33

130 5 0
                                    

4 tahun kemudian...

Setelah si kembar berusia 1 tahun, Isla membawa anak-anaknya kembali ke Indonesia agar Radika tidak perlu repot bolak-balik Indonesia-Jerman hanya untuk bertemu dengan mereka.

Perusahaan-perusahaan Isla sekarang di handle oleh Aisyah yang rutin berkunjung ke Milan, Paris dan Jerman secara berkala untuk mengawasi perkembangan perusahaan di sana. Sedangkan Isla, ikut memantau kemajuan perusahaannya lewat layar monitor dan berbagai laporan yang ada. Sesekali ia juga pergi mengunjungi salah satu perusahaannya saat anak-anak libur atau Radika mengambil waktu libur dari kerjaannya. Tak jarang juga Isla mengajak si kembar ikut pergi karena mereka tidak mau di tinggal sendirian di rumah bersama papanya.

"Mamaaa!" Seru Varo dan Vargar begitu masuk ke dalam rumah. Dua anak kecil itu baru kembali dari taman kanak-kanak dan di jemput oleh Radika yang sengaja pulang lebih awal untuk menghabiskan waktu dengan keluarganya. Kemarin Radika baru pulang dari Spanyol setelah berada di sana seminggu untuk mengurus masalah bisnis.

"Hi, anak-anak mama! Tadi habis dari mana sama papa? Kok agak telat sampai rumahnya?" Tanya Isla setelah memeluk dan mengecup pipi anak-anaknya yang baru pulang.

"Papa bawa adek sama abang makan dulu, ma. Soalnya tadi lapar di jalan" jawab Vargar yang dibalas anggukan oleh Isla.
"Anak-anak mama sekolahnya gimana? Ada yang sulit nggak?"

"Nggak ada yang sulit kok, ma. Abang sama adek malah bosan banget karena pelajarannya terlalu gampang. Pengennya tuh buat atau belajar yang lain gitu" jawab Varo enteng. Dua bersaudara itu mewarisi otak jenius papa mamanya. Bayangkan saja, si kembar sudah lancar berbicara di umur 2 tahun dan sejak menginjak usia 3 tahun mereka bisa membaca, berhitung dan memainkan alat musik hingga Isla dan Radika di buat tercengang sama kejeniusan anak-anaknya.

Tentu saja semua ini juga tidak terlepas dari Isla dan Radika yang selalu membantu dan mendukung anak-anaknya menemukan hobby dan potensi mereka sendiri.

"Iya, adek sama abang bosen banget ma. Pelajarannya bosenin dan di sekolah nggak ada mama yang meluk-meluk. Beda kalau di rumah, kita bisa bebas ngapain aja dan manja-manjaan sama mama" tambah Vargar menimpali. Seperti Radika yang senang sekali menempeli istrinya, Varo dan Vargar juga sama. Hanya saja Varo tidak semanja dan se-sering Vargar menempeli Isla.

Isla terkekeh pelan, sementara Radika menggeleng tidak habis pikir. Kenapa anak bungsunya sangat pintar menggombal? Ini turunan dari mana? "Anak kecil kerjaannya gombal muluk. Malu dek, masih kecil udah suka gombal" cibir Radika tidak kira-kira mengatai anak sendiri. Jika biasanya anak kecil menangis jika di ledek, maka berbeda dengan Varo mau pun Vargar. Keduanya tidak segan-segan membalas siapa pun yang berani meledek mereka dengan kata-kata yang lebih tajam.

"Halah, paling papa cemburu karena aku gombalin mama. Papa nggak usah sok-sokan nasihatin aku deh kalau papa sendiri juga suka ngegombalin mama" balas Vargar sewot. Kalau papa nya boleh menggombali mama nya, kenapa dia tidak bisa?

"Kalau papa gombalin mama itu nggak papa karena mama punya papa, kamu yang nggak boleh"

"Mama punya papa? Emangnya mama itu barang? Lagian, mama itu kan mamanya Vargar, jadi nggak papa dong kalau Vargar gombalin mama"

"Bener tuh kata adek. Lagian kan cuman Vargar yang gombalin mama, bukan orang lain. Kalau orang lain yang gombalin mama, itu baru papa boleh sewot. Kenapa sih cemburu sama anak sendiri?" Sahut Varo akhirnya ikut nimbrung. Skakmat. Varo benar-benar mewarisi 100 persen ketajaman Isla dalam berbicara. Sekali semprot lawan bicaranya nggak berkutik.

"Dengerin tuh omongan anak-anaknya, mama itu bukan barang. Kamu itu aneh banget, posesif banget biar sama anak sendiri" celetuk Isla mengusap kepala Vargar dan Varo yang ada di sebelahnya. Si kembar tersenyum miring penuh kemenangan dan menatap Radika dengan tatapan 'papa nggak pernah bisa menang dari kita'

Radisla: The Arrange Married [COMPLETE] ✔✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang