2.

843 58 0
                                    


Para warga yang merasa anaknya di pinggiran sungai, segera menyusul. Beberapa ada yang malah membawa tongkat kayu, ataupun sapu untuk menakut-nakuti anak mereka dengan wajah yang garang.

Tersirat akan kekhawatiran yang mendalam, sebab di hari-hari krusial seperti itu ... warga lebih memilih untuk bersembunyi dalam rumah. Mengunci, dan menutupnya serapat mungkin.

Tapi terkadang beberapa anak yang bandel, bisa saja mencari celah untuk mereka bisa bermain di luar.

Mila, sambil memegang erat kain gaun panjangnya dengan tergesa berjalan cepat meninggalkan sungai. Melihat hal itu, Martha yang masih sibuk menenangkan anak kecil segera berlari menyusul.

"Apa yang akan kau lakukan?? Jangan gila!" ucap Martha dengan matanya menyorot tajam. Ia merentangkan tangan di hadapan sahabatnya itu. Martha tahu benar sifat keras kepala dan gegabah Mila. Selalu ceroboh, dan mengandalkan emosi.

"Aku sudah muak melihat ini! Aku akan memenggal kepala para Algojo Belanda itu, dan melemparkannya ke kandang babi!!!" katanya dengan air mata yang keluar deras. Ia menghempaskan tangan Martha yang memegang erat lengannya.

"KAU CARI MATI!! BUKAN KEPALA MEREKA YANG TERPENGGAL, YANG ADA KEPALAMU YANG MEREKA PENGGAL!!!" pekik Martha yang kini tangannya meluruh, bersimpuh di depan tubuh Mila. Dengan isak tangis yang terdengar, ia berkata dengan sangat lirih."Ingatlah ... kita hanya wanita yang lemah. Memang apa yang bisa kita lakukan?"

Tangan Mila terkepal erat. Masa ini, masa di mana wanita di pandang hanya sebelah mata. Di injak, dan di rendahkan martabatnya. Apa yang harus ia lakukan ... saat hati kecilnya menjerit putus asa? Hanya karena dia, seorang wanita.

"Martha, taukah kau... apa yang dilakukan para cacing yang terinjak? Dia akan meronta dan memberontak, tanpa peduli seberapa besar yang menginjak mereka," tegas Mila sambil matanya menitikkan air. Ia berjalan kembali, mengabaikan Martha yang kini jatuh terduduk ... menatap sendu kepergian sahabatnya.

"Aku berharap apapun yang akan kau lakukan ... selalu diberikan perlindungan oleh Tuhan, Mila."













Brantas Kediri, Bungkam Mati(End)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang