9.

571 43 14
                                    

Kejadian di gardu, Mila yang mendapat tembakan dua kali dari arah berlawanan, seketika terkapar tak berdaya di tanah.

Martha membolakan mata sambil menjerit histeris. Dengan cepat ia segera berlari ke arah Mila, yang sudut matanya tampak menitikkan air mata ... sebelum benar-benar menutupnya.

Dengan tangisan yang meronta ia memeluk tubuh sahabatnya yang sudah bermandikan darah.

" MILAAAAAAAA!!! SIAPAPUN TOLONG KAMI!! SIAPAPUN TOLONG KAMI!!!" Tidak ada yang menyahut, tidak ada yang merespon karena nyatanya semua tengah sibuk menyelamatkan diri sendiri.

"Mila bertahanlah ...," lirihnya sambil memeluk erat tubuh sahabatnya yang mulai dingin itu. Gadis itu lebih memilih untuk tidak mengecek denyut nadi milik Mila ... menyadari fakta jika sahabatnya itu sudah merenggang nyawa di tempat, adalah sesuatu yang belum sanggup ia terima. Air matanya masih saja mengucur deras, hatinya seakan tertusuk ribuan pisau tajam melihat sahabatnya terkapar dengan mengenaskan, di tanah yang dingin ini.

Beberapa tentara Belanda merebut paksa jasad Mila, di pelukan Martha.

Para Algojo Belanda itu tengah menyeret tak manusiawi mayat Mila. Menggunakan rambut panjang Mila, mereka membawanya. Martha yang melihat itu mencoba untuk menghentikan. Nihil, kekuatannya tak bisa dibandingkan, dengan dua badan kekar prajurit itu yang menjauhkannya, dari Mila.

Martha meronta ... menangis ... berteriak ... bahkan mencoba menubruk paksa badan yang menghalanginya, untuk ke arah Mila.

Sepertinya prajurit itu mulai kehabisan tenaga, meladeni Martha. Tanpa berpikir panjang, salah satu dari mereka memukul kepala Martha dengan gagang senapan yang ia pegang. Wanita itu, seketika pingsan tak sadarkan diri. Mereka segera meninggalkan begitu saja tubuh Martha yang terbujur di tanah.

Dengan mayat Mila yang mereka seret sejak tadi, sampailah pada tepi Sungai Brantas. Tanpa menunggu lama, mereka lemparkan begitu saja mayat Mila di sungai.

Mayat Mila, yang akan mengambang bersama mayat-mayat tanpa kepala di sungai ini.

Sungai Brantas, dengan banyak arwah yang memiliki dendam tak terbalas.
























Apa surat bertuliskan darahku, sudah sampai kepada para pemimpin?



















Apa kalian sudah hidup tenang?























Kami di sini mengawasi kalian ... jadi ...





















Jagalah Indonesia kami, jagalah negara yang kami perjuangkan dengan mengeruk setiap tetesan darah yang kami punya ... agar selalu berjaya, makmur, dan terberkati.

The End

Brantas Kediri, Bungkam Mati(End)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang