꧁☬Pelatihan USJ☬꧂

2.5K 418 65
                                    

Todoroki POV

Aku melirik salah satu kursi di baris tengah. Masih kosong... Jadi aku langsung menempati kursi itu dan duduk di dekat jendela. Bertopang dagu pada sisi jendela kaca sembari melihat keadaan diluar.

Satu persatu murid kelas 1-A memasuki bis dan duduk bersama dengan teman duduknya. Aku sangat malas untuk mondar-mandir mencari teman duduk. Toh, nanti juga dapat dengan sendirinya. Kalau tidak dapat juga tak masalah.

"Umm Todoroki-kun?"

Merasa terpanggil, aku pun menoleh menuju asal suara. Tampak (name) yang tengah berdiri disamping kursi tempatku duduk dengan wajah gugup.

"Ano, bolehkah aku duduk disebelahmu? Aku belum punya teman duduk."

Aku hanya bergumam untuk mengiyakannya. Dan tampang kaku nya pun berubah dalam sekejap menjadi riang. Ia duduk disebelahku dengan sedikit merebahkan badannya hingga membuat dentuman kecil.

Lalu perhatianku tertuju pada pakaian yang ia kenakan. Ia tidak memakai kostum hero. Melainkan hanya menggunakan seragam olah raga, sama sepertiku. Apa dia tidak diperbolehkan untuk membuat kostum karena tidak memiliki quirk? Sepertinya tidak.

"Todoroki-kun, apa aku benar-benar boleh duduk di sebelahmu?" tanya (name)

"Ha'i, nande?" tanyaku seraya sedikit memiringkan kepala.

"Ah, tidak. Sepertinya dari tadi kau terus memperhatikan ku. Apa ada yang salah?"

"Tidak, hanya saja..." Aku melirik kearah seragam olah raga yang ia pakai sebagai jawabannya. (name) yang paham pun tampak menyunggingkan senyumnya.

"Ah, iya. Aku tidak mengenakan kostum hero..."

"Kenapa?"

"Aku kan tidak punya quirk, jadi lebih baik tidak usah membuatnya bukan?" Sudah kuduga.

"Todoroki-kun sendiri kenapa tidak pakai kostum hero?"

"Ini sudah cukup." jawabku singkat. (name) hanya terkekeh pelan mendengarnya.

Bis perlahan melaju, percakapan kami pun terhenti karena (name) yang lebih tertarik pada pemandangan yang kita lewati. Padahal yang tampak hanyalah penduduk kota biasa. Karena f/n tidak duduk di dekat jendela sepertiku, ia jadi sedikit menegakkan badan dan mengangkat kepalanya untuk melihat keluar jendela.

"Kau, mau tukar tempat duduk?" tawarku.

"Hm? Bolehkah?" Mata (name) terlihat melebar.

Aku mengangguk, lalu kami saling bertukar tempat duduk dengan sedikit berdesakan. (name) langsung menempelkan kedua telapak tangannya pada kaca, dan memandangi orang yang berlalu-lalang. Memangnya apa yang menarik dari itu?

"(name)-chaann!!" Panggilan Uraraka yang duduk di belakang kami membuatku dan (name) menoleh bersamaan. Aku juga tak mengerti kenapa aku ikut menoleh.

"Nande, Ochako-chan?" tanya (name).

"Aku tidak menyangka bahwa kau mau duduk bersama Todoroki-kun." Aku mengernyit saat mendengar pernyataan Uraraka. Memang apa ruginya duduk denganku?

"Habis mau bagaimana lagi? Semua kursi sudah penuh. Hanya disini saja yang kosong. Tapi itu tak masalah, lagipula Todoroki-kun sangat baik karena mau bertukar tempat duduk denganku hanya karena aku ingin melihat-lihat keluar jendela."

Apa itu sebuah pujian? Wajahku tidak memerah kok. Aku sudah sering dipuju oleh banyak orang. Terlebih lagi oleh para perempuan yang aku temui di jalan.

***

Readers POV

Tak terasa, 1 jam telah berlalu. Aku yang notabenya gampang mengantuk saat naik di angkutan umum pun mulai menguap saat tengah berbincang dengan Uraraka dan Asui.

Dan saat aku hendak mengakhiri obrolan, aku melirik sejenak kearah Todoroki. Aku baru sadar bahwa ia sudah tertidur, entah sejak kapan.

Aku memperbaiki posisi duduk ku, dan memejamkan mata. Aku menyandarkan badanku pada jendela bis, rasanya nyaman se-

Pluk

Mataku langsung terbuka ketika merasakan sesuatu yang besar mendarat pada bahu kanan ku. Aku menoleh, dan kudapati Todoroki yang sudah bersandar pada bahuku dalam keadaan tertidur.

Deg

Aku menatap wajahnya yang separuh tertutupi oleh rambut. Wajahnya tampak begitu teduh dan polos. Rasanya ingin sekali aku menyibak poninya agar tidak menutupi wajahnya yang sempurna itu. Jadi, harus kuapakan lelaki ini? Dibiarkan? Atau dibangunkan?

"Astagaa, dia tampan sekalii!!"

***

Readers POV

"Teman-teman, kita sudah sampai di tujuan. Tolong bangunkan teman kita yang tertidur dan bergegas berbaris di depan bis!" perintah Iida.

Aku yang sedari tadi hanya memejamkan mata, hanya bisa mendengus kesal. Kenapa aku tidak tertidur sih? Berpura-pura tidur itu tidak enak tau! Aku membuka mata, dan mendapati Uraraka yang baru saja hendak membangunkan ku.

"Oh, kau sudah bangun (name)-chan. Ayo cepat turun dari bis, Iida-kun sudah menunggu kita." ajaknya. Aku tersenyum sembari menganggukkan kepala.

Aku melayangkan pandanganku pada Todoroki. Ia masih tertidur lelap, dan rasanya semakin lama tubuhnya semakin berat saja. Ugh, tubuhku jadi kram.

"Nee, Todoroki-kun..." Aku menggoyangkan pelan bahu Todoroki.

"Todoroki-kun, okiro!"

Percuma, matanya masih belum terbuka. Ya ampun, kenapa susah sekali untuk membangunkannya? Apakah mimpinya sangat menyenangkan saat ini?

"Todoroki-kun!!"

"Ah?" Akhirnya, ia terbangun!

"Todoroki-kun, kita sudah sampai," ucapku. Ia perlahan menjauhkan badannya dariku sembari menggosok pelan matanya.

"Ah, aku bersandar padamu ya? Maaf," ucapnya datar.

"Tak apa, kau sangat pulas. Jadi aku segan untuk membangunkan mu."

"Aku berat ya?"

"Ha? A-ah, yaa begitulah... Ta-tapi aku kuat kok, tak masalah! Ayo, kita turun. Iida-kun sudah menunggu kita."

Todoroki menganggukkan kepalanya, lalu berjalan mendahului ku menuruni bis. Wah, teman-teman yang lain sudah membentuk barisan.

***

"Waahh, besar sekalii!!" Seru Mina dan Kirishima bersamaan, tepat ketika kami baru memasuki gedung pelatihan. Yaa aku pun berpikir hal yang sama seperti mereka. Aizawa sensei menyuruh kami berhenti saat seorang berpakaian astronot datang menghampiri.

"Hari ini, dia yang akan membimbing pelatihan kalian." ucap Aizawa sensei membuka suara.

"Konnichiwa, saya pahlawan luar angkasa, Thirteen. Hari ini kalian akan menjalani pelatihan bersamaku. Semoga kalian menikmatinya ya!" Ucapnya.

"Konnichiwa senseii!!" seru kami bersamaan. Setelah itu, Thirteen memberikan sepatah dua katanya kepada kami mengenai gedung pelatihan yang ia buat sendiri. Hebat sekali, pasti butuh waktu lama untuk membuat gedung sebesar ini.

Lalu saat Aizawa sensei hendak memberi aba-aba dimulainya latihan, tiba-tiba saja lampu yang mengelilingi gedung menjadi redup. Air yang mengucur dari air mancur pun perlahan berkurang.

Lalu tepat di depan air mancur, muncul sebuah pusaran lubang hitam besar layaknya portal. Dari dalam lubang itu, tampak sosok lelaki berambut biru dengan tatapan sinis, membuat bahu Aizawa sensei sedikit menegang dengan mata terbelalak.

"Berkumpul bersama, jangan sembarangan bergerak! Thirteen, lindungi siswa!" titah Aizawa sensei sembari memakai kacamata khas miliknya.

"A-apa itu?"

Vote nya ya kawaan, makasii~

:v

Quirkless (Todoroki Shoto X Readers)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang