Gwen segera menyebrang untuk kembali ke apart Juna dengan mengendarai angkot. Ia berhasil masuk setelah mencoba yang ke tiga kali, dengan menekan angka tanggal lahir dirinya. Gwen sudah masa bodoh, ia segera masuk lalu mengemasi semua barang-barangnya dan pulang ke rumahnya. Ia sengaja meninggalkan helm pemberian Juna di atas sofa. Setiba di rumah, Gwen melihat Pak Juki sedang menyiram tanaman di halaman depan.
"Belum pulang pak?"
"Sudah tadi non, cuma Bi Sri tadi telepon suruh nangkep tikus kejepit di plafon, trus lagi males di rumah jadi saya di sini dulu aja ya non."
"Gapapa pak, kalo capek bisa istirahat aja ya pak. Saya masuk ke dalem ya pak."
"Eh non, tapi ada nyonya..."
"Gapapa pak"
Gwen langsung masuk dan naik ke kamarnya yang berada di lantai dua. Iamelihat "wanita itu bersama dengan laki-laki yang berbeda, namun dengan cepat ia melesat masuk ke kamarnya. Ia merebahkan badannya. Ia melihat jam di dinding yang saat ini masih menunjukan pukul 12 siang. Ia bangkit menuju kamar mandi mencuci mukanya dan bersiap untuk kembali ke kampus.
Saat ia menuruni tangga, ia bisa melihat semua yang terjadi di dalam kamar itu.
Gwen mendekat,
"Kalo mau mesum tu di tutup mau gue bantu?"
Gwen segera mengambil kunci di knop pintu dalam lalu menutup dan mengunci kamar itu sambil tertawa. Ia keluar rumah dengan buru-buru dan pamit kepada pak Juki yang masih berada di luar.
"Pak, bilangin Bi Sri sama Bi Darmi, jangan bukain pintu kamar tamu oke."
"Ya non." kata Pak Juki. Lalu Gwen melenggang pergi.
***********************************************************
Juna mengirim pesan teks pada Joana, "Jo, ketemu di meja batu oke, gue otw kampus."
Joana tiba di meja batu dan duduk di depannya.
"Gimana tadi?"
Jun menghela napas.
"Ga oke ya?"
"Lu minta apa?"
"Gue ga mau minta apa-apa sih Jun.. Lagi ga pengen apa-apa."
"Lu mau makan siang apa gitu?"
"Ah, ini aja lu beliin gue gacoan deh lv 4 sama lv 6, trus pangsit 1 siomay satu."
"Bah, karet perut lu?"
"Itu buat gue ama Gwen."
"Lu buruan pesen deh keburu dia sampe. Soalnya ini dah mau jam 1"
"Iya... Bentar. Gue pesenin online. Jo.. Gue penasaran... selama tiga taun lu temenan Gwen pernah ceritain masa lalunya ke elo ga?"
"Bokap, Nyokap ama adeknya meninggal? Trus tentang Tante Trianara? Iya dia cerita. Kenapa emang?"
"Kalo perasaan dia. Dia pernah cerita ga aama elo?"
"Engga, dia lebih banyak dengerin gue cerita. Dan gue ga mau maksa tu anak cerita."
"Lu ga penasaran tentang dia? apa yang dia rasain?"
"Ya penasaran sih.. tapi gue ga bisa apa-apa? Gue ga ada hak apapun atas hidupnya."
Jun diam.
"Kenapa lo.. Kalem aja.. Doi bukan kutub utara, pasti suatu hari lagi bakal cair. Tunggu aja.. lunya sabar dikit, oke?"
Telepon Joanan berdering, langsung di angkat sang empunya.
"Gwen, telpon, mending lu cabut dulu deh, keknya anaknya mau nyampe kampus."
Jun langsung pergi meninggalkan tempatnya. Kunci motor Jun tertinggal di meja batu lekas di sembunykan di dalam kantong jaket Joana. Tak lama Gwen datang disusul gacoan yang tadi sudah di pesan.
"Perasaan gue minta gacoan ama dimsum kenapa ada coklat. Dasar bucin." kata Joana berbisik.
"barusan lo bilang apa?"
"ha? engga kok gue ga bilang apa-apa.. Ni cokelat buat lo."
"Sejak kapan gacoan jualan cokelat"
"M-mungkin event dari bapak ojolnya kali"
"Bodo lah, yang penting siang ini gue kenyang."
15 meit kemudian santapan makan siang mereka telah ludes, menyisakan cokelat yang di berikan kepada Gwen.
"Gimana kencannya tadi?" tanya Joana.
"Apaan anjir, itu tadi penculikan sumpah. Jangan bilang lu ikut dalam rencana dia? Jo, gue males beneran. Jangan kayak gitu lagi ya..."
"Maafin gue Gwen, kalia berdua sahabat gue, gue sedih kalian ga akur."
"Jo, dari dulu gue udah kayak gini ke dia. Sama aja."
"Tapi lo dulu gapernah ngehindar dari dia. Lu tetep responsif kalo ngomong. Ada yang mau lo sampein ke dia tapi lo ga bisa ngomong? Biar gue sampein ke dia? Biar kita sama-sama nyelesain ini. ya... Lu ga kasian sama gue harus ada di tengah-tengah permusuhan kalian?"
"Lo tau Calya naksir Jun?"
"Tau, Emangnya kenapa?"
"Dia minta gue ngejauhin Jun, tapi bukan itu yang buat gue menghindar dari dia."
Joana mendengarkan dengan sungguh-sungguh.
"Lo, juga sebenernya suka sama Juna kan?"
Joana terkejut. "En-engga kok.."
"Jo, sorry... gue ga sengaja denger lo confess ke Juna beberapa bulan lalu."
"Iya, tapi..."
"Itu yang buat gue sadar.. Jun itu populer.. banyak yang mau sama dia.. Gue ga mau dia cuma liat gue, sedangkan guenya belum bisa membuka hati buat siapapun. Gue ngerasa itu ga adil buat dia. Biarin dia ngerasain di cintai oleh orang yang cinta sama dia. entah itu elo ataupun Calya. Jadi lo jangan ngerasa ga enak sama gue ya..."
"Gwen... gue gapapa kok, Juna juga udah nolak gue. lagian kita juga biasa aja kan."
"Itu malah jadi keliatan dianya yang jahat. Suatu saat dia bakal nyesel nyia-nyiain elo."
"Kalo lo? Lo bakal nyesel ga kalo nyia-nyiain Juna?"
"Pasti, dia salah satu orang paling berharga di hidup gue. Tapi gue ga mau egois demi kebahagiaan gue doang. Gue mau dia bahagia sama orang yang cinta sama dia."
"Lo cinta ga sama dia?" Tanya Joana.
"Jo.. lo liat kunci gue ga di sini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunset on the Rooftop [ WEN JUNHUI X OC ] SEVENTEEN
FanficDua insan yang sebenarnya bisa mengisi kekosongan satu sama lain. Tapi gadis itu, saat ini sinarnya redup. Membuatku seakan ikut berjalan di jalan tanpa warna. Hanya monochrome. Gwen, seorang mahasiswi yang sangat menyukai senja yang ia lihat di ata...