part thirty six | slowly

925 98 3
                                    

Hi apa kabar?

Akhirnya update

Jangan lupa kasih bintang, komen, dan share ke temen kalian.

Selamat membaca!


***

Keesokan harinya Aldo tersadar dari tidur panjangnya. sedikit pusing ketika mencoba untuk bangun dari tidurnya. Setelah dirinya terduduk dengan benar, barulah dirinya tersadar bahwa ternyata ia sedang tidak dikamar miliknya, melainkan ruang dengan beberapa perlatana yang dapat aldo simpulkan bahwa dia berada di rumah sakit.

"Wah cucuku akhirnya sudah sadar" Ujar sesorang yang sejak tadi sudah memperhatikan tingkah lakunya sejak dirinya masih tertidur.

Aldo tidak bereaksi apapun, karena sudah mulai terbiasa dengan sikap dan perkataan si tuan besar Banuwangsa.

" Kamu membuat menantuku sangat khawtir ck ck , ah ya sampai-sampai dia berani memarahiku hahahaha" ujarnya terdengar sangat lucu.

" Menantu jaman sekarang banyak yang tidak sopan" dengusannya terdengar sangat jelas di telinga.

"Ku pikir kamu sudah berubah, ternyata masih sama, lemah. Apakah kepintaran putraku tidak sedikitpun menurun padamu? Atau agensi Glenn cucuku tidak bisa membuat mu kuat seperti cucuku Glenn yang selalu melawan perintahku? Atau minimal seperti Hanna?"

Lagi lagi Aldo hanya bisa terdiam. Apakah Galen selalu menerima serangan mental seperti ini? Batinnya bertanya. Aldo merasakannya,
Dari beberapa hari belakangan setiap kelas bisnisnya di mulai maka tuan besar Gibson akan memberikan kultum alias kuliah tujuh menit yang benar benar 7 menit.

Yang isi kultumnya bukan sembarang kultum, melainkan sebuah serangan mental seperti sekarang.

"Atau kau menuruni sifat si perempuan penyakitan itu?" Ujarnya lagi dengan mengetuk ngetik jarinya di dagu seperti tengah memikirkan sesuatu.

Aldo mengangkat sebah alisnya bingung. Apa maksudnya? Apakah dirinya adalah anak dari perempuan lain?

Ekspresi Gibson saat ini seperti baru saja mendapatkan tender baru.

"Ah ternyata benar. Wanita penyakitan itu --"

"Permisi tuan-" ujar sang tangan kanan yang tiba-tiba memotong ucapnya.

Gibson menatap tak suka kepada sang tangan kanan, namun tetap menyuruh sang tangan kanan untuk melanjutkannya.

" Tuan Gibran sedang menuju ke ruangan Sir" ujarnya melaporkan.

Tersenyum. Adalah ekspresi pertama Gibson setelah mendengar laporan sang tangan kanan.

"Aku menunggunya"

Tak lama setelah itu suara pintu terbuka, menampilkan sosok Gibran dan tentu saja dengan pak Wil.

"Akhirnya putra ku sampai juga" ujarnya namun tak terdengar antusias seperti ekspresinya saat ini.

"Apa yang ayah lakukan disini?"

"Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja menjenguk cucu ku yang malang ini" jawabnya.

Galen? Tentu saja hanya menjadi penonton sejak tadi.

Gibran datang tanpa melirik ke arah Galen. Dibelakangnya terlihat pak Wil yang menunduk hormat kepadanya, yang Aldo balas dengan hal yang sama walaupun sedikit kesusahan.

"Bukankah kau meminta bertemu di kantor? Lalu kenapa ayah disini?"

Gibson tertawa,

"Lihat lah Galen, lihatlah putraku tidak mau melihatku menjenguk cucu ku sendiri" ujarnya.

Galen Keyn BanuwangsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang