Fifth

38 7 0
                                    

.

.

.

.

.

.

Happy Reading 😁

Seminggu sudah dilalui Lily, banyak hal yang mulai menjadi bahan adaptasinya tinggal dan bekerja di kota sebesar dan seramai Seoul. Setiap hari jadwal tidurnya tak lagi teratur, bekerja kalau mereka bekerja dan berhenti jika memang benar-benar kosong.

Sekarang saja gadis itu tengah duduk setelah menyelesaikan tugasnya. Ingatkan dirinya kalau waktunya hanya diberi lima menit sebelum beralih pada tugas lain.

"Bagaimana?" tanya seorang wanita dengan tanda pengenal bertali merah itu. Dia mengernyit, butuh sekiranya banyak waktu untuk menyerap maksud dari sang senior didepannya.

"Kim Sunoo, sudah bisa ajak dia bicara?"

Lily menggeleng, memang benar apa yang sering orang katakan. Jangan percaya pada senyumnya. Didepan kamera dia terlihat begitu lepas, tertawa. Tersenyum bahkan berlaku imut sampai membuat para gadis berteriak histeris seolah mendamba. Dia terlihat seperti pria baik yang menggemaskan.

"Sabar sedikit lagi ya!" wanita itu menepuk pundaknya, tersenyum tipis dengan raut penuh prihatin. Jujur saja dia tidak tega menempatkan junior yang begitu disayanginya itu pada posisi rumit seperti menjadi asisten pribadi dari seorang remaja labil layaknya Kim Sunoo.

Sedikit lagi. Lily hanya berharap saja Tuhan benar-benar memberinya kekuatan lebih, dia tidak mungkin berhenti pada titik yang bahkan baru saja bergeser kecil itu.

"Iya!"

*****

"Kudengar Lily Noona hanya untukmu seorang!" Ni-ki, si bungsu bertubuh jangkung itu menyandarkan punggungnya pada bantal persegi bergambar Doraemon kesayangannya. Mengangkat kaki satu yang digerakkan satu tempo dengan deru nafas nya. Ntahlah, hanya dia yang tahu bagaimana itu sangat menyenangkan dilakukan.

"Anak kecil tahu apa, huh? Kau sok tahu Nishimura Riki!"

Dia berani bertaruh, saat berada dekat dengan Sunoo jika dibelakang kamera adalah hal paling mengerikan. Bahkan belum genap hitungan menit punggungnya kembali tegak lagi, kalau namanya sudah dipanggil tanpa kurang dia sudah bisa memperkirakan apa selanjutnya yang terjadi.

"Eh? Serius Hyung! Maaf kalau tadi agak menyindir!"

Sunoo mendesah, menurutnya ruangan selebar apapun kalau seisinya tak berhenti membicarakan dirinya akan terasa sesak. Jangan bilang Sunoo terlalu percaya diri, bahkan pria berambut pink itu berani bertaruh telah mengeluarkan cukup banyak uang untuk membeli informasi singkat perihal gosip tentangnya.

"Bisa diam? Telingaku panas mendengar omong kosong semua orang disini!"

Ni-ki meneguk salivanya, agaknya dia butuh seteguk air guna membantu oksigen terproses dengan baik di paru-paru nya.

"Ya, aku akan pergi. Mungkin kau butuh kopi? Ingin kubelikan kue beras barang kali? Atau satu cup mint choco? Ah, mungkin"

"Pergi sana, aku tidak butuh itu semua!"

Pada dasarnya Sunoo bukan tidak butuh, hanya suasana hatinya sudah terlalu kacau untuk menerima itu semua.

Dia menyandarkannya punggungnya, mengambil penuh tempat yang tadi di duduki sang adik. Tujuannya tidak lain agar satupun dari mereka tidak mengisi dan kembali mengganggu ketenangan nya.

More Than Hour || Kim SunooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang