Juna meninggalkan tempat pertemuannya dengan Joana menuju ke parkiran. Matanya mengedar ke segala arah tetap tidak ketemu. Setelah mengingat-ingat ia segera menuju ke meja batu, karena ia merasa meninggalkannya di sana. Dari ke jauhan ia melihat punggung Gwen menyadari bahwa mereka sedang berbicara serius ia pun mendekat perlahan.
"Lo cinta ga sama dia."
Seperti mengerti arah pembicaraan, Jun langsung memotong pembahasan itu. Ia tak siap mendengar jawabannya.
"Jo.. liat kunci gue ga di sini?"
Joana dan Gwen kaget mengetahui Juna tiba-tiba datang. Joana tersadar lalu memberikan kunci yang dibawanya. Jun melirik Gwen. "Dimakan cokelatnya" kata Jun sambil melenggang pergi.
"Gwen?"
"Ya?" jawab Gwen pelan.
"Are you okay? Kalo lo ga mau jawab sekarang gapapa kok? Semoga suatu saat jawaban itu langsung sampai ke orang yang lo tuju."
"I'm sorry.." kata Gwen entah untuk siapa.
"It's okay. Gwen. Ga ada yang perlu di maafin. Ke kelas yuk."
**********************************************************
Gwen segera masuk ke rumah. Ia mendengar teriakan dari Tante Danaya dari dalam kamar tamu. Gwen pun langsung membuka pintu dan meledek
"Udah puas ena-ena nya. Kok malah teriak-teriak. mumpung berduaan orang ketiganya setan."
"Iya kamu setannya." kata Tante Trianar@a sambil meraih leher Gwen dan mencekiknya. Gwen mencoba melawan sampai mereka berdua terjatuh ke lantai. "Dasar anak kurang ajar. Harusnya kamu ikut mati waktu itu." Gwen sempat meminta tolong. Untung saja pak Juki masih berada di rumah. Ia segera lari menuju ke depan kamar tamu untuk memisahkan Tante Trianara yang masih mencekik Gwen. Gwen sudah mulai lemas. Akhirnya cengkraman kuat Tante Danaya berhasil di lepas oleh Pak Juki. laki-laki p2ngecut yang datang bersama Tante Triana memilih kabur dan tidak mau terlibat.
Pak Juki menghubungi Juna agar segera menelpon rumah sakit karena tidak paham caranya.
"Halo, Mas Juna. Ingat Pak Juki? Tolong, Mas Juna hubungi rumah sakit segera. Non Gwen pingsan di rumah. Pak Juki lagi nenangin Nyonya."
**************************************************************************
Juna sedang mendengarkan musik di sofa sambil memainkan helm yang Gwen tinggalkan. Tiba-tiba ponselnya berdering.
"Halo, Iya Pak Juki. Ada apa?"
"Oke pak saya teleponkan ambulance. Nanti saya nyusul ke rumah sakit,ya, Pak Juki temenin Gwen sampe rumah sakit ya."
Ia segera mematikan telepon dan menghubungi rumah sakit. Juna bersiap ke rumah sakit.
**********************************************
Gwen sudah berada di ruang penanganan. Juna sudah menghubungi Joana setibanya ia di Rumah sakit. Tak lama Joana dan Dino tiba di Rumah sakit.
"Gimana Jun?" tanya Joana.
"Masih ditangani dokter."
"Pak Juki, tadi ada apa sih sebenernya?" tanya Jun.
"Jadi gini mas, sebelum berangkat Non Gwen pesen jangan bukain pintu kamar tamu. Trus pas saya lagi di belakang saya denger teriak-teriak, saya pikir kayak biasanya berantem. Tapi tadi mba Gwen minta tolong tapi putus-putus. Jadi saya hampiri. ternyata Nyonya lagi nyekik non Gwen. Trus saya coba lepasin tapi kuat banget. Baru setelah non Gwen lemes baru di lepasin nyonya."
Juna mengacak-acak rambutnya. Ia kesal.
"Din lu anterin Pak Juki balik dulu deh, ntar ke sini lagi"
"Keluarga Saudari Gwen?" Dokter yang menangani Gwenpun keluar.
Begini, pasien mengalami keretakan pada leher yang mengakibatkan pembengkakan. Untuk sementara kami kenakan gips agar lehernya tidak terlalu banyak di gerakan. Saudari Gwen akan kesulitan berbicara sampai pembengkakannya hilang jadi jika ingin komunikasi sebaiknya menggunakan buku tulis. Selain itu kondisi baik. Hanya asam lambungnya tinggi. Saat ini saudari Gwen dalam pengaruh obat bius, jadi kemungkinan sadar bisa nanti malam atau besok. Informasi sudah saya sampaikan, Kalau begitu saya pamit."
"Terimakasih dok." jawab Jun, Joana hampir serentak.
"Tante Trianara bener-bener keterlaluan. Dia ga cuma ngancurin mental Gwen tapi juga fisiknya." kata Jun.
"Asli, gue baru tau Tante Trianara bisa separah ini."
"Dulu patah tulang, sekarang ga bisa ngomong. Ga jauh-jauh karena dia juga"
"Astaga, Juna ... gue baru tauitu .. gue nyesel kemaren gue nolak dia buat numpang di rumah gue."Juna sama menyesalnya sekarang. Ia belum meminta maaf atas keegoisannya. Tak tau apakah nanti sahabatnya itu akan memaafkannya atau tidak setidaknya Gwen tau Juna sangat menyesal.
Joana dan Dino pamit untuk pulang lebih dulu agar besok bisa membawakan beberapa pakaian Gwen selama dia menginap di rumah sakit. Sementara malam ini Juna akan berjaga di samping sahabatnya. Siapa tau sahabatnya sadar dan membutuhkan sesuatu. Benar saja jam 12 malam Gwen sudah sadar. Kepalanya tegang karena panik suaranya hilang dan lehernya tidak bisa di gerakan. Untungnya Juna masih terjaga. Gwen mengisyaratkan untuk minum dengan tangannya. Juna langsung menurutinya. Diberikannya minuman dengan menggunakan sedotan. Gwen meringis kesakitan. Ia mencoba mengaduh tapi suaranya tidak keluar. Ia mengisyaratkan bolpoin dan kertas. Juna memberikan buku dan pena yang telah ia bawa dalam tasnua
Gwen mulai menulis di buku itu.
"Anjirlah, woy ini kenapa gue berakhir di Rumah Sakit lagi." tulis Gwen dengan lemas
"Sempet-sempetnya bercanda. Ini lu udah ga marah sama gue?"
Hening, setelahnya Juna langsung meminta maaf.
"Maaf.. maaf.. buat kejadian tadi pagi di museum, gue harusnya ga maksa lo buat nurutin keegoisan gue, maaf juga buat kesalahan yang gue lakuin ke lo.. Meskipun gue gatau salah gue apa."
"Berisik.." jawab Gwen dengan sekuat tenaga ia keluarkan dari mulutnya.
"Istirahat lg aja lo.. gue mau manggil suster dulu." kata Jun sambil beranjak dari kursinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunset on the Rooftop [ WEN JUNHUI X OC ] SEVENTEEN
FanficDua insan yang sebenarnya bisa mengisi kekosongan satu sama lain. Tapi gadis itu, saat ini sinarnya redup. Membuatku seakan ikut berjalan di jalan tanpa warna. Hanya monochrome. Gwen, seorang mahasiswi yang sangat menyukai senja yang ia lihat di ata...