06. Brownies rasa soto

254 40 4
                                    


.
.
.
.
.
Gibran memijat tengkuk Aldi pelan, membantu suami manisnya itu untuk memuntahkan kembali makanan yang baru saja dia makan. Gibran pusing, Aldi sama sekali tidak bisa memasukan makanan dalam mulutnya.

"U-udah Bran." Gibran dengan cekatan membantu Aldi untuk kembali ke kamar mereka.

"Aku buatin teh hangat ya?" Aldi menggeleng, dia tidak ingin minum teh saat ini.

"Terus mau apa? Dari tadi pagi kamu belum makan apapun." Aldi kembali menggeleng dan memeluk perut Gibran.

"Bran, ayo ketempat bang Dane, pingin brownies buatan Andra, boleh?" Gibran tentu saja mengiyakan permintaan Aldi, siapa tau dengan memakan brownies buatan Gibran bisa membuat Aldi tidak lagi merasa mual.

"Ayo, sebentar aku ambilin jaket buat kamu." Aldi tersenyum melihat apa yang Gibran lakukan untuk dirinya. Jika mengingat apa yang mereka alami lima tahun lalu yang membuat mereka berdua layaknya musuh setiap bertemu, tentu saja Aldi akan menertawakan kebodohannya saat itu.

"Ayo pergi Di, kita ganggu Andra malem-malem." Aldi hanya tertawa kecil saat Gibran membantunya berjalan kemobil.

"Andra gak akan marah kan Bran? Takut dia marah." Gibran menggeleng heran menyadari bahwa mood suaminya itu kembali berubah.

"Memang Andra pernah marah sama kita?" Aldi menggeleng kecil.

"Tapi dia serem waktu marah sama Vano tiga tahun lalu." Gibran ingin tertawa, tentu saja Andra menakutkan saat itu. Bagaimana tidak, Andra yang memiliki tubuh semungil Dane menghajar Vano yang jauh lebih besar darinya di kantin.

"Gak usah takut Di, kan kita gak bikin Luthfi nangis. Kamu cuma mau minta bikinin brownies." Aldi akhirnya kembali tenang dan mengangguk antusias.

"Baby apel pingin brownies." Aldi bergumam dengan suara yang sengaja di buat seperti suara anak-anak. Tidak tahukah dia bahwa Gibran sedang menahan diri untuk tidak menerkamnya di dalam mobil.

"Iya iya, baby apel mau brownies, asal jangan buat mama mual lagi ya sayang." perasaan Aldi menghangat saat Gibran mengelus perut nya yang sedikit buncit dengan lembut.

"Iya papa."
.
.
.
.
.
Andra dan Luthfi melongo mendengar permintaan Aldi, bukan hanya mereka karena karena Gibran pun di buat terkejut saat Aldi mengatakan keinginan nya.

"Aduh aduh, lo ngidam sih boleh Al, tapi jangan aneh-aneh!" Aldi sudah cemberut mendengar ucapan Andra.

"Andra mau brownies." mendengar Aldi merengek padanya membuat Andra menatap Gibran dan Luthfi yang hanya bisa mengedikan bahunya.

"Iya gue tau lo mau brownies, gue buatin Al kalau yang lo mau brownies coklat! Tapi ini lo mau brownies rasa soto! Gimana gue buatnya?" Aldi sudah memasang wajah sedih, laki-laki iti menatap kearah Gibran yang langsung kelabakan dan memohon agar dia tidak menangis.

"Bang Andra, please buatin aja ya." Andra mengusap wajahnya kasar, laki-laki itu menatap ke arah Luthfi yang sedari tadi diam.

"Luthfi gimana gue buatinnya?" Luthfi tertawa kecil saat melihat sepupunya pusing dengan permintaan sang sahabat.

"Kasih aja bumbu soto instan yang ada di dapur Ndra." Andra cemberut mendengar jawaban Luthfi.

"Tapi kan nanti kuning!" Luthfi menghela nafas panjang.

"Andra sayang, kan nanti lo kasih coklat juga, gak akan jadi warna kuning dong." Andra akhirnya mengangguk kecil sebelum beralih menatap Aldi.

"Oke gue buatin, lo tunggu sini Al, awas kalau lo pergi!" Aldi sontak mengangguk antusias.

Not too lateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang