32. Cahaya dalam Gelap

14 4 0
                                    




Happy reading~



Sudah lewat dari dua jam Haruto menunggu dengan sabar, tapi Seri tak kunjung sadar. Matanya tertutup rapat seolah tidak mau lagi berhadapan dengan dirinya.

Karena sudah muak, Haruto bangkit dan mendekat ke arah gadis yang masih tergeletak di lantai itu. Haruto menggoyang-goyangnya tubuh Seri dengan kaki.

Sekali..

Dua kali..

Tiga kali..


BUG


Bahkan setelah Haruto meluncurkan tendangan yang cukup kerah ke arah perut gadis itu, belum juga tampak pergerakan darinya. 

Apakah dia sudah mati?

Haruto kemudian berjongkok dan memeriksa ritme napas Seri, ia meletakkan jari telunjuknya di depan hidung Seri. Gadis itu masih bernapas. 

Sekali lagi, Haruto mengecek denyut nadi di leher gadis itu. Masih berdetak walaupun lemah. Yah Haruto tidak peduli sih, toh pada akhirnya dia juga akan menghabisi Seri.

Hanya saja dia masih belum puas untuk mengeluarkan semua keluh kesah, uneg uneg, segala macam hinaan dan cemoohan yang sudah ia siapkan untuk gadis itu. Haruto belum puas menghukum dan menyakiti Seri. Mati terlalu cepat baginya adalah anugrah.

Maka dari itu, sebagai upaya terakhir dirinya untuk menyadarkan Seri, Haruto beranjak dan meraih sebotol air minum yang sejak tadi menganggur di samping kursinya. Dengan langkahnya yang masih pincang, ia kembali mendekat ke arah Seri, kemudian..

BYUURRR

Haruto menyiramkan isi botol itu tepat di wajah Seri. Dan berhasil, gadis itu akhirnya terbangun.

Terdengar suara batuk yang diakibatkan oleh air yang masuk ke hidung Seri, membuat gadis itu tersedak dan sempat kesulitan bernapas. Matanya yang sejak tadi terpejam perlahan terbuka. Butuh waktu beberapa saat bagi Seri untuk menyesuaikan matanya dengan cahaya yang menyiramnya silau.

"Kebo banget sih"

Nyinyir Haruto setelah Seri kembali dengan kesadarannya.

"Lepasin gue.."

Gadis itu masih terlalu lemah untuk melawan, bahkan untuk berteriak pun ia masih belum sanggup.

"Enak aja minta di lepasin. Masih banyak hal yang harus lo tanggung sebelum lo pulang"

"Pulang?"

Sejenak Seri merenung, apakah Haruto akan membiarkannya pulang nanti?

"Pulang ke pangkuan Tuhan"

Ucap Haruto sebelum kembali menghadiahkan tendangan keras ke dada Seri.

"Akh.."

Sekali lagi Seri meringis menahan sakit di sekujur tubuhnya, terutama bagian dadanya yang baru saja ditendang Haruto.

"Salah gue sama lo apa sih To? Kenapa lo tega sama gue"

"Tega? Gue gak akan kayak gini kalau bukan karna lo duluan yang ganggu hidup gue bitch!"

Haruto selalu kehilangan kesabaran setiap kali melihat mata Seri. Mata berbinar yang membuatnya kehilangan semua kasih yang miliki.

Melihat Seri yang kini terengah-engah dan kesakitan membuat hatinya sedikit terhibur. Sepertinya sudah cukup malam ini, ia akan melanjutkannya besok.

Wonderwall || Kim DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang