XII. Kenal

242 36 2
                                    

Senin, 4 September 2017

-

-

Mengedipkan matanya dengan pelan sebanyak empat kali, sosok seorang laki-laki secara kabur muncul di hadapan Hendra, menunjukkan senyuman yang manis nan indah.

"Selamat pagi, sayang. Ke kampus, yuk?"

Suara itu, Hendra dapat bersumpah ia mengenal suara itu dengan segala jiwa dan raganya. Ia melebarkan matanya untuk melawan kekaburan di matanya dan menemukan dirinya menatap laki-laki yang ia sebut senyumannya manis nan indah.

Tangan Hendra reflek ia taruh ke dadanya sendiri, menenangkan diri sebelum mengumpat terhadap laki di hadapannya. "Sayang sayang pala lo peyang, kaget gue."

Mengeluarkan suara tertawa yang renyah dan puas, Taufik menepuk pundak Hendra cepat. "Yang minta pura-pura pacaran kan elo, jadi gue yang kena, tsk," gerutu Taufik dengan senyuman jahil, "Tapi beneran, gue ada jadwal ngampus hari ini, lo juga kan?"

Kepala Hendra naik turun kecil, baru saja mengingat bahwa dia ada kelas hari ini. "Iya, kalo gitu lu mandi dulu, percuma ganteng tapi bau." Sebuah tabokan sampai di jidat Hendra yang terekspos. Hanya tertawa, Hendra lanjut rebahan di kasur milik Taufik yang luar biasa besar.

Semalam, Hendra mendapatkan dirinya sangat mengantuk dan sangat tidak ingin menyetir pulang, sehingga ia memutuskan untuk berkata kepada Taufik bahwa: "Kalo gue pulang nyetir sekarang gue bisa pingsan tengah jalan, jadi gue nginep aja ya sama lu, kasur lu lebih gede dari gajah juga."

Menaikkan kedua alisnya cepat, ia tersadar akan sesuatu. "Pik, gue gak ada baju, apa gue balik dulu ke kos gue?" "Enggak! Baju lo banyak disini, cari di lemari gue, lo hobi ketinggalan disini baju lo!" Sahut Taufik dari dalam kamar mandi. "Oke." Jawabnya.

Ia berguling ke sebelah kirinya, meraih telepon genggamnya dan melihat pukul berapa pada saat ini. Ternyata hanya jam 07:00, kelasnya tidak akan mulai hingga pukul 09:00, tetapi ia tidak pernah bertolak belakang dengan ide untuk sampai di kampus lebih cepat.

Dengan mata yang masih setengah terbuka, ia membuka kuncian layar telepon genggamnya dan beralih ke aplikasi komunikasi pilihannya, Whatsapp, dan melihat sekilas pesan-pesan yang belum ia baca.

Menarik perhatiannya, Hendra membuka isi pesan yang dikirimkan oleh Owi. Mengernyitkan dahinya, rasa bingung menerkam isi kepala Hendra. "Ini anak, ngirim apa?"

Di isi chat Hendra dan Owi itu, kembali muncul sebuah selfie Owi yang dikirimkan kepadanya. Hanya saja, kali ini Owi sedang menangis sambil memberikan tanda peace di depan mukanya dan memajukan bibirnya layak seekor bebek.

Kamu kenapa wi?
Sent 07:03

Yg gw suka cuek sm gw kak, dhlh gw cari pcr lain aj!
Sent 07:03

"Aduh, kenapa sih ini anak sensian banget." Ucap Hendra pada diri sendiri dengan khawatir yang melanda. "Lagian katanya suka si Taufik mau deketin- oh iya gue bilang jangan."

Terdiam sementara, Hendra mengetik di telepon genggamnya.

Si taufik-taufik itu ga jadi kamu deketin?
Draft 07:05

'Gak, nanti aja pas gue udah deket sama Ahsan. Aduh, Ahsan!'

Cari yang cantik/ganteng wi, biar ga di komplen sansan
Sent 07:05

Owi tidak menjawab setelah itu, Hendra pun mencari nama kontak yang lain. Ketika ia menggulung layarnya, nama Ahsan menarik perhatiannya, percakapan semalam terulang di kepalanya.

Kating // The Daddies (Hiatus mau UKK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang