4

19 1 0
                                    

"Bu, Soto Ayam satu, Soto Sapi satu, Jeruk anget dua." Kata Juna pada Bu Siti pemilik Warung soto, dan berjalan ke meja  yang kosong, Gwen mengikutinya. Pesanan pun tiba di meja. Mereka makan dalam diam. Lima belas menit kemudian makanan kamipun habis, gelas gue sudah kosong  lalu meminta isi ulang air putih es.

"Bu, refil air putih tambah es batu."

"Gwen.. Bu, air putih biasa aja."

"Kasih es batu lima biji bu, air putihnya dikit aja"

"Lu tu ya, abis makan panas malah minum dingin, ga sayang gigi lu?"

Gue diam. memakan es batu yang sudah di hantar oleh Bu Siti

"Gue ke kelas ya... Nih.." kata Gwen sambil memberikan uang dua puluh ribu ke Juna. 

"Udah lu bawa aja... Gue tunggu di meja batu ya jam 4"

Gwen tetap menaruh uangnya di samping mangkuk dan melenggang pergi.

Masih satu jam lagi kelas, namun Gwen terlampau malas untuk basa-basi, akhirnya memutuskan untuk pergi ke kelaa dan langsung memilih meja paling kiri dan tidur tepat di bawah AC

****************

Kelas sudah di mulai. Mahasiswa lain sudah memenuhi kelas, tak lama Bu Denis dosen Desain Komunikasi Visual Branding masuk ke kelas dan mulai mengajar. Gwen fokus mencatat segala materi dan berakhirlah jam mata kuliah hari ini.

****************

Hal yang gue suka adalah Senja. Sebuah transisi dari terang ke gelap, warna peralihannya seperti menunjukan bahwa hidup terus berjalan meskipun mengalami perubahan, semua hal berubah dan semua orang berubah. Hobi gue saat ini adalah menatap senja di Rooftop Kafe. Bangunan berlantai dua ini sekarang menjadi bangunan tak terurus dengan plang bertuliskan Kafe Cikra-Cikri yang sudah usang, tempat yang dulunya membawa tawa kini berubah menjadi markas gue menikmati senja dan mengamagi padatnya kota Semarang dari atas, atau hanya sekedar beristirahat dari lelahnya rutinitas atau saat ingin menghabiskan waktu sendiri.

Ya di sinilah gue sekarang, jaraknya hanya sepuluh menit berjalan dari kampus. Juna? gue gatau dia dimana sekarang, yang jelas sebelum ke sini gue pamit dulu padanya untuk singgah di sini sebentar.

"Gue ke rooftop.."

"Gue ikut."

"Sendiri, gue mau sendirian aja."

"Yaudah ntar kabarin aja kalo turun."

Hari ini lagu-lagu dari He is We menemani senja gue ini, headphone bluetooth gue atur di 100 persen. Di sini gue bisa bebas mengeluarkan emosi. Gue bisa nangis, teriak sepuasnya, bagi gue ini tempat ternyaman buat sembunyi dari segala ketakutan gue. Merasakan kelegaan meski hanya sejenak. Layar ponsel gue menyala menampilkan nama Joana, dan segera gue angkat tanpa melepas headphone.

"Lo di mana?"

"rooftop.."

"Buruan balik, gue mau mampir ke apart Juna, sepupu gue bawa stroberi korea, masih seger dia bawain banyak banget, jadi mau gue bagi-bagiin."

"Yaudah ini gue turun, Jo, hehehe, kabarin Juna dong kalo gue mau balik.."

"Lah, gimana sih ni anak, gue kira lu sama Juna."

"Iya tadinya, trus ga gue ijinin. Gatau dia dimana sekarang"

 "Ngapain lu ga ngabarin sendiri sih?"

"Ngga jadi, dia udah ngabarin  nyampe di samping kafe, kabarin kalo mau otw, gue matiin ya dah...."

Gue berjalan ke samping kafe. Di sana Juna sudah duduk di atas motornya. Mematung matanya tak berkedip. 

Gambar hanya ilustrasi

Sunset on the Rooftop [ WEN JUNHUI  X  OC ] SEVENTEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang