Enam.

57 16 0
                                    

Ada salah satu pesan dari pembicara one day class tentang organisasi yang pernah Zoya ikuti tahun lalu yang sampai saat ini masih Zoya ingat.

"Kalo ada anggota yang orang tuanya gak sepenuhnya percayain anaknya ikut organisasi, anggota itu harus pepet dan baik-baikin orang tuanya." Zoya berbicara sambil melipat bajunya. Saat ini dia sedang berdiskusi dengan anggota departemennya melalui telepon.

"Udah sering, Kak. Bahkan aku sering bangga-banggain hasil kerjaku." Terdengar balasan dari sebrang sana. Suaranya terdengar lesu.

"Mungkin manjain orang tua lo, Mi. Bikinin teh sambil ngobrol tentang BEM, gitu." Kali ini suara Juan terdengar.

"Yang ada malah dicurigain." Ucap anggota yang bernama Ismi tersebut.

"Hhmm... ada cara lain. Tapi harus melibatkan kita semua." Ucap Zoya.

"Apa tuh, Kak Joya?" Tanya Dara penasaran.

"Tak kenal maka tak sayang."

"Hah gimana maksudnya, kak?" Tanya Dara lagi.

"Ya kenalan, dong." Juan menyahut. Zoya mengangguk, walaupun tahu ketiga anaknya tidak akan bisa melihat.

"Betul. Buat orang tua Ismi kenal sama circle organisasinya." Jawab Zoya dengan penuh tekad.

.

.

Dan di sini lah mereka sekarang.

Hari minggu pagi dan Zoya, Dara, serta Juan sedang berdiri di depan pagar rumah Ismi. Juan sudah memencet bel tadi, sudah terdengar sahutan juga dari dalam. Namun tuan rumah belum juga muncul.

Sebuah mobil bak terbuka berhenti di samping mereka. Ketiga muda-mudi itu menoleh dan mendapati Ismi bersama seorang wanita paruh baya yang mereka yakini sebagai ibunya turun dari mobil.

"Kak Zoya?" Ismi berjalan mendekat dan berdiri di hadapan mereka. "Juan, Dara? Astaga maaf ya aku lupa kalian mau ke sini hari ini."

"Justru kita yang maaf ganggu, nih. Kayaknya kamu masih sibuk pindahan, ya?" Tanya Zoya yang dibalas gelengan oleh Ismi.

"Sebenernya udah selesai dari kemarin lusa. Hari ini tinggal bunga-bunga ibu untuk di taman situ doang soalnya ayah bisa weekend aja." Jelas Ismi dengan nada meyakinkan. 

Juan memperhatikan kedua orang tua Ismi yang sedang menurunkan pot bunga dengan berbagai ukuran dari mobil.

"Gue bantuin, ya." Kata Juan dan hendak melangkah menghampiri mobil. Namun Ismi menahannya.

"Ih, gak usah. Masa tamu dikerjain."

Dara tertawa mendengarnya. "Dikerjain gimana?"

"Udah gak usah. Kalian mending tunggu di teras aja nanti aku susul. Gak banyak, kok. Sebentar doang paling." Ismi berkata. Juan menggeleng, dia membuka tas ranselnya dan memberikannya pada Ismi.

"Tolong taroin aja." Setelah mengatakan itu Juan menghampiri kedua orang tua itu dan terlihat berbicara sebentar sebelum mulai membantu menurunkan pot bunga dari mobil. Zoya dan Dara juga ikut melepas tas mereka dan memberikannya ke Ismi.

"Makin banyak yang bantuin makin cepet selesai, kan?" Kata Zoya sambil memiringkan kepalanya. Dia dan Dara juga ikut menyusul dan membantu Juan. Ismi yang melihat itu tersenyum. Dia masuk ke dalam rumah untuk menyimpan tas ketiga rekan timnya itu dan ikut membantu.

Setelah diturunkan dari mobil, semua pot bunga dan pohon-pohon kecil mulai dipindahkan sekaligus ditata ke taman kecil yang ada di teras depan rumah keluarga Ismi. Ternyata ibunya Ismi sangat suka merawat bunga dan pohon-pohon hias. Bahkan beliau sangat ahli dalam menyusun sesuai dengan jenis dan bentuknya. Di mana letak yang tinggi, yang pendek, mana bunga yang harus terkena sinar matahari, mana yang tidak, dan sebagainya.

Tentang yang SamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang