12. Amarah Luthfi

234 37 1
                                    


.
.
.
.
.
Andra tidak tau apa lagi yang harus dia katakan pada San jika pemuda itu kembali melamarnya, dia menyayangi San tapi dia juga takut untuk berkomitmen lebih serius.

Andra melihat bagaimana keluarganya dan keluarga Luthfi hancur, di besarkan oleh ayah yang bukan ayah kandung nya. Dilecehkan oleh orang yang seharusnya menjaga nya, Andra terlalu takut jika nantinya saat dia punya anak, anaknya akan mengalami hal itu.

Meskipun Andra tau jika San tidak seperti ayah nya, San tidak akan menyakitinya ataupun anak nya kelak, tapi ketakutan itu tidak semata-mata bisa hilang hanya karena Andra tau San baik.

"Lagi mikirin apa lagi?" Andra menggeleng saat Luthfi menepuk pundaknya.

"San ya?" Andra mengerjap dan mengangguk kecil. Melihat itu Luthfi memilih duduk di sebelah Andra dan merangkul pundak sepupunya itu.

"Masih bimbang sama San?" Luthfi bisa merasakan anggukan dari kepala Andra yang sudah bersandar di bahunya.

"Gue takut Fi, takut banget." Luthfi menghela nafas, dia tau jika dia tidak bisa memaksa Andra dalam kondisi ini.

"Fi, gue sayang dan cinta banget sama San, gue juga pingin bilang iya waktu dia minta gue buat nikah sama dia Fi. Tapi gue gak bisa, gue langsung takut setiap kali denger dia ngeluarin ajakan nikah." Luthfi mengelus lembut kepala Andra.

"Ndra, gue gak akan maksa lo buat nerima San. Lo jauh lebih kenal San di banding gue, jadi gue yakin kalau lo pasti tau jawaban yang terbaik buat lo sama San." Andra mengangguk.

Grep

Luthfi sedikit terkejut saat Andra tiba-tiba berpindah ke pangkuannya dan memeluknya.

"Kenapa Ndra?" Andra hanya menggeleng.

"Makasih banget, sayang Luthfi banyak-banyak!"
.
.
.
.
.
Luthfi tidak pernah suka dengan tatapan Bima pada Andra akhir-akhir ini, tatapan itu terkesan meremehkan dan menghina.

Lagi pula kalau buka karena Andra yang minta di temani ke tempat Dane, tentu saja Luthfi tidak akan sudi berada di tempat yang sama dengan Bima.

"Ndra, gue mau ambil minum di bawah, lo disini aja ya." Andra hanya mengangguk saat Luthfi mengatakan itu, lagi pula saat ini dai ada di kamar Dane, bersama Dane dan Hadar juga.

"Harusnya lo itu sadar diri, lo itu gak punya hak buat nempeli Dane, tapi terus aja lo lakuin." Dane dan Hadar langsung melotot mendengar ucapan sarkas Bima, sedangkan Andra hanya diam tanpa memberi respon.

"Lo itu ngerebut semua hak Hadar dari Dane asal lo tau, lo itu parasit di keluar Dane sama Hadar." Andra mengepalkan tangannya saat mendengar hal itu, begitu juga Dane. Dane jelas tidak suka adiknya di perlakukan seperti itu oleh teman kecilnya.

"Bima cukup! Kamu gak punya hak buat ngomong gitu ke Andra!" Bima tersenyum miring.

"Lihat, gini aja lo belain dia Dan. Harusnya lo itu di pihak Hadar, adek kandung lo bukan di pihak anak haram kayak dia!"

Brak

Semua terkejut saat mendengar suara gebrakan pintu, Luthfi berdiri di sana dengan wajah datar.

"Siapa yang lo bilang anak haram hah?!" Luthfi mendekati Bima yang juga terlihat terkejut, apa lagi melihat wajah datar Luthfi yang tidak pernah dia lihat sebelumnya.

"Andra! Kenapa? Mau marah? Itu kenyataannya sialan!" Luthfi mengepalkan tangannya saat mendengar itu.

"Sepupu lo itu cuma parasit di antara Dane sama Hadar, lo harus tau itu!"

Buagh

Tanpa basa basi Luthfi langsung melayangkan pukulan pada Bima, dia sangat tidak terima jika sepupu kesayangannya di hina.

Not too lateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang