X. Kesalahpahaman

308 31 4
                                    

Minggu, 3 September 2017

-

-

"Gerah banget woi," dengus Ahsan memasuki Burger King yang besar itu. "Sabar dulu, kita baru kebakar panas-panas," balas Bona yang sama gerahnya dengan Ahsan.

Mengipas badannya dengan depakan bajunya kilat, Ahsan segera memindai menu yang terdapat pada bagian atas kasir. Itine tampak seperti ia sudah tahu apa yang akan dipesannya, berbanding terbalik dengan Ahsan dan Bona.

Bibir Ahsan terlihat mengerucut, tidak mengenal menu-menu yang mahalnya membuat dia mengelus dada dan meringis. "Ada yang mau nyari duduk dulu ato bisa pesenin?" Tanya Ahsan.

Gerakan tangan seperti mengusir, Bona dan Itine diam di tempat, masih membaca menu-menu yang ada. "Coba lu cari duduk buat bertiga, lu mau apa, San?"

Menangkat bahunya tidak tahu, Ahsan menjawab, "Apa aja dah asal jangan mahal-mahal." Tanpa melihat muka Itine dan Bona, ia berjalan mencari tempat duduk untuk dia dan dua sahabatnya.

Tangannya merogoh saku kanan celananya, mengeluarkan telepon genggamnya yang ia belum buka lagi sejak sebelum berjalan ke Burger King ini. Ia menggulungkan layarnya di aplikasi Twitter yang dia kenal melalui Bona dan Itine, dengan paksaan internal serta eksternal, tentunya.

Seperti melihat hal yang menarik, ia menyipitkan matanya, memperhatikan cuitan yang dicuit ulang oleh Bona dan Itine. "Ini pacarnya kak Hendra kok berantem mulu di Twitter sama si Lin Dan? Lin Dan siapa pula?" Gumamnya kecil.

Mulut Ahsan mengecut, membaca cuitan Taufik yang mengancam Lin Dan dengan 'Ada, mau gw pamerin hah?' sepertinya mengarah ke kode dimana ia memiliki hubungan yang spesial dengan Hendra.

Yang Ahsan tidak tahu adalah bahwa hubungan 'spesial' antara Hendra dan Taufik hanyalah sebuah kisah belaka agar Hendra bisa mengenal Ahsan lebih jauh tanpa membuatnya merasa aneh atau tidak suka terhadap Hendra.

Lonceng kecil Burger King berbunyi di pintu masuknya, menandakan ada yang membuka pintu tersebut. Hal itu membuat Ahsan menoleh dari telepon genggamnya.

'Itu, siapa? Eh, itu si Owi bukan sih?'

Setengah ragu, Ahsan mengangkat tangannya dan melambaikan kecil kepada trio yang baru masuk tempat itu. Menyelamatkan Ahsan dari rasa malu, Owi membalas lambaian tangannya dengan senyuman lebar dan berjalan ke arah lain.

Ketiganya itu berpencar, satu mengarah ke kasir dan keduanya mengambil tempat kosong yang nyaman untuk diduduki, menghadapi pintu masuk.

Jika Ahsan boleh sok tahu, Owi tidak terlihat begitu kenal dengan yang duduk di sebelahnya saat ini. Ia mempunyai firasat bahwa Owi baru saja melihat orang itu untuk pertama kalinya di hidupnya. 'Ah, tapi Owi gue rasa gampang temenan sih.'

Aroma kentang goreng menyelimuti hidungnya, tatapannya mengarah ke Bona yang membawa satu nampan penuh dengan kentang goreng, tanpa satu celah pun untuk melihat warna nampannya.

Mata Ahsan terbelalak, "Anjir, Bon, banyak banget." Bona hanya tertawa kecil, mangambil satu kentang goreng dan memakannya, "Santai aja, ini cuman sampingan, burgernya belom dibuat, Itine lagi nungguin."

Satu hal yang muncul di pikiran Ahsan, 'Ini cuman sampingan?'

Menoyor pundak Bona pelan, Ahsan ikut memakan kentang goreng. Mereka menunggu burger yang sedang dipesan oleh Itine untuk siap diambil. Jika Itine menyuruh mereka membawa, mereka akan laksanakan dengan senang hati.

Bel kecil terdengar lagi, namun kali ini Ahsan terlalu larut di dalam candaannya dengan Bona mengenai kentang goreng sehingga ia tidak melihat ke arah pintu tersebut.

Kating // The Daddies (Hiatus mau UKK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang