Chapter 5 - Tolong (dan) Diam

67 13 59
                                    

5

Tolong (dan) Diam

Saluran televisi Terals menyiarkan berita perundungan Tom. Nama Sea yang merupakan inisial nama panjangnya membuat gadis itu menggigit bibir cemas. Sekarang, dia melirik surat yang baru datang dikirim tukang pos dan sedang dipegang Papanya. Mereka berdua saling mengerjap–menanti siapa yang mau bicara duluan.

Sea tersenyum canggung, mencoba mengalihkan kemarahan Papa yang terlintas di merah wajah. "Sesi beneran menyesal, Pa."

"Papa nggak yakin." Pria itu mengedikkan bahu sambil membuka surat dari amplop, kemudian dengan melepas kacamata baca, dia terbelalak hingga mengangguk-anggukkan kepala. "Saksi. Syukurlah. Kamu dipanggil ke kepolisian besok siang. Papa minta izin ke kepsekmu, terus besok tidak perlu jenguk Tom."

"Apa orangtua Tom nggak bakal lebih meledak? Aku ke sini karena ortunya, 'kan? Terus, kenapa bisa saksi?"

Papa menukas balik. "Ucapan minta maafmu itu menyebalkan di telinga mereka. Kamu haru jadi anak baik dan penurut. Kalau kamu jadi tersangka, memangnya besok kamu mau datang?"

"Ah, Pa. Bukan begitu!" Sea merengut, dia menghembuskan napas kesal di tangga. "Kemarin Papa bilang ke Bu Nich ini ulah reporter kemarin. Terus, kalau begini, aku harus taruh muka di mana? Namaku terpampang di sana. Pa!"

"Kalau kamu sudah bekerja dan punya anak, kamu saja yang coba punya kekuasaan menaklukkan dunia politik seluruh negara di dunia, Ses. Kamu nggak tau bersyukur."

"Papa berharap aku bisa apa? Aku dan teman-temanku cuma bisa diam." Sea mendekati Papanya di dekat meja makan, dia melangkah gontai sesaat menuruni tangga.

"Kalau begitu, kali ini setelah Papa dan Mama mengusahakan semuanya, kamu harus meneruskan diamnya. Makin lama makin baik." Papa menatap gadis itu, merajut emosi yang nyaris membuncah dan dibalut kesunyian. Dia bergerak meletakkan surat di meja makan dan melewati Sea menuju ruang keluarga. Gadis itu mengikutinya, melihat Papa dengan kemeja putih menyalakan televisi. Saluran kesenangan Papa menyiarkan program berita tiap pukul sepuluh malam.

"Pemirsa, peristiwa perundungan di SMA Swasta Hachvon yang mengakibatkan seorang siswa peraih beasiswa Bintang Terals dari kementerian pendidikan, kali ini mencapai titik terang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pemirsa, peristiwa perundungan di SMA Swasta Hachvon yang mengakibatkan seorang siswa peraih beasiswa Bintang Terals dari kementerian pendidikan, kali ini mencapai titik terang. Kepolisian Metropolitan Terals telah memanggil seluruh saksi dan terduga pelaku dari bukti video yang tersebar di kalangan sekolah. Saat ini Hendry Rawangulan, Kapolda Metro Terals, telah menyatakan bahwa kasus yang melibatkan putra-putri tokoh pemerintahan serta investor terafiliasi pemerintah ini akan diproses dengan bukti dan banyaknya petunjuk yang ditemukan."

"Bu Nich atau sekolahmu yang peraliran biayanya hebat sekali, apa mungkin memikirkan masa depanmu? Duduk." Papa menunjuk sofa–Sea duduk sambil memangku tangan, menunduk. "Kalau dulu Papa sekolahkan kamu dan Kakakmu yang bodoh itu homeschooling, kalian berdua pasti lebih peduli dengan hal menjijikkan seperti ini. Malu tidak ada gunanya, Ses. Buang malu itu ke masa lalu. 

TolongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang