Twenty - Third

23 1 0
                                    

Up!!!

Happy Reading 😀👍🏻

Don't forget to Voment juseyo 🙌🏻

*****

"Rasanya enak bukan?"

Lily mengangguk samar, berusaha menyembunyikan senyumnya yang terkesan kaku. Ia bukan tak senang, bahkan terlalu senang sampai lupa bagaimana caranya bernafas dengan benar.

Kang Taehyun - ia tak cukup menyuapkan satu potong gorengan berbahan utama sayur itu kedalam mulut Lily. Gadis itu dibuatnya seperti anak kecil yang haus akan perhatian. Meskipun begitu sebenarnya yang Lily rasakan.

"Kau tau, setiap aku ingin makan aku selalu memikirkan ini. Tapi para hyung selalu mengingatkanku agar tidak berlebihan dalam makan gorengan."

Kata orang disekitar Lily - sebut saja para staff agensi dan beberapa artis yang tidak terlalu dekat dengan sosok Taehyun. Laki-laki itu memiliki sifat dingin dan tak jarang asal ceplas ceplos. Ia mungkin terkenal pengkritik, terus terang dan pembawaannya kelewat serius. Namun yang Lily tahu selama dekat dengan Taehyun, wira itu malah menunjukkan sikap konyolnya yang dibandingkan membangun topik serius yang katanya menjadi ciri khasnya.

"Yeonjun - hyung, astaga mungkin kapan-kapan aku akan mengenalkannya padamu. Hyung itu mirip seperti kakakku, dia benar-benar memperhatikan pergerakan ku tanpa terlewatkan!" Taehyun bercerita cukup antusias, matanya yang memang besar tidak seperti kebanyakan orang Korea lainnya membuatnya tampak seperti tokoh dalam komik yang tengah terkesan.

"Daripada itu, kenapa harus Yeonjun-nim?" Lily menimpali, sejujurnya ia tak tahu harus merespon apa, pertanyaan itu muncul begitu saja di kepalanya

"Dia memang cerewet, tapi dia selalu mendukung yang kulakukan. Meskipun Soobin dan Beomgyu hyung juga begitu sih, tapi aku dan Yeonjun hyung itu seperti adonan pajeon dan sayurnya, kami akan jadi luar biasa jika bersama."

Lily mengangguk, ia juga pernah sekali bertemu dengan orang yang dibicarakan Taehyun saat ini. Orang itu tidak jauh berbeda dengan Taehyun, kalau sedang diam ia benar-benar seperti tak tersentuh. Tatapannya tajam dan mengintimidasi, namun saat kedua sudut bibirnya menarik senyum membentuk kurva rasanya seperti separuh ke khawatiran mu meluruh begitu saja.

"Kalian nyangnyangz bukan?" Tebak Lily selanjutnya

"Kau tahu?"

Taehyun tak jadi menggigit gorengannya, ia jauh lebih terkejut dari sebelumnya. Lily yang melihat bagaimana ekspresi teman SMP nya itu langsung meledakkan tawa.

"Aku pernah melihat tagar itu di sosial media. Saat aku telusuri ternyata isinya hanya kalian berdua saja yang mendominasi."

Ia mengangkat bahunya, "Begitulah, aku punya kucing dan dia suka kucing. Lagipula bukan rahasia umum lagi kalau kelakuannya mirip seperti anak kucing yang lucu dan sedikit galak!"

Lily merespon dengan anggukan kecil. Hari ini ia cukup senang, mengingat Taehyun telah membawanya keliling tempat-tempat jajan yang enak di Seoul. Ah, dia hampir lupa menyebutkan kalau saat mereka bertemu diawal tadi dirinya dibawakan hadiah figur Doraemon dari Jepang nya langsung.

"Ya, kapan-kapan aku ingin berkenalan dengannya lebih baik." Jawab Lily

Taehyun menyelesaikan makannya, bersamaan dengan Lily yang mengambil suapan terakhir. Seharusnya tadi mereka mampir ke toko bingsoo, namun sayangnya disana cukup ramai pengunjung yang didominasi anak remaja.

"Besok, aku akan live membuat bingsoo. Aku pastikan kau makan buatanku ya!"

Laki-laki itu tidak bertanya, ia hanya bermaksud memberitahu agar Lily mengingat janjinya. Kurva senyumnya melengkung sempurna, matanya yang besar lagi-lagi jadi sedikit menyipit membuat raut wajah yang terkesan ramah. Meski begitu, Taehyun bisa melihat seseorang yang dibalik pohon sana menguntit mereka.

*****

Bugh!

Debum pintu yang sengaja dibanting keras mengusik indra pendengar laki-laki pemilik mata elang yang sudah berpindah dua tempat yang sama nyaris puluhan kali.

