4.

579 44 0
                                    

Kabar kebakaran kantor Belanda di Kediri sudah menyeruak hingga ke luar kota. Tak membutuhkan waktu lama, untuk para bala bantuan dari kantor pusat segera ke tempat kejadian untuk mengusut penyebabnya.

Sekitar tiga puluh mayat prajurit di evakuasi, dan satu atasan yang berwewenang di Kediri. Bala bantuan itu tampak aktif dan cekatan dalam mengusut kejadian yang menewaskan puluhan rekannya.

Mila kini sibuk, dengan lembaran kertas yang ia tulis sejak kepulangannya dari membakar kantor. Sedang Martha mondar-mandir gelisah di depannya.

Ia menggebrak meja di depan Mila, memecahkan fokus yang menguasai wanita itu sejak tadi.

"Apa yang masih kau lakukan??? Kau harus pergi Mila!! Tidak membutuhkan waktu lama bagi mereka untuk menangkapmu!!" ucap Martha dengan nada menggebu dan wajah yang benar-benar khawatir.

"Dengar Martha! Jika mereka nanti menangkapku, apakah kau berjanji akan membagikan lembaran kertas ini kepada semua warga? Kita harus mendongkrak keberanian dalam diri mereka," Mila memegang erat kedua bahu sahabatnya." Mau sampai kapan kita harus tunduk di bawah kaki para orang asing itu? Apakah selamanya kita akan hidup dengan berselimut ketakutan, tanpa memimpikan sebuah kebebasan? Mati sepertinya lebih baik, daripada hidup seperti itu sampai nanti."

Martha menggigit kuat bibirnya. Sahabatnya itu, benar-benar berencana untuk bunuh diri. Ia menangis tersedu, tatapannya seakan memohon untuk Mila menghentikan semua ini.

"Mila, kita masih bisa hidup tenang di tengah keadaan seperti ini. Jika tidak melakukan apapun, maka impian mempunyai keluarga yang lengkap, makanan yang cukup, masih bisa kita dapatkan.  Kita bukan termasuk orang miskin yang diperas untuk kerja paksa, kita juga bukan dari lingkup keluarga yang bersinggungan dengan pemerintah Belanda. Apakah ... kau benar-benar akan melakukan ini?" ucapnya pelan, dengan air matanya yang mengucur deras.

Mila menatap dalam ke arah mata Martha, ia mencoba menahan air matanya yang sudah ada di pelupuk.

"Martha ... mereka adalah saudara kita. Bagaimana aku bisa mengabaikannya? Justru karena aku tidak mengalami hal yang sama seperti mereka, itu membuatku benar-benar sesak, penuh rasa bersalah," ucap Mila yang kini tak bisa membendung lagi air matanya."Setidaknya, biarkan aku berjuang di sisi mereka. Aku tidak pernah menyesal melakukan semua ini, aku bahagia Martha. Aku sudah menanti keberanian ini sejak lama. Tolong ... jangan menghentikanku."

Martha segera memeluk erat sahabatnya itu. Mereka menangis bersama, dengan Martha yang sudah tersedu-sedu.

"Tapi Mila, kebanyakan warga sini tidak bisa membaca," ucap Martha di sela sesenggukan tangisnya.

Mila termenung sejenak dan kemudian tertawa kecil, ia bahkan tidak memikirkan hal itu.

"Apa yang kau tertawakan, dasar bodoh," ucap Martha yang membuat Mila makin terkekeh. Wanita itu sepertinya ikut tertular, karena Martha kini menangis sambil tertawa.

























Brantas Kediri, Bungkam Mati(End)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang