2

121 7 1
                                    

Vote sebelum baca yah supaya aku makin semangat buat ceritanya.

Selamat membaca
🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗
*******

Sebulan sebelumnya....

Hari itu Radika di minta untuk mengantar sekaligus menemani papanya ke rumah Gionard. Semua supir sedang diliburkan karena hari libur dan ayah Radika malas menyetir. Kebetulan senggang, Radika hanya mengangguk nurut saat di minta oleh papanya untuk ikut bersilahturami. Toh juga sudah lama ia tidak bertemu dengan Om Gionard, sahabat papanya.

Ketika tiba di depan rumah Gionard, laki-laki itu nyaris tergelincir karena bagian jalanan berkeramik hitam abu-abu di depan rumah cukup licin di basahi hujan tadi subuh. Untung saja ada seseorang yang tiba tepat waktu untuk menolong Radika.

"EH!" Pekik Radika kaget dan bernapas agak lega saat menyadari ada seseorang yang menopang punggung dan meraih pergelangan tangannya. Setelah berhasil berdiri stabil, ia berbalik untuk melihat sosok penyelamatnya dan terkejut mendapati seorang gadis cantik berusia awal 20-an yang membawa sebuah buku di tangannya. Ternyata perempuan itu adalah orang yang menolongnya.

"Kakak nggak papa?" Tanya gadis itu menatap khawatir. Anehnya, ada getaran yang tidak bisa ia jelaskan saat gadis berambut panjang itu menatap dan menanyakan keadaannya. Jantung Radika mulai memompa tidak normal, serasa mau melompat keluar dari tempatnya. Matanya menilik satu persatu bagian wajah gadis berbaju putih itu yang putih bersih.

Mata indah berwarna coklat gelap, bulu mata lentik, dan bibir merona alami yang di dukung oleh hidung mancung sempurna.

Aku kenapa? Masa' karena cuman lihat cewek jadi debar gini?

Batin Radika heran. Setiap hari dia selalu di kelilingi oleh banyak perempuan cantik, tapi ini baru kali kedua ia bereaksi dan merespon seperti ini. Selama hidupnya, hanya ada satu gadis yang pernah berhasil mencuri perhatiannya. Anya Putri, mantan pacarnya saat kuliah dulu. Sayang semua tidak berjalan lancar karena perempuan itu malah meninggalkannya untuk laki-laki lain.

Sejak itu, Radika tidak berminat menjalani hubungan atau lebih tepatnya menutup diri untuk berhubungan. Dia lebih memilih fokus bekerja sebagai karyawan biasa di perusahaan milik ayahnya hingga akhirnya mendapat posisi direktur utama berkat kerja keras dan konsistensinya dalam bekerja.

"I-iya, terima kasih yah" balas Radika terbata-bata. Selain terpikat, dia juga bertanya-tanya bagaimana bisa gadis itu kuat sekali menahan dirinya yang sebesar titan agar tidak jatuh? Atlet angkat beban atau gimana sih?

"Kok bisa kuat tahan aku sih?" Pertanyaan itu terlontar dari mulutnya tanpa sadar.

"Yah karena makan nasi, kak" candanya balas menimpali lalu tertawa kecil karena ucapannya sendiri.

Bahkan ketawa pun cantik banget.

Radika terkekeh pelan.

"Isla!" Panggil Om Satya melambai antusias. Ia muncul belakangan karena harus menerima telepon dari kliennya sebentar di dalam mobil. Sahabat ayah Isla itu tersenyum lebar dan menghampiri Isla yang sudah ia anggap seperti anak sendiri.

Sejak dulu, om Satya sangat menyayangi Isla karena beliau tidak memiliki anak perempuan yang selalu ia idam-idamkan. Dia hanya punya Radika yang kaku dan membosankan sebagai anak satu-satunya.

"Aduh Dika, hampir aja kecengkal jatuh tadi. Untung ada Isla yang kuat dan sigap nolongin. Kalau papa jadi Isla, nggak mau deh nolongin kamu. Apalagi sampai topang kamu kayak tadi? Berat, nggak sanggup. Mending di hempas jatuh aja," celetuk papa Radika menggoda putranya yang sudah menjadi kebiasaan ibarat makan tiga kali sehari. Ternyata tadi saat Radika hampir terpeleset, ia kebetulan melihat dan menonton di tengah kesibukannya menelepon. Lumayan, tontonan gratis.

Radisla: The Arrange Married [COMPLETE] ✔✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang