05- Belum yakin?

250 49 1
                                    


.
.
.
.
.
Luthfi menghela nafas sembari menatap Andra yang sedang berceloteh riang disamping nya. Saat ini mereka sedang dalam perjalanan ke salah satu mall, Luthfi benar-benar menuruti permintaan Andra untuk mewarnai rambutnya. Ya tentu saja Luthfi akan menuruti semua kemauan sepupu kesayangannya itu, memangnya kapan Luthfi bisa menolak permintaan Andra.

"Ndra, lo mau beli warna apa nanti?" Andra langsung menoleh kearah Luthfi dengan antusias.

"Terserah lo aja Fi, kan lo yang nanti ngewarnain rambut gue." Luthfi tersenyum jahil.

"Terserah gue ya? Gak boleh protes nanti." Andra hanya mengangguk, dia tau Luthfi tidak akan membuatnya terlihat jelek.

Rencana buat jalan-jalan di mall, ternyata tinggal rencana. Andra langsung ngajak Luthfi pulang begitu mereka dapet cat rambut. Andra yang seperti itu justru membuat Luthfi bingung, tidak biasanya Andra meminta langsung pulang, paling tidak sepupunya itu akan minta makan atau beli jajanan dulu.

"Ndra, lo kenapa?" Andra menggeleng, dia menunduk tidak berani menatap kearah Luthfi. Sejak dalam perjalan tadi hingga sekarang mereka sudah ada dirumah Luthfi, Andra hanya diam.

"Andra."

"Hiks...hiks...hiks..." Luthfi melotot waktu mendengar isakan Andra, ayo lah dia tidak pernah suka melihat Andra menangis.

Grep

"Lo kenapa? Siapa yang berani ngebuat lo nangis kayak gini?" Andra tetap menggeleng dan itu membuat Luthfi semakin khawatir.

"Andra ayolah jangan nangis gini, cerita ke gue lo kenapa." Luthfi mendekap erat tubuh mungil Andra, mengelus punggung sempit sepupu manisnya itu.

"Hiks...hiks...hiks..." Luthfi memejamkan matanya, dia jadi teringat pertanyaan Edzard saat dirumah sakit tadi siang.

"Andra jawab gue jujur, ini ada hubungannya dengan Hadar sama Bima yang nginep di rumah bang Edz?" Andra langsung mendongak menatap Luthfi dengan wajah sembab. Hal itu membuat Luthfi yakin jika adq yang telah dikatakan atau dilakukan Bima pada Andra, karena Hadar sangat tidak mungkin melakukan sesuatu atau mengucapkan hal yang menyakiti orang lain. Terutama pada Andra, salah satu orang memberinya harapan jika Dane masih hidup saat itu.

"Bima ngomong sesuatu ke lo?" Andra diam, dan diamnya Andra ngebuat Luthfi semakin yakin jika tebakannya benar.

"Andra, lo tau lo bisa cerita gue, jangan buat gue khawatir." Andra kembali menyusupkan wajahnya di leher Luthfi. Jika saja ada orang yang melihat mereka, sudah pasti akan terjadi salah paham. Bayangkan saja saat ini posisi Andra ada dipangkuan Luthfi, entah kapan Luthfi mengangkat tubuh mungil Andra.

"G-gue...m-mau...hiks...tinggal disini aja...hiks..." Luthfi mengangguk, sudah dibilang kan Luthfi itu tidak akan menolak permintaan Andra.

"Iya...iya lo boleh tinggal disini sama gue." Luthfi menghela nafas, dia tidak bisa memaksa Andra bercerita dulu jika seperti ini.

"Udah nangis nya, habis ini kita mulai warnain rambut." Andra mengangguk, namun masih sesenggukan dan sepertinya Andra terlanjur nyaman berada dipangkuan Luthfi.

"Fi." Luthfi yang mendengar panggilan lirih Andra hanya melirik sekilas dan berdehem.

"Hm?"

"Gendong ke atas ya, ayo kekamar lo." Luthfi kembali menghela nafas dan menggeleng, tapi kemudian pemuda tinggi itu tertawa kecil dan bangkit dari duduknya, tentu saja dengan Andra yang berada dalam gendongannya.

"Berat badan lo turun ya?" Andra hanya mengangguk, dia manyamankan kepalanya pada pundak Luthfi. Beruntung Luthfi cukup kuat jika hanya untuk menggendong Andra.

Not too lateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang