Hari itu hari pertama kali Zoya Syafia Azalea bertemu dengan dia.
Saat itu hari Minggu, Zoya menjadi daily worker di salah satu hotel bintang lima di Jakarta.
Event dan pekerjaannya hari itu berjalan lancar. Setengah jam lagi dan Zoya sudah bisa pulang. Sampai ketika Zoya sedang clear up atau mengangkuti peralatan makan yang kotor di salah satu meja tamu. Hanya ada satu piring dan satu gelas di sana. Saat berbalik badan, seseorang menabraknya dengan cukup keras sehingga piring dan gelas yang sedang diangkutnya berjatuhan ke lantai ballroom. Untungnya lantai dialasi karpet sehingga piring dan gelas itu tidak pecah, namun tetap saja sisa-sisa makanan berantakan. Segera saja Zoya mengambil piring dan gelas tersebut.
"Astaga! Bisa bener gak sih kerjanya?"
"Maaf, Pak. Saya kurang berhati-hati." Ucap Zoya yang sambil menundukkan kepalanya.
Ia yakin banyak pasang mata sedang menatapnya saat ini. Tetiba saja tangannya menjadi gemetar dan dadanya bergemuruh luar biasa. Ia masih terus menunduk dan meminta maaf hingga ia merasa seseorang menghampirinya.
"Mohon maaf atas ketidaknyamanannya..."
Setelahnya Zoya tidak tahu lagi kelanjutannya karena ia dituntun keluar oleh salah satu staff.
"Udah angkat kepala lo, Zoya."
Zoya mengangkat kepalanya, dan dapat ia lihat seorang pemuda berkacamata sedang berdiri di hadapannya.
"Selama ini lo kerjanya terlalu bagus sih, ya. Jadi belum pernah dapet masalah kayak tadi. Udah jangan dipikirin, lo udah minta maaf, kan?"
Zoya tersenyum mendengar kalimat dari seniornya itu.
"Udah kok, Kak. Malahan gak berenti-berenti gue ngucap maaf."
"Yaudah kalo gitu. Siap-siap pulang, gih."
"Masih setengah jam lagi jam kerja gue, kak."
"Kata siapa? Orang tinggal lima belas menit lagi. Dah sana. Ntar gue yang bilangin ke pak Ihsan."
"Oh... yaudah kalo gitu gue pamit. Makasih loh udah nolongin gue hari ini. Dah, Kak Satrio!"
Satrio mengangguk, "Hati-hati."
Setelahnya Zoya segera menuju loker untuk mengganti baju dan kemudian pulang.
Semuanya masih biasa saja hingga malam itu ponselnya berdering menandakan ada panggilan masuk. Di layar ponselnya tertulis nama 'Kak Irene' yang merupakan kenalan yang selalu memanggilnya jika membutuhkan daily worker seperti hari itu. Segera saja Zoya angkat panggilan itu.
"Halo, kenapa, Kak?"
"Joya, maaf banget nih nelpon malem-malem. Soalnya ini cukup penting. Sebenernya mau aku omongin tadi sore, tapi kamunya udah pulang."
"Yaampun santai kali, Kak. Kayak sama siapa aja. Kenapa, kenapa?"
"Maaf banget, Joya... kedepannya kamu gak boleh jadi daily worker di tempatku lagi." Nada Irene di seberang sana terdengar tidak enak. Seperti enggan mengatakannya.
"Lho emang kenapa, Kak? Gegara masalah yang tadi?"
"Bisa dibilang gitu, sih. Tapi ya enggak juga."
"Kak Irene gakmau kasih tau?"
"Hmm... gimana ya."
"Aku gak bakalan minta pertimbangin, sih. Tapi aku cuma mau tau alasan yang sejujurnya aja."
Irene terdengar menghela nafasnya sebelum bicara, "Duh sebenernya ini rahasia. Tapi karena ini kamu, Joya, jadi aku kasih tau. Tamu yang tadi kamu tabrak anaknya owner."
"Oh.. terus, Kak?"
"Kakak gaktau kenapa, tapi dia ngotot banget mau pecat kamu. Pas kakak jelasin kalo kamu itu bukan staff, cuma daily worker biasa, dia langsung nyuruh kakak black list kamu untuk event-event seterusnya. Kamu pernah ada masalah gak sama dia?"
"Haaa? Semarah itu dia ditabrak? Cih. Bahkan dia yang nabrak bukan aku yang nabrak."
"Kakak rasa bukan cuma itu. Gak mungkin banget, sih. Kamu yakin gak pernah punya masalah di luar itu sama dia?"
Zoya menggelengkan kepalanya walaupun tahu Irene tidak akan bisa melihat.
"Enggak lah, Kak. Kenal juga enggak, ketemu baru tadi pas masalah itu, kok. Aneh banget itu bapak-bapak."
"Heh bapak-bapak apanya. Orang dia cuma beda setahun, kok sama kamu. Satu kampus lagi." Tutur Irene.
"Gak peduli. Sebel. Dasar bapak-bapak seenaknya."
"Sekali lagi maaf ya, Joya. Kakak gakbisa apa-apa karena itu perintah langsung dari owner. Gajian kamu dua minggu ini tetep dibayar minggu depan."
"Yah aku nganggur lagi, dong." Kata Zoya dengan wajah cemberut.
"Nanti kalo ada info dari temen-temen kakak di hotel lain kakak kabarin."
"Yang bener, Kak? Huwaaa timakasih, Kak Irene yang paling cantik!"
"Halah. Yaudah kakak tutup, ya."
"Eh, tunggu dulu, Kak! Anak owner itu, siapa namanya?"
"Mau ngapain kamu?"
"Mau stalking." Jawab Zoya asal.
"Naksir? Namanya Gavin Altair, gaktau lengkapnya banget, sih."
Zoya mengangguk-anggukkan kepala.
"Dah nih beneran kakak tutup, ya. Besok kamu ada kelas pagi, kan? Jangan tidur kemaleman." Tutur Irene macam ibu pada anak.
"Siap, Kak. Bye, met bobo!"
Setelah sambungan terputus, segera saja Zoya membuka segala aplikasi yang memungkinkan untuk mencari nama yang disebutkan Irene barusan. Ketika ketemu, gadis itu pun langsung menunjuk-nunjuk dan memaki layar ponselnya yang tidak bersalah.
Hari itu jelas bukan hari yang menyenangkan untuk Zoya. Dan dari situ pula Zoya menanamkan rasa tidak sukanya pada seorang Gavin Elenio Altair.
.
.
.
To be Continued
.
Park Sooyoung as Zoya Syafia Azalea
Terima kasih sudah membaca!
Sign,
Littlessea
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang yang Sama
FanfictionBerbeda. Terkadang hal-hal yang berbeda akan menjadi sesuatu yang indah jika disatukan. Namun terkadang justru akan menciptakan suatu kekacauan. Saling melengkapi atau saling bertabrakan. Keduanya bisa membahagiakan sekaligus menyakiti dengan carany...