03- Kakak dokter

309 47 2
                                    


.
.
.
.
.
Luthfi sebenarnya sudah sangat kesal saat Vano terus saja menatap dan tersenyum padanya. Ingin pamit pulang tapi takut Dane marah karena dia tidak ikut makan siang, jadi Luthfi hanya berharap Edzard cepat datang.

"Bisa gak sih lo gak usah liatin gue?"Luthfi berbicara dengan suara pelan pada Vano, meskipun begitu nada ketus masih bisa Vano dengar dari Luthfi.

"Abang kan lagi ngeliatin calon masa depan abang neng." Luthfi memejamkan matanya kesal karena ucapan Vano. Luthfi lebih dulu melirik kearah Dane dan Andra yang sedang menyiapkan makan siang sebelum melempar sendok yang ada dimeja pada Vano.

Tak

"Aduh!" Vano memekik sakit saat sendok yang dilempar Luthfi tepat mengenai jidatnya.

Pekikan Vano berhasil membuat Dane dan Andra menoleh kearah mereka dengan tatapan bingung, terutama saat melihat Vano sedang mengusap dahinya.

"Vano kenapa?" Dane berjalan mendekati Vano dengan tatapan khawatir.

"Gue gak papa bang, cuma kepentok sendok." Dane menatap aneh pada Vano, sedangkan Andra lebih memilih melirik kearah Luthfi yang masih setia dengan tatapan datarnya.

"Kok bisa kepentok sendok?" Vano hanya tersenyum saat Dane bertanya, dia tidak mungkin mengatakan bahwa Luthfi yang melempar sendok itu.

"Tadi ada nyamuk bang, terus gue getok pake sendok, eh malah ngegetok kepala." Dane menggelengkan kepalanya heran mendengar jawaban Vano, sedangkan Luthfi justru berdecak kesal.

"Bang Dane, aku gak jadi ikut makan siang disini ya, mau balik aja." Dane langsung menatap Luthfi galak, bukan hanya Dane karena nyatanya Andra juga melakukan hal yang sama.

"Gak, Luthfi harus makan siang disini!" Luthfi memasang wajah melas pada Dane.

"Belum makan disini aku udah kenyang liat orang bego bang." Dane mengerjap mendengar ucapan Luthfi, Dane bahkan tidak menyadari tatapan tajam yang diberikan Luthfi pada Vano. Andra yang mengerti maksud perkataan Luthfi justru tertawa kencang.

"Udah jangan dilihat Fi, lo duduk aja." Luthfi kembali duduk ditempatnya saat Andra mengatakan itu.

"Asal tuh si monyet satu diem dan gak liatin gue." Andra langsung menatap tajam pada Vano. Sedangkan Dane justru bergumam pelan.

"Memang disini ada monyet ya?"

"Neng bidadari jahat banget sama abang."
.
.
.
.
.
Edzard baru saja memarkirkan mobilnya didepan rumah saat sebuah suara nyaring berteriak memanggil namanya. Edzard menoleh kearah pagar rumah yang memang belum sempat dia tutup kembali. Ada seorang makhluk manis yang sedang melambaikan tangan padanya.

Bruk

"Mas Edzard kangen." Edzard sedikit terhuyung kebelakang saat tubuhnya di terjang oleh sebuah pelukan erat dari sosok manis itu.

"Heh, kamu kesini sama siapa?" Pemuda manis itu tersenyum setelah melepaskan pelukannya dari Edzard. Dia cukup sadar diri bahwa tubuhnya lebih tinggi dibanding Edzard.

"Sama mas Dalfi sama mas Rangga juga." Edzard menggeleng saat pemuda itu tersenyum.

"Terus mereka mana?"

"Lagi kecafe sebentar mau beli cheesecake buat kak Dane katanya." Edzard mengangguk paham. Sepasang suami istri satu itu memang selalu membawakan Dane cheesecake setiap kali datang.

"Ayo masuk aja, tungguin mereka didalem. Kayaknya didalem juga ada Luthfi." Edzard bisa melihat mata pemuda manis itu berbinar saat mendengar nama Luthfi.

"Wah ada kak Luthfi juga." Tanpa aba-aba pemuda manis itu berlari memasuki rumah Edzard, hal itu membuat Edzard berteriak nyaring.

"JANGAN LARI NANTI JATUH!"

Not too lateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang