16

48 5 0
                                    

Jangan lupa buat pencet tombol bintang sebelum membaca yah teman-teman.

Aku pantau lho. Hehehehe

Selamat membaca
🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗

**********

Tidak terasa, 2 minggu sudah berlalu dan sekarang Isla sedang berada di kampus untuk sidang skripsinya. Bagaimana ini? Ia bisa merasakan perutnya memutar gugup.

Kedua tangannya dingin dan gemetar begitu mendengar namanya di panggil masuk.

"You can do this, Sla. Nggak usah di bawa khawatir banget yah. Aku ada di sini buat ngedukung dan nyemangatin kamu" ucap Dara mengenggam erat tangan Isla untuk menyemangati sahabatnya yang dari tadi gelisah.

Isla tersenyum lembut, merasa sedikit tenang dan lega berkat dukungan Dara.
"Iya, Dar"

"Kalau gitu, kamu masuk yah. Udah di panggil tuh. Aku mau ketemu Pak Jaya dulu. Kalau telat nanti si dosen nyebelin itu makin beratin aku lagi" pamit Dara melambai ke Isla.

"Iya, bye Dar. Semangat bimbingannya!" Balas Isla menyemangati lalu masuk ke dalam ruang sidang.

Setelah menghabiskan waktu selama satu setengah jam di dalam ruang sidang, Isla menarik pintu keluar dengan senyum sumringah karena ia berhasil menyelesaikan sidangnya dengan baik.

Ketika keluar, senyumnya memudar. Askara berada tepat di depannya sambil membawa sebuket bunga tulip merah muda dan orange, bunga kesukaan Isla.

"Selamat, Sla. Aku dengar hari ini kamu sidang skripsi" ucap Askara tersenyum lebar memberi selamat sembari menyodorkan buket bunga di tangannya ke Isla. "Ini, buat kamu"

"Maaf, aku nggak bisa terima bunga pemberian kamu" ucap Isla dingin.

"Please, terima yah Sla. Aku kasih bunga ini bukan ada maksud apa-apa kok. Aku kasih bunga ini sebagai seorang teman" Askara memaksa secara halus.

Apa aku terima aja?

Ketika tangan Isla baru mau terulur untuk menerima buket bunga dari Askara, di belakang laki-laki itu berdiri Radika yang juga membawa sebuket bunga di tangannya.

Aku nggak bakal biarin Askara dekat sama Isla. Dude, I'm gonna show you who's the man here.

"Isla, Congratulation, babe!" terang Radika yang berada tidak jauh dari mereka. Tanpa memerdulikan laki-laki yang sedang memberikan bunga untuk istrinya, dengan angkuh ia berjalan maju mendekati Isla.

Deg!

Kak Radika? B-babe?

Isla terperangah saat melihat Radika muncul membawa buket bunga besar di tangannya untuk memberi selamat. Pipinya panas mendengar ucapan Radika yang ibarat lagu indah di telinganya.

"Thank you" balas Isla tersenyum menerima buket bunga mawar merah itu. Radika mengecup pelipis gadis itu dan melingkarkan tangannya ke pinggang Isla. Sekarang Isla sudah tidak menolak atau pun protes dengan skin-ship.

Radisla: The Arrange Married [COMPLETE] ✔✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang