Gwen Alicia Darmawan
Joana Christiana Wijaya
Bunyi ponsel Gwen sudah memecah sepinya pagi hari, mengalahkan suara ayam berkokok. Ia meraih ponselnya yang berada di sebelah bantalnya. Ia melihat ponselnya dan tertera tulisan"jangan di angkat" di layar ponselnya. Ia mengabaikannya dan menaruhnya kembali. Jam masih menunjukan pukul 7 pagi. Ia kembali bermalas-malasan karena hari itu ia tau bahwa masih terlalu pagi untuk beranjak dari kasur.
Tak selang beberapa lama ponselnya kembali berdering, iapun mengacak-ngacak rambutnya dan mulai beranjak dari kasurnya dan berjalan menuju kamar mandi, membasuh wajahnya dengan air, menyikat gigi dan bergegas mandi. Selesai mandi ia mulai memakai pakaian sekenanya, meraih tasnya, dan mematikan ponselnya lalu berangkat ke kampus menaiki angkot.
Angkot merah berhenti di sebuah pertigaan jalan, dan Gwen turun di situ dan berjalan menuju kampusnya yang tidak jauh dari pertigaan tadi.
Dari arah belakang ada seseorang yang memanggil dirinya.
"Gwen Alicia Darmawan Tirtahaja"
Ia membeku, ketika mendengar nama lengkapnya di sebut oleh seseorang. Setelah sadar iapun berlari menuju ke sebuah minimarket dekat situ dan menenangkan dirinya. Kepanikan melandanya, tak seorangpun di kampusnya yang mengetahui nama lengkapnya. Hanya Gwen Alicia Ataupun hanya Gwen Alicia Darmawan saja. Ia mengintip dari kaca minimarket tidak ada tanda-tanda mencurigakan ataupun sepasang mata yang mencoba mengikutinya.
Beberapa saat kemudian pintu minimarket terbuka. Seorang gadis masuk dan berjalan menuju kasir. Gwen kenal siapa dia. Joana mahasiswi Jurusan DKV yang telah menjadi sahabatnya selama tiga tahun. Ia segera memesan Ice Americano dan memberikannya pada Joana.
"Astaga Gwen, kaget gue... lu tu ya kek setan tiba-tiba muncul." ucap Joana
"Hehehe.. Gue dari tadi di kursi sono tuh trus liat elu.. Nih Ice Americano." jawab Gwen menunjuk ke kursi yang tadi ia duduki.
Mereka berjalan keluar saling beriringan.
"Lo lagi stress ya?" tanya Joana.
Gwen mengangguk. Joana tau persis sikap temannya ketika ada masalah.
"Nih udah abis.." ucap Joana.
"Makasih Jo.." jawab Gwen langsung mengunyah es batu yang ada dalam cup es itu.
"Gara-gara kelakuan lo gue jadi gapernah skip makan pagi, jaga-jaga lo bakal kayak gini. Tapi gue jadinya harus mules tiap kali lo ngasih gue Ice Americano. "
Yang sedang di marahin hanya menjawab " hehehe.. makasih ya Joana yang cantik. Lo tu emang sahabat gue yang paling baik."
Tak terasa mereka tiba di taman kampus dan memilih duduk di meja batu di bawah pohon sambil menunggu jam perkuliahan. hari ini jadwal mereka berbeda.
" Gue sejam lagi kelas Pak Tara. Lu mau ikut apa mau disini?"
"Gue di sini aja, gue masih ngantuk. Kelas gue masih entar jam 1." Jawab Gwen lemas.
"Lah lu ngapain udah ada disini aja dari jam 9?" tanya Joana
"Nah itu dia... Biasa... Mencari seseorang yang baik hatinya yang mengijinkan gue untuk menginap di rumahnya yang nyaman. Dengan fasilitas yang memadai." kode Gwen.
"Astaga, gue lupa punya temen yang ga tau diri hobinya ngabisin snack gue di kulkas, dan ngeberantakin balkon tapi gue tetep sayang." Joana mengungkit kejadian lama yang mereka berdua pernah alami.
"Hehh.. Untuk yang balkon itu bukan salah gue." kata Gwen.
"Kan elu yang kakinya kejepit. Gimana sih?" jawab Joana.
"Iye emang, tapi gara-gara lu kaki gue kejepitnya. dan gue panik, trus langsung lempar apa aja di deket gue." kata Gwen
"Eh, tapi untuk sekarang ini kayaknya gabisa Gwen. Sepupu gue mau balik Indo. dan kalo lagi ada dari keluarga besar nginep, gue ga boleh bawa temen nginep. Gue juga ga tau dia di sini sampe kapan" balas Joana
"Yah, Jo.. " kata Gwen.
"Tunggu Juna aja coba siapa tau dia ngebolehin." balas Joana.
"Lu ga takut apa temen lu ini di apa-apain ama si Juna?" kata Gwen.
"Aelah... lu udah bukan sekali dua kali nginep apartnya Juna, dan lu masih idup." jawab Joana.
"Tapi kan kalo ama lu lebih aman dan gue juga sejahtera."
"Emang lu ga sejahtera di apart Juna?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunset on the Rooftop [ WEN JUNHUI X OC ] SEVENTEEN
FanficDua insan yang sebenarnya bisa mengisi kekosongan satu sama lain. Tapi gadis itu, saat ini sinarnya redup. Membuatku seakan ikut berjalan di jalan tanpa warna. Hanya monochrome. Gwen, seorang mahasiswi yang sangat menyukai senja yang ia lihat di ata...