu ini dulu pasmuda juga seorang desainer. Rancanganya terkenal di mana-mana." Cerita Nessya menjelaskan.

"Oh, ya?" Pertanyaan dengan nada penasaran dari Jessa membuat Ayu sedikit tersenyum malu.

"Pas muda, tapi sekarang tante udah pensiun. Om kamu suka protes kalau tante selalu sibuk di luar. Sedang dia butuh teman untuk menemaninya melakukan perjalanan bisnis." Cerita Ayu. Jessa hanya mengangguk mengerti mendengar deretan cerita Ayu, sama sekali tidak menyela atau berkomentar.

"Ngomong-ngomong, di mana putramu, Yu? Dia gak ikut?" Tanya Nessya mengedarkan pandangannya ke arah pintu. Namun belum ada tanda-tanda kemunculan seseorang selain Ayu dan suaminya.

"Oh, maaf, ya. Putra ku kayaknya telat. Biasa, dia itu kalau udah kerja suka lupa sama waktu. Tapi mungkin sebentar lagi dia datang."

"Gak papa. Cowok itu biasa seperti itu. Malah aku tu seneng kalau lihat cowok-cowok pekerja keras. Punya ambisi yang besar, gitu." Komentar Nessya. Yang membuat seisi meja tergelak lucu.

"Yah, kadang aku tu suka kesel, Nes. Tau sendirikan aku punya anak cuman satu. Dia malah mikirin kerja terus. Kapan coba ngasih aku cucu." Gerutu Ayu.

"Ma."

Teguran dari suaminya membuat Ayu meringis malu. "Gak papa, mas. Aku juga suka begitu kok. Kalau anak-anak udah lupa waktu dan suka cuek. Aku suka kesel karna kesepian." Mendengar omong kosong mamanya, membuat Jessa hanya menghela nafas panjang. Sudah terlihat jika selama ini mamanya hanya menganggap Jessi sebagai putrinya, tanpa mengikut sertakan Jessa di dalamnya.

The Perfect Bride (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang