Delapan.

50 12 4
                                    

Weekend terasa sangat cepat berlalu.

Ingin rasanya Zoya bolos kuliah sehari ini. Namun dia tidak boleh menyia-nyiakan absen. Siapa tahu kalau nanti-nantinya dia sakit? Jatah absennya justru malah habis.

Salah satu hal yang mendorong Zoya untuk bolos adalah kejadian hari Jum'at kemarin.

Sebenarnya di samping kejadian konsumsi dan rasa kesal setengah matinya kepada Dita, program acara mereka berjalan dengan lancar. Saat evaluasi, Gavin tidak menyudutkan kesalahan Zoya dan anggota timnya, namun tidak menyalahkan Dita juga. Ketua pelaksana itu hanya menekankan koordinasi saja untuk kedepannya. Walaupun Gavin terlihat tidak memihak dan mengambil jalur tengah, tetap saja Zoya kesal. Tentu menurutnya Dita lebih bersalah.

Namun kekesalan Zoya lebih memuncak dikarenakan Andrew yang sangat membela Dita. Bahkan cowok itu menyudutkan Zoya dan timnya. Kalau ada hal lain bisa-bisa Zoya jadi kesal dengan semua mahasiswa Manajemen Bisnis.

Yang membuat tambah frustasi, Zoya harus menahan dan mengontrol hati dan jiwanya karena dia masih harus mengerjakan laporan kegiatan. Itu artinya dia masih harus berhubungan dengan mereka-mereka.

Seperti sekarang. Saat ini Zoya sedang duduk berhadapan dengan Dita di kantin universitas. Zoya menolak ketika Dita mengajaknya bertemu untuk berdiskusi perihal laporan kegiatan di ruang sekre organisasi mereka.

"Lo masih marah sama gue? Kenapa harus di kantin begini, sih? Gak kondusif buat diskusi, tau." Dita memprotes sembari mengedarkan matanya ke sekitar. Kantin masih padat walaupun bukan jam makan siang.

"Intinya deadline laporan dua minggu, kan?" Zoya malas berbasa-basi. Dita menatap Zoya dan mengangguk.

"Maksimal banget."

Zoya mengangguk dan bangkit dari duduknya. "Langsung gue kirim pas sampe di kelas. Gue duluan."

"Loh? Lo gak makan?" Dita menatap Zoya dengan pandangan bingung. Pasalnya dia sudah memesan makanan tadi.

"Gak. Gue ada kelas. Yang pesen kan lo doang." Setelah mengatakan itu, Zoya benar-benar berjalan keluar kantin. Meninggalkan Dita yang masih melongo. Ingin berdiri dan menyusul Zoya, namun pesanannya sudah datang. Dita mendecak kesal.

Entah bagaimana Zoya dapat menghindari Gavin dan kurcacinya Rabu nanti saat kelas.

.

.

.

Sebagaimanapun Zoya berusaha untuk menghindar, nyatanya kalau memang sudah nasibnya jelek ya jelek saja.

"Jadi nanti mau bahas di mana, nih?" Andrew bertanya dengan nada yang bersemangat.

"Di café waktu itu?" Lagi, Andrew bertanya. Namun tidak ada yang menjawab.

Minggu depan ada presentasi tugas kelompok yang mana kelompoknya dipilih secara acak sesuai urutan tempat duduk hari ini. Sialnya Zoya terpilih menjadi ketua kelompok. Namun melihat siapa saja anggota kelompoknya seakan melengkapi kesialannya hari ini. Dia melihat anggota kelompoknya satu persatu.

Dita, Andrew, Wisnu yang merupakan temannya Andrew, dan Dodo.

Sejauh pengetahuan Zoya, rasanya Dodo, Dita, dan Wisnu yang masih dapat diajak kerja sama. Andrew... Zoya tidak dapat berharap.

"Gak usah di café, takut gak fokus nanti. Waktu kita kan Cuma seminggu, di pendopo kampus aja. Gimana?" Usul Zoya. Dodo dan Wisnu hanya mengangguk, sedangkan Andrew dan Dita mengernyitkan dahi.

"Gak mau. Di pendopo banyak nyamuknya, mending yang di dalem ruangan aja." Tolak Dita. Kali ini Andrew mengangguk.

"Iya, di dalem ruangan yang adem." Sambung Andew menyetujui.

Tentang yang SamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang