Radisla: The Arrange Married [COMPLETE] ✔✅

3

Setelah kejadian ayahnya dan masalah perjodohan 2 hari yang lalu, kepala Isla terus dipenuhi oleh berbagai macam pikiran. Radika Diningrat, putra Om Satya, cepat atau lambat akan menjadi suaminya berkat keputusan nekatnya yang memilih setuju. Habis bagaimana lagi? Kondisi dan keadaan ayahnya yang paling penting. Sekarang kalau dia menolak, ayahnya bisa-bisa kritis dan pada skenario terburuk meninggal karena serangan jantung.

Jangan sampai! Amit-amit!

Isla mengibaskan kepalanya, berusaha mengusir pemikiran buruk tadi. Nggak boleh. Kejadian kemarin sudah cukup traumatis dan dia tidak ingin hal itu terulang lagi. Apa ada cara untuk menghindari perjodohan ini? Sepertinya tidak mungkin, melihat dari bagaimana keluarganya dan keluarga Dika sangat bertekad menjodohkan keduanya. Parahnya lagi, Radika malah setuju dan juga mantap ingin menikahi Isla.

"Isla~" sapa Dara sembari tersenyum lebar.

Dara Jihan Alditama adalah sahabat dekat Isla sejak smp hingga saat ini. Anaknya ceria, senang bergaul, setia, mageran dan paling suka tidur kalau ada kelas. Dulu kalau udah masuk kelas sejarah atau kelas pkn, fiks Dara selalu jadi murid yang paling pertama tertidur di kelas sampai kadang harus dilempari penghapus papan sama guru baru mau balik dari alam mimpi.

Sadar kalau Isla sedang larut dalam pikirannya sendiri dan mengabaikan dirinya, Dara segera mengambil aksi. "Woi, Isla! KEBAKARAN! KEBAKARAN!" Serunya bak alarm kebakaran manual berwujud manusia.

"HAH?! APA? MANA?" Pekik Isla refleks berdiri celingak-celinguk mencari lokasi kebakaran. Di mana sih kebakaran? Bau asapnya aja nggak ada.

"Nggak, nggak ada. Bercanda doang, La" timpal Dara terkekeh puas. Jarang dia melihat kawannya segampang ini di pancing. Biasanya malah dia yang gampang di pancing kayak kucing di kasih ikan.

Isla mendelik marah. Sorotan matanya bak belati yang siap menusuk Dara karena sudah mengagetkannya. "Yang benar aja dong, Dar. Main kagetin aja kerjanya" tegurnya duduk kembali ke kursi taman.

Dara bergidik ngeri sekaligus memberi cengiran tengil khasnya. "Maaf, La. Habis kamu sih bengong" belanya. "Kamu lagi kenapa? Tumben banget bengong gitu. Lagi ada masalah yah?" Dara spontan bisa menyimpulkan dari ekspresi wajah Isla yang letih, lesu dan lunglai.

Isla menyisir kasar rambutnya. Jauh di dalam ia merasa gundah sejak hari itu. Hari di mana ia dan Radika di jodohkan.  "Iya, Dar. Aku lagi sedih, bingung, kecewa dan kehilangan arah. Aku nggak tahu harus gimana. Papa bakal jodohin aku sama anak sahabatnya" sejak kemarin ia tidak bisa tidur memikirkan persoalan dirinya yang ibarat tidak punya jalan keluar.

"HAH?!" Dara mengedipkan matanya beberapa kali. Sesaat dia tidak percaya jika sahabatnya, si Isla bakal dijodohkan. Dan di sisi lain dia bertanya-tanya, emang jaman sekarang masih ada orang yang dijodoh-jodohkan gini? "Gimana ceritanya, Sla? Kok bisa tiba-tiba gini?"

Isla sendiri pun bingung harus menjelaskan dari mana. Intinya semua terjadi mendadak dan tiba-tiba. "Aku juga nggak tahu gimana mulanya. Yang jelas, kemarin tuh cowok datang dan papa tiba-tiba ngomong kalau aku sudah dijodohkan"