Lima.

48 16 0
                                    

Tok! Tok! Tok!

Bug!

Zoya terperanjat saat mendengar suara ketukan. Ia membuka mata dan mengedarkan pandangan ke sekitar. Dia mengetuk kepalanya dan segera duduk tegak saat menyadari keberadaannya sekarang.

"Enak ya disupirin, bisa tidur nyenyak kayak Nyonya."

Zoya bahkan tidak berani menoleh ke arah orang yang duduk di kursi kemudi itu.

"Sorry gue ketiduran."

"Gue sih bisa aja biarin lo tidur sampe malem juga. Tapi kita udah sampe di pasar." Gavin berkata santai. Zoya tidak membalas namun menggerutu pelan.

Gavin mengangkat alisnya begitu melihat tas Zoya yang jatuh ke bawah kursi saat gadis itu bangun dengan kaget tadi. Dia membuka kunci pintu.

"Beresin barang lo, jangan ada yang ketinggalan." Setelah mengatakan itu, dia keluar dari mobil.

Zoya menunduk, seketika wajahnya memerah ketika melihat barang-barangnya yang berserakan di bawah kakinya. Dia mengerang saat memegang sebuah benda tipis keperluan wanita yang masih terbungkus rapi berbentuk kotak kecil. Itu hanya sebuah pembalut, namun entah kenapa Zoya sangat malu saat ini.

"Ssshiisshh... Gak cukup apa lo ketiduran? Ini harus diliat juga." Zoya mendesis. Dia memasukan semua barangnya dengan asal dan tergesa, lalu membenarkan tatanan rambutnya sebelum menyusul Gavin keluar dari mobil.

"Ada di sebelah mana?" Tanya Gavin begitu Zoya menutup pintu. Zoya mengedarkan pandangannya, dia mengernyit karena Gavin memarkirkan mobilnya cukup jauh dari area pasar.  Tapi Zoya tetap menunjuk ke arah belakang Gavin.

"Ke sana."

Gavin menoleh sebentar, lalu kembali menatap Zoya. Dia tersenyum mengejek.

"Bersihin dulu tuh iler."

Tanpa menunggu Zoya, Gavin berjalan begitu saja. Zoya yang mendengar itu pun segera merogoh cermin kecilnya dari dalam tas dan bercermin di sana. Kemudian dia menggeram kesal ketika tidak menemukan bekas 'iler'  yang disebutkan Gavin tadi.

"Gue gak ileran, ya! Enak aja!" Seru Zoya kesal. Namun tidak begitu keras karena dia sadar diri di mana dirinya sekarang.

Menghela nafas, Zoya mencoba menutupi kekesalannya. Dia menyusul Gavin dengan langkah yang lebar. Cowok itu sudah lumayan jauh di depannya. Berjalan dengan percaya diri seakan tahu bagian mana yang dimaksud Zoya. Saat sudah semakin masuk ke dalam, Zoya berjalan mendahului Gavin.

Gavin tersenyum melihat Zoya berjalan mendahuluinya. Dia pun menyesuaikan langkahnya supaya tetap berada di belakang Zoya namun tidak terlalu jauh dengan cewek itu.

"Gak separah yang gue kira."

Zoya sedikit memiringkan kepalanya mendengar perkataan Gavin.

"Apa?"

"Pasar tradisional. Gue kira becek, bau, rame. Hhmm... Bau, sih. Tapi gak parah." Ucap Gavin sambil sesekali melihat ke kanan dan kirinya. Zoya mendengus mendengarnya.

"Belum aja dia ke bagian daging, ikan, ayam." Kata Zoya. Gavin tidak mendengarkan, dia masih sibuk mengedarkan pandangannya.

Mereka berhenti di beberapa penjual kue basah. Tidak banyak yang tersisa di sana karena memang hari sudah sore. Beberapa penjual pun sudah pulang. Zoya bertanya-tanya mengenai harga dan pemesanan. Dia juga membeli satu atau dua buah jika ada yang menarik baginya.

Gavin mengikuti Zoya dalam diam. Sesekali dia ikut memasukkan kue yang familiar dengannya ke dalam plastik jika Zoya membeli di tempat itu. Tentu saja dihadiahi delikan oleh Zoya, namun karena malas meladeni Zoya pun membiarkan Gavin.

Tentang yang SamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang