Wallflower 9: Anyelir Versi 2.0

152 31 10
                                    

"Papa sudah dengar masalah di kantor cabang Tokyo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Papa sudah dengar masalah di kantor cabang Tokyo." Nugi memulai suara ketika keduanya sudah duduk di ruang kerja lelaki itu.

"Aku akan berusaha supaya masalah seperti ini tidak akan terulang lagi."

"Kenapa kamu tidak menuntut pegawai itu seperti saran Lia?"

Sembari meremas tangannya, Anye berusaha menyuarakan pikirannya. "Aku tidak membenarkan tindakannya, Pa. Aku juga kesal, karena dia sudah mencuri hadiah yang akan dibagikan kepada para customer yang beruntung. Tapi kurasa, menuntutnya pun bukan keputusan yang tepat. Bagaimana kalau dia sampai dipenjara? Apa harga itu tidak terlalu mahal untuk dibayar?"

"Bagaimana kalau dia mengulangi kesalahannya di tempat kerjanya yang baru?"

"Itu bukan lagi urusan kita, Pa. Kita tidak akan bisa mengubah pemikiran dan tindakan seseorang demi kemauan kita. Apa yang dia perbuat, akan dibayarnya di kemudian hari. Baik ataupun buruk. Lagi pula, catatan buruk dia akan selalu membayangi langkahnya di kemudian hari."

"Kamu memang mirip Alden." Anye bergeming sambil memandang papanya penuh siaga. Ia khawatir sudah salah bicara, meski begitu yang dirasakannya bukan takut. "Selama ini, Papa mengembangkan Joyful dengan sangat keras. Apa pun keputusan yang Papa ambil selalu berdasarkan kacamata bisnis dan keuntungan, tapi Alden berbeda. Dia selalu memikirkan perasaan orang lain, karena itu kami sering berselisih paham. Dan Lia, sama seperti Papa.

"Kepergian Alden. Semuanya salah Papa." Anye bisa menangkap kesedihan di mata papanya, tetapi ia tidak mampu merespons apa pun. Nugi menyesap kopinya lalu kembali memandang Anye. "Bagaimana kalau selama satu atau dua tahun kamu stay di Tokyo? Setelah kantor cabang di sana stabil dan berkembang, kamu bisa kembali ke pusat."

Anye masih berpikir mengenai tawaran itu. Sebenarnya, tidak ada yang dikhawatirkannya. Lagi pula, Jepang adalah tempat favoritnya dan Alden. Meskipun keduanya belum pernah pergi bersama. "Kalau itu bisa membuat Joyful berkembang, aku bersedia, Pa."

"Baiklah. Kalau begitu, nanti Papa akan minta staf recruitment untuk mengatur keberangkatanmu." Anye pamit dari ruangan Nugi, tetapi saat sudah di depan pintu papanya kembali berujar, "Apa pun yang sedang kamu resahkan, tolong ceritakan pada Papa!"

***

Anye berdiri di depan rumah bercat putih gading dengan tangan membawa keranjang buah. Bangunan dua lantai tersebut tampak sepi dari luar. Ia bahkan tidak melihat penjaga rumah di depan gerbang. Halaman rumah ini terasa sangat teduh berkat adanya pohon palem dan mangga di bagian depan. Di sekeliling teras juga berjejer rapi tanaman anggrek, mawar, dan ... ada anyelir.

Sambil menunggu pintu dibuka, Anye mendekat untuk mengamati anyelir putih sampai akhirnya sosok perempuan yang ia yakini sebagai mama Arga membuka pintu utama.

"Cari siapa, Nak?"

"Sore, Tante! Mas Arga-nya ada?"

"Arga? Ada kok di kamarnya." Keranjang buah yang Anye bawa sudah berpindah ke tangan perempuan yang sedang mengenakan celemek bermotif salur.

WallflowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang