Ai keluar dari kamar apartemennya menuju balkon sembari membawa sebuah onogiri yang ia buat tadi pagi, sekaligus segelas teh hijau yang baru selesai ia buat.
Ia mulai menyantap onogiri yang ia pegang, seraya kedua bola matanya menatap ke taman yang berada di lantai bawah. Namun tatapan Ai adalah tatapan kosong, bercampur sendu, tapi juga senang karena ternyata onogiri yang ia buat enak—ia baru pertama kali memasak onogiri sendiri.
"Apa aku memang harus ikut?"
"Tapi ... Wezen ada benarnya, aku tidak mau berpisah dengan Ella ...."
"T-tapi aku juga tidak mau mati!"
"Ah, mou ii!"
***
"Hoaam .... Jadi kita akan berangkat besok, ya?" Zeen menengadahkan kepalanya, menguap sambil menoleh ke arah Arthur yang selesai menelepon—tadi ia sedang menelepon kerabatnya yang berada di luar kota.
"Ya." Arthur menjawab singkat.
"B-bagaimana dengan Ai? Apa kita serius akan meninggalkannya seorang diri?" Ella menarik sebuah topik, sejak pertemuan terakhir mereka dengan Ai—saat Arthur pertama kali memberitahu rencananya—ia terus dihantui dengan keputusan Ai yang tidak pergi, ia sedih, dan bimbang sekali, karena mana mungkin ia meninggalkan sahabat sejatinya—sejak kelas tiga SMP itu—sendirian.
Zeen yang tadinya menatap Ella, kini membuang muka. Wajahnya tampak dongkol karena Ella masih saja memikirkan anak yang paling kecil, paling penakut, dan paling labil di antara mereka itu.
"Ai, iya .... Entah—"
Ucapan Arthur terpotong ketika terdengar suara ketukan pintu. Semua manusia yang berada di dalam ruangan itu langsung menolek serentak ke arah pintu, terheran-heran, berpikir "Siapakah yang datang?"
"Masuklah, pintunya tidak terkunci!" Zeen berseru kencang—hingga Ella harus menjauh dan menutup telinganya karena suara Zeen bagaikan volume lagu di pesta pernikahan yang sangat besar.
Loh?
Semua jiwa yang ada di tempat itu membulatkan mata, seolah-olah mereka baru saja melihat seekor dinosaurus yang masih hidup masuk ke dalam apartemen Zeen.
"Profesor ...."
Sang Adik Manis memanggil Arthur dengan nada rendah. Ia terus menunduk—bahkan tidak menatap wajah teman-temannya. Namun, Arthur dapat mengetahui ekspresi wajah Ai—sendu.
"Kau butuh bantuanku?" Arthur tahu alasan Ai mendatanginya, karena itu Arthur langsung menanyakan inti dari permasalahan ini.
"Aku ... aku bingung ... hiks ... Wezen mengatakan opininya kemarin, dan itu membuatku ingin ikut, tapi di satu sisi—"
"Ai, kau menangis?" Arthur memotong pembicaraan Ai saat ia mendengar isakan tangis keluar dari mulut gadis remaja kelahiran Jepang itu.
"S-sumimasen, aku tidak bermaksud ...!" Ai menghapus air matanya yang tidak bisa berhenti mengalir.
Rasa kasihan muncul dalam hati Arthur. Ia memegang pipi kiri Ai, mengusap air mata gadis itu, dan berkata, "Tenanglah, selama kau bersamaku, tidak akan kubiarkan kau mati, ya?" kata Arthur sembari melanjutkan risetnya.
"Oh, begitu." Seruan kecil terdengar dari mulut Wezen yang mematikan handphone yang ia lihat sedari tadi. Ella menundukkan kepalanya, berusaha menyembunyikan wajah senangnya. Sedangkan Zeen hanya menatap Ai datar tanpa sepatah kata pun.
"Sudah larut, kita sudahi dulu hari ini. Lebih baik kalian persiapkan diri kalian untuk besok, kita akan berangkat pada pagi hari."
"Jadi kita betulan melaksanakan ekspedisi ini?" Wezen menceletuk, memastikan.
"Tidak, kita akan mengunjungi taman kanak-kanak." Zeen cengar-cengir seraya menatap Wezen dan melemparkan bungkus permen ke arahnya.
"Untuk apa?"
"Aku bercanda. Sungguh, kau tidak punya selera humor, pria Jerman."
"Diamlah kalian! Kasihan Ai ini," lerai Arthur. Ia mengusap bahu Ai lembut.
Ella tersenyum, menatap empat pasang netra yang mengelilinginya. "Jadi, kita mulai darimana ekspedisi itu? Persiapan, bukan?"
»»——❀——««
“Satu vote setara dengan bibit semangat untuk kami." ♡´・ᴗ・'♡
Ada kritik, saran, atau sesuatu yang ingin disampaikan? Please drop it in the comment. ✧(。•̀ᴗ-)✧
KAMU SEDANG MEMBACA
Bloody Triangle
Science Fiction• Bloody Triangle • (a collaboration stories) Written by RiVeRa Terletak di perbatasan Miami, Kepulauan Bermuda, dan Puerto Rico, Bermuda Triangle atau yang biasa dikenal dengan nama Segitiga Bermuda masih menjadi salah satu misteri dunia. Apa yang...