Wallflower 8: Tertampar Realita

148 31 6
                                    

"Lihat ini!" Camellia melempar lembaran kertas ke hadapan Anye yang baru saja duduk di sofa ruangan Wakil Presdir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lihat ini!" Camellia melempar lembaran kertas ke hadapan Anye yang baru saja duduk di sofa ruangan Wakil Presdir. "Bagaimana bisa ada keluhan seperti itu? Member Joyful, Anyelir!"

Anye membaca kertas di tangannya dengan saksama dan ia ikut menyesal atas apa yang sudah terjadi. Ia juga sudah mendengar beberapa laporan yang datang dari kantor cabang Tokyo. "Aku akan mengatasinya, Mbak."

"Minta maaf saja enggak akan cukup. Pokoknya kamu bereskan masalah ini. Jangan lupa untuk menuntut pegawai itu!"

"Dia bahkan sudah dipecat, Mbak."

"Apa itu cukup untuk mengembalikan reputasi Joyful?" Anye menatap kakaknya penuh khawatir. Mencuri memang bukan sikap yang benar, tetapi Anye masih ragu kalau harus membawa masalah ini ke jalur hukum. "Jadi, ini yang kamu bilang sudah bekerja keras? Mbak tanya deh, kamu yakin serius mengembangan Joyful atau hanya karena saham dari Alden saja?"

Apa Camellia merasa tersaingi dengan kehadirannya di Joyful? Pikir Anye.

"Mbak Lia enggak perlu khawatir, aku enggak tertarik menjadi Wakil Presdir."

"Kamu selau bilang enggak tertarik, tapi justru terus mengikuti permintaan papa. Kamu pikir enak ya, jadi aku?" Camellia memberikan tatapan tajam

"Aku enggak pernah berpikir begitu, Mbak."

"Kamu tahu, selama ini papa selalu menjadikanku cadangan. Dia pengin punya anak laki-laki makanya mengambil Alden dari panti asuhan. Papa terus melatih Alden sampai menjadi besar, tapi setelah itu papa membuangku. Fakta bahwa Alden memilih bunuh diri, aku bahagia. Katakanlah aku jahat, tapi aku juga enggak kalah depresi seperti dia. Setelah kepergiannya, kupikir papa akan melihat kemampuanku, loyalitasku, kerja kerasku dalam mengembangkan Joyful. Ternyata aku salah. Papa adalah papa. Dan kurasa, kejadian itu akan terulang kembali saat papa memintamu bekerja di perusahan."

Hati Anye berdenyut mendengar luapan hati sang kakak. Ada rasa iba tetapi ia juga tidak ingin terus disudutkan oleh Camellia, seperti apa yang Liliana lakukan kepadanya. "Mbak Lia masih berpikir aku akan mengambil posisi Mbak sekarang?"

"Kita enggak tahu isi kepala papa, Anyelir. Suatu hari, saat kamu bisa berhasil dalam proyek besar, papa akan berada di belakangmu. Tapi sebaliknya, saat kamu gagal, papa akan membuangmu."

Anye tahu papanya tegas, tetapi ia meragukan semua ucapan Camellia tadi.

***

Sensasi Coffee masih cukup lengang, meski sudah jam pulang kantor. Anye melirik jam tangan, 17.45, langit senja perlahan mulai meredup.

Tepat pada angka 12 arah jarum jam, Anye melihat Arga berjalan ke arahnya. Mau apa lelaki itu di sini, pikirnya. Arga pastinya sudah mendengar kabar tentang masalah di kantor cabang.

"Lebih baik Mas Arga pergi kalau hanya mau mengejekku."

"Kurangi pikiran negatifmu itu, Anyelir! Kamu sudah meminta maaf pada Mrs. Kenichi?" Diamnya Anye membawa satu kesimpulan bagi Arga. lelaki itu mendesah panjang lalu mengeluarkan tablet dari dalam ranselnya. "Cara kerjamu lamban sekali, pantas saja Camellia begitu marah. Sekarang, rapikan riasanmu! Mereka enggak akan suka melihat matamu sembap seperti itu."

WallflowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang