Menurut Yerina, Zoya itu orangnya terlalu sensitif. Dia terlalu mempermasalahkan hal kecil yang orang katakan dan selalu membayangkan hal buruk yang sebenarnya tidak terjadi. Dodo menambahkan, Zoya orang yang terlalu tertutup. Dia tidak akan menceritakan masalahnya kalau tidak ditanya. Bahkan jika ditanya pun hanya menjawab secara garis besarnya saja.
Sedangkan kalau menurut Jennie, Zoya itu anaknya egois dan sombong. Selalu berpikir bahwa keputusannya adalah yang terbaik dan sok kuat sehingga tidak mau meminta bantuan ketika sedang ada masalah. Dodo dan Yerina berpendapat bahwa itu hal yang wajar dan justru menjadi kekuatan Zoya yang hidup mandiri selama ini. Namun menurut Jennie, egois ya tetaplah egois, sombong juga tetaplah sombong. Dua hal itu adalah hal negatif.
"Lupa ngerjain gegara part time lagi?" Tanya Jennie dengan malas melihat Zoya yang sedang sibuk mengetikkan kata demi kata di laptopnya. Matanya mengikuti tangan Yerina yang sedang menyuapi kentang goreng ke mulut Zoya.
Seperti biasa, mereka sedang makan di cafe fakultas. Hari ini ada set menu dengan harga murah. Makanya Zoya mau ikut. Lagi pula hanya di tempat ini dia bisa makan dengan bebas sambil mengerjakan tugas menggunakan laptop. Karena ada colokan di setiap meja. Tentu sangat berbeda dengan kantin kampus.
Zoya mengunyah kentang yang disuapi oleh Yerina dan menggelengkan kepalanya.
"Bukan lupa, tapi emang sengaja disisain sekarang. Cuma tinggal kesimpulan sama saran." Jawab Zoya yang kemudian menutup laptopnya disertai senyum lega. Dia merenggangkan dan menegakkan tubuhnya.
"Kan dikumpulnya besok?" Dodo bertanya tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel.
"Hari ini sama besok ada proker. Gak bakal sempet ntar malem ngerjain lagi." Zoya menjawab kemudian mulai menyuap nasi gorengnya. Set menu yang sedang promo hari ini; nasi goreng cabai hijau dengan telur ceplok/dadar dan es teh manis. Bagaimana bisa Zoya lewatkan? Nasi goreng cabai hijau adalah favoritnya!
"Oh. Yang bikin lo pergi bareng kating psycho itu?" Akhirnya kini Dodo melepaskan pandangannya dari ponsel. Zoya hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Good. Sekarang bahkan ada julukan baru lagi. Octopus, psycho, gue harus ngasih julukan apa?" Yerina berpikir sambil menggoyang-goyangkan sepotong kentang goreng yang dipegangnya. Yang kini direbut oleh Zoya. Yerina menatap Zoya dengan pandangan sinis. Namun dibiarkan saja karena kentangnya masih banyak.
"Psycho udah yang paling pas." Kata Dodo tanpa minat. Kemudian dia menunjukkan layar ponselnya ke Yerina. "Ini bagus, gak? Gak terlalu norak kan gayanya?"
Yerina menghela nafasnya, dia menarik dan mengarahkan tangan Dodo pada Zoya yang duduk di sampingnya.
"Tanya sama orang yang suka bikin feeds." Saran Yerina.
Zoya menggeleng, "Grafik sama gue, kalo filter sama tone Jejen lebih jago."
"Sini gue liat." Jennie merebut ponsel Dodo dan melihatnya. "Hhmm... bagus. Yang lo endorse jam tangannya, kan?"
"Bukan? Case HP nya, lah! Ngapain gue pura-pura nelpon pegang HP kalo gitu." Jawab Dodo.
"Seriously? Dodol, mana ada orang yang nyangka kalo lo lagi promosiin case-nya kalo gak baca caption atau liat tag. Pasti orang-orang bakalan langsung liat jam tangan lo, Dodol." Jennie menjelaskan dengan nada yang dibuat manis. Membuat Dodo merinding.
Sebenarnya harga diri Dodo sedikit terguncang, pasalnya dia sudah foto keren dan menghabiskan waktu berjam-jam untuk meng-edit fotonya. Namun dia menyetujui komentar Jennie juga. Ini pertama kalinya membuka endorse karena pengikut akun media sosialnya sudah meningkat drastis sejak cover terakhirnya. Tapi Jennie sudah memilki pengikut yang besar lebih dulu dan sudah beberapa kali melakukan endorse. Feeds-nya pun estetik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang yang Sama
FanfictionBerbeda. Terkadang hal-hal yang berbeda akan menjadi sesuatu yang indah jika disatukan. Namun terkadang justru akan menciptakan suatu kekacauan. Saling melengkapi atau saling bertabrakan. Keduanya bisa membahagiakan sekaligus menyakiti dengan carany...