"Setelah membuat manager panik karena tidak mengangkat telepon kau kembali dengan wajah murung, seolah dirimu lah yang telah mendapat masalah!"

Jay sebisa mungkin menekan emosi yang nyaris meledak. Panas di kepalanya tak kunjung mereda sejak satu jam sebelum waktu makan siang tadi. Bahkan rasanya telah mencapai puncak ketika mendapati penyebab seluruh orang kerepotan malah dengan santainya membanting diri di sofa - tepat disampingnya.

"Aku sudah besar, jangan berlebihan!" Sunoo menggunakan lengannya untuk menutupi wajah, sungguh ia bisa merasakan atmosfer yang tidak enak dari seorang Park Jeongseong.

"Tch, bayi besar!"

Tidak ingin menyiramkan minyak kedalam bara api Jay memilih menyingkir, dia bukan orang yang gegabah dalam mengambil tindakan. Meski dirinya bukanlah anggota tertua, tetap saja dirinya harus lebih berhati-hati menjaga perasaan member yang lebih muda darinya. Terlebih lagi Sunoo, ia tak ingin laki-laki yang terpaut satu tahun dibawahnya itu kembali membangun tembok tinggi dengannya.

"Aku pikir Hyung akan memukulku!"

Langkahnya tertahan, Jay membalikkan badan sepenuhnya menghadap Sunoo. Bahkan adiknya itu tahu kalau ia tengah marah, tetap saja sikapnya pun masih kurang ajar dengan bicara tanpa menatapnya.

"Aku benar-benar akan memukulmu kalau saja kau pulang lebih lama lagi, atau dengan tawa ringan tanpa beban,"

Ia menghembuskan nafasnya pelan, membuang sesak yang tertahan sebab emosinya belum terlampiaskan.

"Sayangnya kau seperti orang putus asa yang hilang arah, aku tak mau menambah kesulitan staff untuk menutupi lebam mu nanti!"

Sunoo tidak mengerti arti korelasi dari kalimat yang diucapkan Jay. Otaknya terlalu sempit untuk memproses kejadian hari ini. Sunoo merasa seperti dikhianati dua kali, meskipun kenyataannya tak ada yang berbuat demikian. Ya, itu hanya perasaan sepihak miliknya.

"Apa aku tampak menyedihkan sekali?" tanya Sunoo

Dia tak tahu apakah Jay sudah berlalu meninggalkannya atau masih berdiri didepan sana. Pertanyaannya barusan pun tak harus mendapatkan jawabannya, karena setelahnya ia akan punya jawaban sendiri di kepalanya.

"Ya, kau terlalu -"

"Hyung bahkan tak mengerti posisi ku,"

Nyatanya Jay masih disana, hanya sebentar sembari menatapi layar ponselnya. Sunoo tak membutuhkan ucapan apapun darinya, percuma saja menjelaskan lebih banyak.

"Kembali ke dorm sana, manager akan mengantarmu!"

Klik!

Sunoo tahu, Jay tidak bermaksud mengacuhkannya. Pria itu memang tak jarang memilih lari dari perdebatan daripada menunggu sampai menemukan ujungnya. Ia tak sesabar itu, pun tak mau memecah fokus team hanya karena persoalan sepele. Jadwal mereka cukup padat, tidak ada waktu untuk membangun kemistri dan fokus dari awal sekali.

"Sunoo-ssi!"


Sekalipun ia tak pernah berharap gadis itu muncul disaat emosinya tak dapat di kontrol. Mungkin beberapa kondisi Sunoo membutuhkan Lily sebagai penenangnya, namun gadis itu tetap hanya orang baru yang tau tak sampai separuh tentangnya.

"Kau, ck - Noona pergilah!"

Lily sedikit tersentak, mangkuk panas berisi tteokbokki di genggamannya hampir terjatuh. Ia menatap nanar Sunoo usai kewaspadaannya meningkat.

"Mian, aku hanya mengantar ini saja."

Ia beranggapan Sunoo marah sebab pesannya tak dibalas. Meskipun tidak seluruhnya benar, kali ini dirinya tak memiliki inisiatif untuk mencampuri urusan pria yang menggajinya.

"Permisi!"

Pintu kembali tertutup, tersisa keheningan seperti biasanya. Orang akan berpikir dirinya terlalu egois karena menuntut dimengerti, padahal ia hanya tidak ingin mereka datang dan pergi seenaknya seolah ia tidak tahu apa-apa.

Mereka kasihan,

Sunoo tak peduli, dia terlalu kuat untuk dikasihani. Paling tidak ia tahu bagaimana cara membentengi perasaannya.

"Hyung! Bisa kita bertemu sebentar?"

*****

To be continued



More Than Hour || Kim SunooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang