22. Villain

101 18 2
                                    


Sampai kapan pun, kejahatan tetaplah kejahatan

Tidak ada satu alasan pun yang bisa membenarkannya

Jadi jika penjahat tidak mendapatkan hukumannya di dunia, akhirat menunggu untuk menghukumnya

So, be kind



Happy reading ~


Dua hari belakangan Seri sangat sibuk mengurus berkas perusahaan dan beberapa hal yang dibutuhkan mewakili papanya. Paman Myung Joo membawa banyak sekali berkas untuk Seri baca, walau awalnya Seri sama sekali tidak mengerti dengan dunia perkantoran, paman Myung Joo mengajarinya dengan sabar hingga Seri bisa sedikit mengerti. 

Tentang sekolah Seri, jangan khawatir karna Doyoung sudah bilang akan mengirimkan surat ke sekolah perihal ketidakhadirannya selama seminggu kedepan. Kesibukan ini membuat Seri sedikit lebih tenang, pikirannya tidak hanya terfokus pada kesedihan akan kepergian papa, tapi juga tentang upaya yang bisa ia lakukan untuk membalaskan dendam papa. Setidaknya papa bisa merasa lebih tenang disana, papa bisa menghilangkan perasaan bersalahnya selama ini.

Tapi tetap saja, saat sampai dirumah Seri selalu disambut oleh senyum sumringah papa pada pigura besar di tembok, membuat semua upayanya untuk meredam kesedihan seolah tidak berarti. Walau air matanya kini sudah kering, namun dalam hatinya seolah ada lubang besar yang menganga. Sakit sekali.

Karna merasa tidak akan kuat, Seri memutuskan untuk melepaskan pigura itu dan menyimpannya di kamar mendiang papa. Seri sudah mengumpulkan beberapa barang yang sangat mengingatkannya pada papa dan menyusunnya dengan rapih di kamar ini. Kalau Seri rindu, ia akan menghabiskan waktunya di kamar ini sambil mengenang semua momen indahnya bersama papa dulu.

Sebelum keluar dari kamar itu, Seri menyempatkan diri untuk memeluk erat kemeja maroon yang dipakai papa di saat terakhirnya. Bau amis darah yang kemarin masih menempel kini sudah lenyap setelah Seri mencucinya. Dalam ingatannya masih tercetak jelas senyum papa saat memakai kemeja ini.

"Pah maaf, tapi Seri udah rindu banget sama papa. Tolong bilang sama Tuhan untuk sediain tempat buat Seri di samping papa yah"

Seri mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kamar dan berakhir menghela napas beratnya. Atensi Seri kemudian tertuju pada sebuah cutter kecil yang sejak tadi berada dalam genggamannya. Seolah sudah yakin dengan keputusannya, Seri mendorong keluar mata pisau cutter itu dan mulai menggoreskannya.


***


Matahari sudah merangkak ke peraduan saat paman Jo datang ke rumah dengan membawa sekotak ayam goreng dan beberapa amplop berkas. Namun kepanikan langsung melanda paman Jo ketika mendapati Seri yang terbaring di kamar sang papa. Jangan tanyakan bagaimana ia masuk ke dalam rumah, paman Jo khawatir setelah menunggu hampir 10 menit di depan pintu tanpa ada tanda Seri akan membukakan pintu jadi ia memilih menerobos masuk karna ternyata pintunya tidak terkunci.

"Seri !"

Paman Jo menghampiri Seri, ia mencoba untuk mengguncang pelan tubuh Seri yang terbaring di lantai. Namun yang terjadi selanjutnya lebih mengejutkan lagi. Seri bangun seolah tidak terjadi apa apa, gadis itu bahkan masih sempat menguap dan mengucek matanya.

Wonderwall || Kim DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang