Selasa, 29 Agustus 2017
-
-
Jantung Ahsan berdegup dengan kencang, ia rasa sebentar lagi ia bisa gila jika ia tidak block nomor katingnya tersebut. Apakah dia mengajak Ahsan pergi berkencan? Bahkan Ahsan tidak yakin.
Muka seperti itu, pasti banyak yang ingin memiliki dia sebagai pasangan, pikir Ahsan. "Ah nggak juga, mukanya lebih datar dari tembok amplas," dengusnya mencoba mengalihkan pikirannya dari memuji katingnya itu.
Sebuah suara yang bulat terdengar keras memenuhi kamar kos Ahsan. "Bangsat, sakit banget." Bisik Ahsan pada dirinya sendiri sambil mengusap kepalanya yang ia jedutkan ke tembok tanpa memikirkan kekuatan yang akan ia keluarkan.
"Tok-tok-tok, Ahsan!" Terdengar suara yang mengesalkan dan ingin dihancurkan oleh pemilik kamar kos tersebut. "Masuk aja, kayak biasa gak asal masuk aja lu," jawab Ahsan, masih memegangi jidatnya yang mulai memerah karena kelalaiannya sendiri.
Pintu kamar kos itu terbuka, bersampingan dengan senyuman iseng dari teman dekatnya yang mempunyai rambut rata. Figur itu memasuki kamarnya dan menutup kembali pintunya sembari memberikan suara kecil kantong kresek berwarna hitam.
Rasa penasaran yang muncul pada diri Ahsan membuat dirinya melirik kedalam kantong kresek yang dibawa oleh Bona dari jauh, "Gorengan, San, tadi gue beli pisang goreng sepuluh ribu, gue pikir satunya seribu ternyata satunya lima ratus, sekarang gue ada pisang goreng dua puluh biji," senyum Bona dengan polos.
Mata Ahsan menyipit, menghakimi Bona dengan segenap jiwanya. "Trus maksud lo gue disuruh ngabisin pisang goreng dua puluh biji?" Mengangguk terhadap pernyataan itu sambil mengambil cabe yang ada didalam kantong yang berisi koran untuk pisang gorengnya itu, Bona mengunyah renyah tanpa mengecap, tak lupa mengeluarkan dehaman agar Ahsan tergoda untuk menghabiskan makanan itu bersama dia. "Sepuluh deh, bagi dua sama gue."
Tangan Ahsan meraih kedalam kantong kresek Bona dan menggigit kasar pisang goreng tersebut di depan Bona yang tersenyum girang dan duduk di kursi belajarnya. Ahsan duduk di atas kasurnya kemudian terdiam selama beberapa detik.
"Bon, gue kayaknya bentar lagi gue akad."
Sebuah cabai utuh berwarna hijau terbang keluar mulut Bona.
Tanpa lupa untuk batuk dengan keras, Bona setengah histeris berteriak, "Maksud lo apaan, setan?" Untuk tiga detik yang spesial, Ahsan terlihat seperti anak anjing yang lugu dan lucu; walaupun Bona akan menghilangkan kata-kata 'anak' dan 'yang lugu dan lucu' dari kalimat itu.
Menggeleng cepat, Ahsan membela dirinya sebelum dicekik oleh sahabatnya. "Ada yang ngajak gue jalan, cuman ke kafe- Dunkin, tapi gak tau ini date gitu ato bukan." Ujar Ahsan sejujurnya kepada Bona tanpa memberikan nama.
Sebuah pisang goreng yang renyah melayang dan mengenai Ahsan tepat pada hidungnya. Dari pisang goreng yang melayang itu, Ahsan tahu bahwa sebentar lagi Bona akan berteriak dan memarahi dia, entah marah yang bercanda atau yang serius.
"Dasar anak Gen Z, baru diajak jalan dikit langsung mikirnya akad, out-door lah, in-door lah! Lu bahkan bilang belom tau itu date ato bukan, overthinking banget bangke!" Teriak Bona serak akibat minyak dari pisang goreng yang ia beli. Ahsan tersenyum dengan sangat kecut. Ia ingin tertawa karena suara Bona yang serak, tetapi ia tahu jika ia tertawa maka Bona akan membuat hari itu hari terakhir ia hidup sebagai manusia yang tenang dan damai.
Ketika Ahsan hendak membuka mulutnya untuk membela diri, Bona menaikkan tangan kanannya dengan jari telunjuk yang mengacung ke atas, memberikan isyarat kepada Ahsan untuk tidak mengucapkan sepatah kata pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kating // The Daddies (Hiatus mau UKK)
Fanfiction"Halo kak. Pembayarannya sudah dilakukan ya." "Halo kak?" "KOK CENTANG SATU SIH" "WOI NIPU YA?" "Eh maaf kak, saya habis luluran, tadi belom ngeresep jadinya gak megang henpon deh.." "Saya proses ya.." - - "Lu kating gue?" "Tentu saja. Apa saya terl...