"GWEEEENNNN" pekik Joana sambil masuk ruangan
Gwen yang sedang duduk di kasur langsung membuka buku yang di bawanya, menampilkan tulisan "BERISIK" yang ia tulis dengan tiga tanda seru.
Joana hanya tertawa kecil. Tidak ada siapa-siapa di ruangan, Gwen sendirian. Juna tadi pamit, karena ada keperluan.
Joana duduk di kursi samping kasur lalu merebut buku di tangan Gwen dan meletakkannya di meja.
"Lu pasti bosen kan dari tadi? Nih gue bawain Ipad gue.. Baik kan gue?
Gwen mengangguk. Lalu menerima Ipad Joana.
Gwen mulai membuka aplikasi gambar yang ada di Ipad dan menggambar di situ.
"Gwen... ga kerasa lu udah tiga minggu di RS.. Buruan sembuh dong. Gue pengen main nih sama lo."
Gwen membalas di lembar kosong yang ada di Ipad yang ia bawa.
"Gue udah ga kenapa-napa. Gue udah boleh rawat jalan dari semingg lalu."(nulis di ipad)
"Trus lu ngapain masih di sini. betah lu?"
"Mana gue tau Juna yang kemarin ngobrol sama dokternya."(nulis di ipad)
"Kok dari kemaren dia ga cerita sama gue? Mana anaknya sekarang?"
Tadi dia di sini, sebelum terapi. Trus anaknya nerima telepon trus pamit.. Buru-buru banget."(nulis di ipad)
"Bentar gue coba telepon anaknya" Joana merogoh ponselnya dalam tas dan menghubungi Juna. "Ga, di angkat.." kata Joana lagi setelah coba menghubungi tiga kali. "Lu mau ke taman ga?" Lanjut Joana, mencairkan suasana
Gwen membuat gestur oke tanda mengiyakan ajakan Joana. Ia turun dari kasurnya Digandengnya gadis itu agar, jalan mereka sejajar. Gwen berada di sisi dalam dan Joana agak ke tengah. Tiba-tiba dari arah berlawanan ada seorang laki-laki berjalan tidak memperhatikan jalan. Ia sedang merogoh tas ranselnya tidak menyadari ia menyenggol seseorang.
"Aduh, saya minta maaf.. saya jalan ga liat-liat" kata laki-laki itu. Setelah meminta maaf kepada Joana ia menatap Gwen sepersekian detik. "Sebagai permintaan maaf nanti, mau saya traktir kopi? kebetulan saya mau ke kantin. lanjutnya kepada Joana.
"Gausah,mas. kita mau ke taman."
"Oh kalo gitu nanti saya bawakan ke taman aja kalo gitu."
"Gausah makasih.. Saya duluan." jawab Joana. Ia lalu menggandeng Gwen untuk melanjutkan perjalanannya. Tibalah mereka dj taman Rumah sakit. Mereka berdua duduk di kursi yang berhadap-hadapan dan di batasi meja kayu di antara mereka. Joana menceritakan hal-hal seru kepada Gwen. Terlihat Joana seperti seorang perawi, Gwen hanya menyimak, hanya ekspresi yang dapat ia tunjukan untuk mengapresiasi cerita sahabatnya itu
Sepuluh menit kemudian, laki-laki yang menabrak tadi datang membawa dua cup, satu cap untuk miunman panas dan satu cup untuk minuman dingin. Cupnya transparan jadi jelas terlihat di dalamnya itu kopi Americano dingin.
"Permisi, ini minuman buat kalian." katanya pria itu setelah tiba di meja dua gadis itu. Minuman itu di terima oleh Gwen dan Joana.
"Astaga.. terimakasih.. padahal tadi ga papa kok beneran."
"Udah terlanjur di beliin.. terima ya.."
Joana dan Gwen menerima kopi pemberian laki-laki itu dan mengucapkan terima kasih, Gwen berusaha berterimakasih dengan membungkuk.
"Kalo begitu saya pamit ya... Maaf buat yang tadi."
"It's okay, thanks buat minumannya." balas Joana. laki-laki itu pergi. Mereka berdua mengamati punggungnya sampai hilang dari pandangan.
"Cakep ya" kata Joana. Ia menyeruput minumannya. "Hmmm kopi susu."
Gwen juga meminum kopi yang di bawa laki-laki tadi. Gwen sedikit curiga dengan pria tadi, tapi dia masa bodoh.
**************************************************
Gwen dan Joana kembali ke kamar. Di sana sudah ada Juna yang sedang duduk di sofa sambil memainkan ponselnya.
"Woy" pekik Joana sembari duduk di kursi samping kasur.
"Berisik ...ga tau lagi di rumah sakit?"
Juna dan Gwen memberikan tatapan kesal pada Joana
"Ga keras juga, lagian lu pesen kamar di gedung yang masih sepi."
"Lu kira hotel pesen kamar? Dari mana sih kalian? Gue telfon hp kalian bunyi di kamar. ga pada di bawa semua. Lu juga td nelepon gue kenapa? tanya Juna kepada Joana.
"Oh, iya.. Lu kenapa ga cerita le gue kalo si Gwen udah bisa rawat jalan dari seminggu lalu?"
"Ya karena gue ngerasa hal itu ga perlu di ceritain. Lagian gue sebelumnya udah nanya dulu ke dokter yang nanganin Gwen, ga asal nentuin apa kemauan gue. Dokter bilang gipsnya bisa di buka seminggu lagi. Kondisinya mulai ada kemajuan soalnya. Trus karena gue ngerasa tinggal sebentar mending sekalian aja sampe masa pemulihan kelar..
"Ya.. Yaudah yaudah... gini kan jelas, gue udah kangen suara Gwen tau..." kata Joana sambil memeluk sahabatnya itu.
***************************************
"Anj*ng tante Trianara... Kalo gini caranya Gwen ga akan aman..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunset on the Rooftop [ WEN JUNHUI X OC ] SEVENTEEN
FanfictionDua insan yang sebenarnya bisa mengisi kekosongan satu sama lain. Tapi gadis itu, saat ini sinarnya redup. Membuatku seakan ikut berjalan di jalan tanpa warna. Hanya monochrome. Gwen, seorang mahasiswi yang sangat menyukai senja yang ia lihat di ata...